Sepertiga Waktu Dalam Rasa Rindu

Alfan Hasanah
Chapter #15

Sakit Tanpa Perhatian

Sakit Tanpa Perhatian

Beberapa bulan setelah pertemuan Hamzah bersama Aisyah. Saat itu dia tampak duduk di kursi merah yang berada di dalam rumah ustadz rasyid sambil menuliskan beberapa catatan kecil di dalam laptop sang guru.

Saat itu terdengar handphone miliknya berdering, sambil melihat panggilan itu dia mengangkat panggilan telfone tersebut dan terdengar kata “Halo Assalamualaikum”

“Waalaikummusalam pak Malik” Jawab Hamzah

“Hamzah, kita mendapatkan undangan untuk mengisi acara pernikahan di tempat Waddah, kamu bisa ikut?” ucap bapak Malik saat itu.

“Kapan acaranya pak?”

“Hari minggu depan” jelas pak Malik

“InsyAllah saya ikut pak, nanti bapak kabari lagi ya pak” sambung Hamzah

“InsyAllah, ya sudah bapak matikan dulu telfonenya, Assalamualaikum.”

“Waalaikummusalam pak”

Waktu yang tentukan telah tiba, lalu Hamzah pergi seorang diri menuju tempat di selenggarakan acara pernikahan itu. Ada banyak hal yang dia rasakan di hari itu, ada tetesan hujan yang membasahi tubuhnya, ada juga panas mentari yang menyenyat kulitnya. Karena cuaca yang tiada menentu, dan kondisi badan yang sedang tidak fit, Hamzah akhirnya melalui hari itu dengan menahan rasa sakit yang menimpa tubuhnya.

Beberapa hari setelah acara pernikahan itu, terlihat Hamzah melangkah menghampiri laptopnya, dan melihat sebuah file foto yang terpampang jelas di layar laptopnya saat itu.

Ingin hatinya berbicara kepada foto itu, tapi dia menyadari bahwa foto itu tidak akan menjawab ucapannya. Ingin pula dia mengakpilakasikan perasaannya pada foto itu, tapi dia sadar hal itu tidak akan mengobati hati dan pikirannya.

Hamzah hanya bisa memandangi wajah itu tanpa sanggup meraihnya, Hamzah hanya mampuh menatapi setiap sudut seyuman yang di tampilkan foto itu tampa sangguh terseyum.

“Hamzah” ucap ustadz Rasyid sambil menepuk pundaknnya

“Ehhh iya ustadz” Jawab Hamzah sambil tergesah-gesah menutup foto yang dia pandangi.

“Sedang apa kamu?”

“Tidak ada ustadz, saya hanya mau menulis ustadz”

Ustadz Rasyid terseyum dan berkata “Bagaimana kabar dia Zah?

Hamzah memandang kearah gurunya itu dan berkata “Kabar siapa ustadz?

“Kabar Aisyah?” Jelas ustadz Rasyid

“Alhamdulillah dia baik ustadz.”

“Hamzah, jangan terlalu sering memandang dia hanya dari foto yang kamu miliki, tapi pandangilah dia dengan cara berdoa kepada Allah, agar semua yang kamu rasakan tidak membuat kamu hanyut dalam ketidakjelasan” Ucap ustadz Rasyid

Hvn

 “Ustadz, aku mau menceritakan sesuatu ustadz.”

Ustad Rasyid lalu mengambil kursi dan duduk di samping muridnya itu, dia dengarkan dengan seksama setiap cerita yang di kisahkan Hamzah. Terlihat linangan air mata mengaliri wajah sang murid, lalu ustadz Rasyid mengambilkan tisu untuk muridnya itu dan berkata.

“Hamzah, pergilah ambil wudu’ dahulu”

Tanpa membatah, lalu Hamzah pergi menuju kamar mandi dengan menundukkan kepalanya. Langkah dia ayukan perlahan, tanganya menutupi wajahnya yang seakan malu dengan sikap hatinya sendiri.

“Hamzah kenapa?” Tanya ummi yang baru saja keluar dari kamarnya saat itu.

“Tidak apa-apa” Jawab ustadz Rasyid

Tidak lama setelah itu, terlihat Hamzah datang dan kembali duduk di dekat ustadznya itu. Sedangkan ummi segera masuk kembali ke dalam kamar dan seolah-olah tidak ingin tahu tentang kesediahan Hamzah, agar dia tidak merasa malu dengan hati yang dia miliki.

“Bagaimana perasaan hati kamu Zah?”

“Alhamdulillah aku sudah merasa lebih baik ustadz.” Terang Hamzah

“Ustadz, aku minta maaf karena aku menceritakan ini pada ustadz” sambungnya kembali

“Tidak apa-apa Hamzah, justru ini yang ustadz suka.”

“Kenapa begitu ustadz” Tanya Hamzah

“Karena kalu kamu tidak mau bercerita, maka kamu akan berada dalam kehampaan secara terus menerus, dan akan ada banyak hal yang tertinggal, dan akan ada banyak perkerjaan yang terlupakan. Maka dari itu ustadz merasa bangga padamu, kamu adalah laki-laki kuat yang sanggup bertahan agar kamu tidak menyakiti.” Terang ustadz Rasyid

“Kalau kamu sudah mampuh bercerita, maka ceritakanlah kembali hal tadi dengan tenang” Sambung ustadz Rasyid

Lalu Hamzah kembali menceritakan sebab terjatuh air matanya, dia buka lembaran ingatan beberapa hari yang lalu. Terlihat jelas dalam lembaran ingatan itu wajah sang gadis kecil.

Hvn

Tanpa suara Hamzah menjawab sapaan sang gadis kecil, dia melangkah tidak seiring dengannya menuju acara pernikahan yang berlangsung beberapa hari yang lalu. Dia biarkan adiknya berjalan di depannya dengan teman laki-laki yang dulu sudah pernah di kenalkan oleh gadis itu.

Langkah demi langkah dia ayunkan sendiri menuju gerbang tempat penerimaan tamu di pesta pernikahan itu. Salam dan sapaan ucapan terima kasih terdengar dari beberapa tuan rumah yang menyambut kedatangannya.

Hamzah duduk tidak jauh dari gadis kecil itu, tapi cukup jauh untuk bisa bercakap-cakap. Hanya mata yang mampuh memandang wajah sang gadis kecil, namun lisan tidak mampuh berbicara dengannya. Beberapa teman menemani Hamzah saat itu dan berkata “Kakak tadi kehujanan ya?” Tanya waddah yang menghampirinya saat itu.

 "Iya waddah, tapi kakak tidak basah kok Waddah.” Jawab Hamzah.

“Syukurlah kalau begitu kak. Ohh iya, Kakak dengan siapa kesini?” Tanya Waddah yang merupakan sahabat dekat sang gadis kecil.

“Kakak sendirian” Jawab Hamzah

“Kenapa tidak bersama dengan aisyah?” Tanya wanita itu sambil melihat ke arah sahabatnya yang dari tadi telah duduk di sisi lain bersama seorang teman.

Hamzah hanya terseyum menjawab ucapan Waddah saat itu. lalu dia melihat kearah Aisyah yang terseyum dan tertawa sambil bercerita dengan temannya itu, dan Waddah saat itu juga memandang kearah sahabatnya tersebut dan berkata “Kenapa ya Aisyah tidak duduk bersama kakak?”

“Biarkanlah Waddah, cobalah Waddah pandangin wajahnya, ada bahagia tertuliskan dari seyumannya. Seolah tiada beban, dia tertawa dengan begitu lepasnya.” Kata Hamzah yang saat itu terus menatapi sang gadis kecil.

Waddah pandangi kembali sahabatnya itu dan dia pandangi juga Hamzah yang saat dalam waktu yang bersamaan. Terlihat saat itu tatapan Hamzah penuh dengan tatapan kesedihan yang di sembunyikan. Sesekali terlihat Hamzah mengusap wajahnya sambil memijat kepalanya.

“Kakak kenapa?” Tanya waddah

Hamzah hanya menggeleng menjawab pertanyaan itu, lalu wanita itu berkata “Kakak, kalau kakak kurang enak badan. Lebih baik kakak istirahat” Sambung Waddah

 “Tidak Waddah, kakak sehat kok.” Jawab Hamzah

“Ya sudah kalau begitu kak. Kakak tunggu disini sebentar ya, waddah ke tempat ibuk dulu.” Lanjutnya saat itu sambil beranjak meninggalkan Hamzah yang duduk di salah satu kursi tamu.

“Iya Waddah” jawab Hamzah sambil mengambil beberapa makanan di atas meja. Lalu waddah pergi meninggalkan Hamzah dengan beberapa orang temannya, dan menemui ibuk yang dia maksut, dan ternyata ibuk itu merupakan istri dari pak Malik sendiri. Tampak Waddah berbincang dengan ibuk itu sambil melihat kearah Hamzah. Tidak lama setelah itu Waddah datang kembali dan disusul dengan kehadiran ibuk itu sambil berkata kepadanya “Hamzah kenapa?” Tanya ibuk itu.

“Tidak apa buk, Hamzah hanya sedikit flu saja” Jawabnya

“Sudah minum obat?”

“Belum buk, tapi ibuk tidak perlu khawatir, nanti Hamzah juga akan sehat sendiri buk”

“Waddah, ada tidak ruangan untuk kakak kamu istirahat?” Tanya ibuk itu kepada Waddah.

“Ada buk, ayo Waddah antar” Ucapnya

“Tidak usah buk, Hamzah disini saja buk” Terang Hamzah kembali.

Lihat selengkapnya