Awal Kisah
Kekeringan jiwa tiada dapat membuat manusia tenang dalam menjalani problematika kehidupan, apalagi jika kekering itu berkaitan dengan cinta pada Tuhannya. Kalau sudah begini, tentu bahagia tidak akan sanggup dia raih.
Jiwa terasa hampa tanpa panduan agama yang di ridhoi oleh Allah. Meskipun otak tidak mampuh untuk menuliskan semua itu, akan tetapi hati yang teramat mencintai begitu ingin sekali menulis dan terus mengungkapkan segala hal yang dia rasakan.
Dalam kekeringan jiwa kamu harus mencari keridhoan Allah atas segala tindakan yang kamu lakukan. Ketika kamu berjalan dalam kesendirian menuju keridhoan Allah, saat itu kamu seperti menghampiri cahaya dalam balutan kegelapan.
Merangkak dirimu tanpa adanya kaki yang menguatkan, merayap jiwamu tanpa adanya tangan yang mampuh menarik tubuhmu. Hati dan jiwamu seakan merintih tanpa adanya suara, dan menangis tanpa deraian air mata.
Sepertinya sang hati ingin bercakap “Wahai Allah, aku datang kembali dengan balutan dosa kepadaMu, sedangkan Engkau selalu menanti dan menunggu kedatanganku. Wahai Allah, aku datang seperti yang aku janjikan pada padaMu, di saat jiwa ini engkau tiupkan ke dalam ragaku, saat itu terucap janji kehambaanku padaMu.”