Sepertiga Waktu Dalam Rasa Rindu

Alfan Hasanah
Chapter #10

Perpisahan Kecil

Perpisahan Kecil

Waktu berlalu dan musim berganti, tidak terasa Aisyah yang dia kenal dahulu sudah beranjak semakin dewasa dan akan segera tamat dari sekolah itu. Dari ikatan alumni Hamzah menerima sebuah surat undangan untuk ikut menghandiri acara perpisahan santri yang tamat pada tahun itu.

Hamzah membaca kata demi kata dalam lembaran surat undangan, dan tertuliskan nama Aisyah di dalamnya. Setelah membaca surat undangan itu, lalu Hamzah bersegera mengemasi keperluaannya untuk pulang menuju kampung halaman. Setelah keperluan dan segala perlengkapan terasa cukup, Hamzah bergegas pergi mencari bus yang menuju ke kota kelahirannya di Batusangkar.

Selama perjalannan, Hamzah memikirkan apa yang harus dia bawa sebagai hadiah kelulusan untuk sang gadis kecil. Namun selama tiga jam perjalan menaiki angkutan umum itu, Hamzah tidak menemukan ide apapun untuk diberikan kepada sang gadis kecil.

“Biarlah yang penting kehadiranku” ucapnya sambil memperhatikan kembali undangan perpisahan yang dia genggam di tangannya.

Setelah sampai di Kota Batusangkar, Hamzah menaiki ojek untuk menuju ke tempat gurunya yang bernama Rasyid. Sesampainya dikediaman sang guru, Hamzah langsung bertemu dengan istri gurunya yang biasa dia panggil ummi.

Hvn

  “Assalamualaikum ummi” Sapa Hamzah sambil menyandang tas yang berada di punggungnya. Sedangkan tangan kanan Hamzah saat itu memegang handfone yang dari berada di genggamannya.

”Wa’alaikumsalam, Hamzah baru sampai?” Tanya ummi sambil memcoba membantu membawakan barang bawaan Hamzah.

“Biar Hamzah saja ummi” kata Hamzahsambil menjabat tangan umminya itu.

“Silahkan masuk Hamzah” Kata ummi sambil membukakan pintu rumahnya lebar-lebar.

“Iya ummi” jawab Hamzah sambil membawa barang bawaannya. “Ummi, Hamzah masuk kamar dulu ya” tambahnya sambil menuju kamar yang biasa dia gunakan sebagai tempat istirahat dirumah itu.

Hamzah kemudian masuk ke dalam ruangan itu.Untuk sesaat dia duduk di atas kasur yang terasa begitu lembut. Dia letakkan tas bawaannya dan berbaring sambil menatapi langit-langit ruangan. Penat saat itu terasa hilang ketika dia telah menginjakkan kaki di rumah yang penuh dengan ketenangan itu. Letih juga tidak lagi terasa, semuanya seolah hilang saat rumah itu menghadirkan ketenangan dalam hatinya.

Tidak lama kemudian, Hamzah keluar dari kamarnya dan menghampiri umminya sambil berkata “Ummi lagi apa?” terlihat saat itu sang ummi mondar-mandir mencari sesuatu dan berkata “Ini, ummi mau buat sambal, enaknya sambal apa ya Zah?” Tanya sang ummi.

Lalu Hamzah mendekati umminya sambil berkata “Hmmm bagaimana kalau kita membuat gulai kuniang ummi.” Terang Hamzah di siang itu.

“Ok” jawab sang ummi. Sambil mempersiapkan bumbu-bumbu yang di perlukan Hamzah kemudian berkata “Ustadz belum pulang ya ummi?”

“Belum Zah, ustadz masih di sekolah” Jawab ummi menanggapi.

Lalu orang tua dan anak itu terlihat sibuk berdua mempersiapkan menu untuk makan siang di hari itu. terlihat di saat itu Hamzah membersihkan ikan yang akan di masak, di belahnya ikanmenggunakan pisau kecil yang berada di tangannya.

Tidak lama kemudian terdengar bunyi klakson kendaraan dari luar rumah “Tit tit”begitu bunyi klaksonnya saat itu.

“Ustadz ya Zah?” Tanya ummi sambil terus mengaduk-aduk masakan yang dia buat.

“Ciee ummi, tahu saja ustadz sudah pulang.” Kata Hamzah sambil menuju keluar rumah.

Terlihat saat itu tubuh besar ustadz Rasyid keluar dari dalam mobilnya seraya berkata “Eehh anak muda, bagaimana kabarnya anak muda?” Tanya ustadz Rasyid sambil mengepal tangannya yang mengisyaratkan tos pada Hamzah.

“Alhamdulillah sehat ustadz” Jawab Hamzah sambil membalas tos ustadznya dengan kepalan tangan juga. Setelah tos itu dilakukan, Hamzah merangkul tangan sang ustadz sambil menjabat dan mencium tangan ustadznya itu.

“Ayo kita masuk Zah” ajak ustadz Rasyid,sambil merangkul pundak Hamzah dia berkata “kamu belum makankan? Ayo kita makan dulu” Ajak ustadz Rasyid.

Hvn

“Ada kegiatan apa Hamzah pulang?” Tanya ustadz Rasyid.

“Biasa ustadz, rindu berkumpul dan bercerita dengan ustadz” jawab Hamzah.

“Hihihi rindu itu jangan sama ustadz Hamzah, tapi rindu itu sama dia saja” goda sang guru kepada muridnya.

Hamzah terseyum dan berkata “Ya sudah, kalau begitu Hamzah pura-pura tidak rindu saja sama ustadz”

“Hihihi tos dulu tanda hati tidak beruba Zah” kata ustadz Rasyid kepada muridnya.

Mereka bertiga menghabiskan makanan di siang itu dengan penuh rasa syukur atas pertumuan yang di hadirkan Allah SWT. Setelah selesai menghabiskan makanannya, Hamzah kemudian berkata “Ustadz, besok orang perpisahan ya di Pondok?”

Lihat selengkapnya