Kegalauan Seorang Pemuda
Aku tidak mau menyakiti dia dengan pertanyaan seperti itu. Kata-kata Hamzah semakin membuat penasaran teman-temannya, mereka berpikir bagaimana mungkin sebuah pertanyaan akan menyakiti seseorang. Seolah tidak mengerti dengan perasaan sahabatnya, lalu Gilang berkata“Tidak mungkin dengan pertanyaan itu kamu akan menyakiti dia Zah”
Sambil menuangkan kopi dari cerek yang berwarna emas ke dalam gelas yang berhiaskan bunga-bunga, lalu Hamzah meminum kopi itu dan berkata “Kamu beranggapan seperti itu karena kamu tidak mengerti bagaimana perasaan aku kepada dia Lang” Jelas Hamzah agak sedikit tegas kepada sahabatnya.
“Kalau begitu ceritakanlah, kami akan mendengarkan” Balas Yuda sambil mengambil kopi yang sudah di tuangkan Hamzah ke dalam gelas yang berhiaskan bunga-bunga itu, dia pegang gelas itu sambil memberikan kepada Hamzah “ayo minum dulu”
Terlihat Hamzah menarik nafas panjang sambil mengambil gelas yang tawarkan sahabatnya. Setelah gelas itu dia ambil, lalu dia letakkan kembali tanpa meminumnya seraya berkata “Dahulu disaat aku masih sekolah, aku mengenal seorang gadiskecil. Gadis itu begitu sabar dan ramah pada semua orang, tapi untukku keramahannya terlihat berbeda, untukku sabarnya juga tampak berbeda. Namun semua itu terjadi beberapa tahun yang lalu, sedangkan saat ini aku tidak mengarti bagaimana perasaan gadis kecil itu.”
Hvn
Saat itu terlihat Hamzah memandangi awan-awan yang tampak menari di tengah cahaya bulan. Dia tunjuk salah satu awan dan berkata kepada kedua sahabatnya “kalian lihat awan itu, betapa indahnya awan itu menari di baluti cahaya rembulan. Nampak jelas sekali warna kuning berkilau yang melekat pada tubuhnya, tapi apakah warna asli dari awan itu, aku sendiri juga tidak tahu. Karna yang aku ketahui tentang dia hanyalah keindahan, akhirnya membutakan mataku dengan keindahan itu.”
“gilang, kamu jangan hanya melihat kutu yang berada di ujung pandanganmu. tapi sanggup jugalah melihat gajah yang berada di pelopak matamu.” Balas gilang kepada sahabatnya.
“Benar zah, jangan hanya memandangi seseorang dari keindahannya semata, tapi cobalah kamu perhatikan goresan-goresan di balik ke indahan itu. Kamu jangan salah menafsirkan apa yang aku katakan, yang aku maksut bukan untuk melihat keburukannya, tapi lihatlah perjuangan dia dalam menciptakan keindahan itu zah” tambah yuda saat itu.
Hamzah memandangi kedua sahabatnya, kata-kata sang sahabat memberikan Hamzah kekuatan untuk mengingat kembali kenangan yang pernah dia lukiskan pada masa sekolah dahulu.Dia buka lembaran kisah dengan permohonan ampun dan penyerahan diri sepenuhnya kepada Allah.
Hvn
Saat sekolah dahulu, Hamzah tumbuh menjadi anak yang gagah berani, rintangan demi rintangan dia tempuh dengan kekuatan yang dia miliki.Saat itu dia terkenal sebagai anak yang pandai menyembunyikan segala hal yang dia rasakan. Hamzah dijuluki sebagai seorang anak yang berkepribadian seperti seekor cacing. Dalam bahasa minang hal ini diucapkan sebagai istilah “lunak-lunak kapalo caciang, tapi tanahnyo tambuak juo.”