Seperti Apa Wajahmu Ayah?

Siti Nashuha
Chapter #3

Doa dan Harapan Selalu di Hati #3

Walau dalam mimpim saja aku ingin bisa melihat wajah ayahku, foto saja belum pernah aku melihatnya. Tak ada yang bisa kulakukan saat ini kadang hanya merenung dan hanya bisa meminta dan berdoa pada Allah saja.

Suara azan subuh memecah kesunyian. Aku segera bangun menjalankan kewajiban salat subuh. Seperti biasa setiap pagi aku akan membantu nenek memasak dan membersihkan rumah. Kemudian bersiap berangkat ke sekolah.

Hari ini di sekolah ada pertemuan orang tua dan wali siswa. Banyak hal yang akan dibahas di sana. Namun aku bingung siapa yang akan datang memenuhi undangan sebagai waliku.

Guru wali kelasku mendekati sekedar menanyakan siapa yang akan mendatangi sebagai orang tua dan wali. Namun aku hanya diam menunduk, guruku seakan paham yang kurasakan.

"Ya sudah tidak apa-apa nanti ada pemberitahuan dari sekolah," jelas Bu Budi bijak.

"Iya bu terima kasih," jawabku.

Dalam hati aku sedih ini sudah sekian kali dan selaku orang tua/waliku tidak dapat menghadiri. Kadang aku harus memendam semua rasa di hati. Kenapa aku berbeda dengan teman-temanku.

Suatu hari aku pernah bertanya pada sahabat Nenekku tentang Ayah. Beliau bilang sebenarnya Ayahmu sayang padamu namun keadaan memaksa begitu.

"Jadilah anak yang berbakti dan jangan membenci," kata Nek Ranti.

"Keadaan yang memaksa Ayahmu," jelas Nek Ranti lagi.

"Kenapa, Nek?" tanyaku penasaran.

"Dulu hubungan Ayah dan Ibumu tidak direstui keluarga," kata Nek Ranti.

"Itulah kenapa Ayahmu pergi hingga kini tak kembali," jelasnya lagi.

Sekarang aku mulai mengerti kenapa keluargaku selalu menutupi kepergian Ayahku. Kini tinggal aku seorang diri meratapi sepi.

"Dulu memang ada masalah antar kelurga yang menjadi penyebabnya," kata Nek Ranti bercerita.

"Tapi semenjak kepergian Ayahmu sepertinya, Nenek dan Kakekmu mulai membaik tidak seperti dulu," katanya lagi.

"Terus dimana Ayahku? Nek," tanyaku.

"Kamu yang sabar banyak berdoa ya, mintalah pada Allah penguasa jagad raya," kata Nenek Ranti memberi motivasi.

Begitulah aku mulai menanyakan keberadaan dan bagaimana Ayahku pada orang=orang terdekatku, keluargaku dan sahabat Nenek dan Kakekku.

Karena kalauaku bertanya pada keluarga sendiri tidak akan aku mendapati jawaban, hanya didiamkan saja. Tanpa penjelasan dan keterangan semua diam seribu bahasa.

Lihat selengkapnya