Permainan kecil
Beberapa minggu setelah penjelasan yang diberikan oleh Waddah, dikota kelahiran Hamzah diadakan pagelaran seni tahunan. Terlihat banyak orang yang berpartisipasi memeriahkan acara itu, tampak tenda-tenda berdiri tegak menghiasi lapangan terbuka yang penuh dengan orang-orang yang mondar-mandir.
Setelah selesai melaksanakan sholat magrib, Hamzah pergi dan menghampiri salah satu tenda yang berada di tengah lapangan. Saat itu deruh langkah kakinya ditemani percikan air hujan. Hamzah gulung celananya sampai terlihat betisnya saat itu, lalu dia berjalan sambil menutupi kepalanya dengan sehelai kain sarung yang dia gunakan untuk sholat sebelumnya.
“Maaf saya sedikit telat pak” ucap Hamzah kepala salah seorang yang menghuni tenda itu.
“Tidak apa-apa Hamzah, lagi pula bapak di sini tidak sendirian.” Jawab bapak itu. “Bagaimana pak?” Ada yang sudah mampir? Tanya Hamzah melanjutkan.
“Beberapa sudah ada, tapi lihat saja itu” ucap bapak itu sambil menunjuk genangan air di depannya.
“Tidak apa-apa pak, InsyAllah akan ada hal baik yang akan kita peroleh nanti pak” kata Hamzah sambil melihat kondisi di sekitar tenda itu.
“Semoga saja Hamzah” balas bapak itu sambil menyusun beberapa barang di atas meja pameran.
Waktu itu Hamzah ikut berpartisipasi dalam pagelaran seni yang diadakan di kotanya. Setiap kecamatan juga ikut berpartisipasi dalam pagelaran yang di lakukan oleh dinas kebudayaan di kota itu. Tentu tujuan dari pameran tersebut berguna untuk menarik minat dan bakat pengunjung untuk terus melestarikan kesenian dan budaya yang ada di kota itu.
“Ohhh iya Hamzah, kamu sudah menyelesaikan lukisan yang kemarin?”
“Lukisan yang mana pak?” Tanya Hamzah sambil mencicipi beberapa oleh-oleh khas minang kabau.
“Itu, lukisan yang pernah kamu coba buat di rumah bapak kemarin?”
“Ohhh lukisan itu, belum selesai pak. maklum baru belajar” Ucap Hamzah sambil sedikit terseyum
Dalam suasana itu terlihat ada banyak orang yang lewat di depan tenda mereka. Ada yang lewat sambil berlari, ada yang berjalan pelan dengan penuh kehati-hatian, dan ada anak-anak yang dari tadi terus mondar-mandir menyusuri lapangan itu.
“Hamzah nanti ada beberapa orang yang akan datang ke sini, nanti tolong kamu jemput ya”
“Siapa pak?” Tanya Hamzah sambil membaca buku tamu yang berada didekatnya.
“Aisyah katanya akan mampir ke sini Zah, jadi nanti tolong kamu jemput dia ke luar, dia belum tahu lokasi tenda kita.” Sambil membolak-balik buku itu Hamzah berkata “Baik pak, nanti bapak kabari saja pak”
Hamzah saat itu terlihat duduk di salah satu kursi sambil menunggu beberapa pengunjung yang datang untuk melihat dan sekedar singgah semata. Ada banyak hal yang di tampilkan saat itu, ada yang menampilkan baju adat masing-masing daerah, makanan masing-masing daerah dan berbagai hal lainnya.
“Hamzah, Aisyah sudah sampai, tolong kamu jemput dia keluar”
“Baik pak”
Hamzah akhirnya pergi menjemput kedatangan Aisyah. Baru beberapa langkah dia berjalan Aisyah sudah terlihat di pelupuk matanya. Namun langkah Hamzah perlahan terhenti melihat sosok itu, Hamzah hanya diam saat itu. Dia lihat ada beberapa teman bersama dengan Aisyah, entah siapa teman yang bersama sang gadis kecil saat itu. Hamzah hanya berdiam diri menatapi gadis kecil yang terlihat bahagia berjalan sambil bersenda gurau dengan temannnya itu.
Hvn
Seakan tidak mau menghampiri gadis kecil yang berada di depan matanya, Hamzah berbalik dan segera kembali tenda tempat pak Malik berada.
“Mana aisyah?” Tanya pak malik saat itu
“Aisyah di belakang pak.”
“Lohhh kenapa tidak bersama dengan dia kesini?”
Hamzah menjawab pertanyaan itu hanya dengan sedikit terseyum. Beberapa meter sebelum Aisyah tiba di tempat itu, Hamzah melihat temannya sedang mampir di salah satu tenda yang tidak jauh berada didekatnya.
“Hamzah” Sapa temannya saat itu.
“Iya Roni” Jawab Hamzah sambil menghampiri temannya itu
“Pak saya tinggal dulu sebentar ya, saya temui teman saya dulu”
“lohhh, aisyah baru mau sampai kenapa kamu pergi?
“Sebentar pak, saya tidak akan lama, lagian terlihat dari sini kok pak”
Lalu Hamzah pergi menemui temannya itu, sesampainya Hamzah di tempat temannnya, saat itu terlihat Aisyah juga telah sampai di tempat pak Malik. Mereka bercakap-cakap dan bersenda gurau, Hamzah hanya melihat gedis kecil itu dari kejauhan, dia pandangi gadis itu dengan tatapan kosong.
“aisyah, suara di tempat ini begitu bising, tapi kenapa hanya suara engkau yang aku dengar? Aisyah, suasana malam ini sungguh begitu dingin dengan turunnya rintisan air hujan, tapi kenapa aku terasa sangat saat engkau berada dekat dengan pandangan mataku? Aisyah, ada ratusan bahkan ribuan seyuman yang aku pernah aku lihat, tapi kenapa hanya seyumanmu yang aku kenang? Aisyah, ada banyak wanita yang mencoba mendekatiku, tapi mengapa aku memilih bertahan sendiri menunggu kepastian hatimu?”
Rintihan pertanyaan itu menghiasi pikiran Hamzah saat itu, meski sang gadis kecil tampak bahagia dalam seyumannya, namun Hamzah tiada turut merasakan kebahagian itu. dalam hatinya bertanya “entah bersama siapa sang gadis kecil saat itu?
Hamzah sama sekali tidak mengenal sosok pria yang menemani perjalanan sang gadis kecil. Memang sang gadis kecil tidak berjalan berdua dengan pria, karena ada Waddah bersamanya, namun hati Hamzah seolah tidak menerima seyuman yang terlukiskan di wajah kecil itu. Hatinya merasa cemburu dengan seyuman yang di hadirkan oleh orang lain untuk sang gadis kecil.
Setelah berbasah-basi dengan temannya, lalu Hamzah pergi meninggalkan temannya itu sambil kembali ke tempatnya pak malik berada “Bagaimana?” Tanya pak Malik ketika Hamzah telah sampai di tempat itu.
“Bagimana apanya pak?” Tanya Hamzah
Pak Malik tidak lagi melanjutkan pembicaraan itu, lalu dia menoleh dan mengalihkan pandangannya pada sang gadis kecil sambil berkata “Aisyah dan Waddah sudah makan?”