Sang putri impian
Hari berganti minggu, minggu berganti bulan. Seiring pergantian itu, Yuda pulang ke kampung halaman untuk menikmati betapa indah dan eloknya kampung tersebut.
“Hallo assalamualaikum” Jawab Hamzah saat mengangkat telfone dari sahabatnya.
“Waalaikumsalam, Hamzah bagaimana kabar kamu? Ohh ya saya mau minta tolong sama kamu Hamzah, ibu mau mengirimkan paket ke saya hari ini, kamu bisa bantu datang ke rumah saat ini untuk membantu mengantarkan paket itu?” Jelas Yuda dalam panggilan itu.
“Kebetulan saya sedang tidak ada kegiatan juga Yuda, ok saya segera ke rumah kamu saat ini.” Panggilan itupun terputus dan Hamzah segera menuju ke rumah kediaman Yuda.
Tit tit, terdengar bunyi klakson motor Hamzah yang telah sampai di depan rumah Yuda, dia ketuk pintu rumah tersebut seraya mengucapkan salam. Silahkan masuk jawab seseorang dari dalam rumah.
“Waaaahhh ini nih yang tidak saya suka, kenapa tidak memberi kabar kalau kamu pulang?”
“Hahaha anggap saja ini sebagai hadiah dari saya buat kamu Zah” Ucap Yuda kala itu. sambil merangkul sahabatnya Hamzah berkata “Eee tidak bisa begitu Yuda, oleh-oleh untuk saya mana?”
“Heheh nanti kita bahas hal itu, kamu baru datang sudah menanyakan oleh-oleh, Tanya kabar saya dulu kenapa.”
“Kalau kabar kamu saya sudah tahu” jawab Hamzah kepada sahabatnya.
Kedua sahabat itu akhirnya menghabiskan waktu cukup lama untuk berbincang kala itu. Sampai akhirnya Hamzah menceritakan pertemuan dia dengan Hanum sewaktu dia melakukan penelitian.
“Yuda, kamu ingat tidak dengan junior kita waktu di sekolah dahulu.”
“Siapa Hamzah?” Tanya Yuda.
“Namanya Hanum, kalau tidak salah dia satu tahun di bawah kita dahulu, kamu ingat?”
“Ohhh Hanum, aku ingat. Memangnya kenapa dengan dia?” Tanya Yuda
“Beberapa bulan yang lalu aku bertemu dengan dia, tapi kami hanya bertemu sesaat. Namun di waktu yang sesaat itu, seolah-olah memberikan aku pengertian bahwa aku sudah lama dekat dengan dia. Agak aneh, tapi itulah yang aku rasakan” Jelas Hamzah.
“Ini nih yang tidak pernah berubah dari kamu, baru lihat cewek cantik saja kamu merasa sudah begitu dekat dengan dia.” Ucap sahabatnya sambil mencicipi beberapa cemilan.
“bukan begitu Yud, kamu seperti tidak tahu aku saja, mana pernah aku terkesima hanya karena kecantikan.”
“Jadi kamu suka cewek yang jelek berarti ya?” Tanya yuda kembali
“Kalau jeleknya cuma jelek wajah, dan itu hanya pendapat orang saja, bisa jadi Yud. Karena cantik dan jelek itukan berbeda dari setiap pandangan, bisa jadi yang jelek menurut aku namun cantik menurut kamu dan begitupun sebaliknya. tapi bukan itu inti dari semuanya yud, kamu ada-ada saja.”
Sambil sedikit tertawa Yuda menjawab “Heheh saya becanda Zah. Lalu bagaiman pendapat kamu tentang dia, dia cantik tidak?”
“Walahhh pertanyaan kamu berat sekali Yud, hmmm tapi menurut saya sejauh ini biasa saja sih Yud.” Terang Hamzah
“Hmmm berarti nanti akan ada kalanya kamu menilai dia cantik berarti ya.” Ucap Yuda menambahkan pertanyaan
“Waah kenapa kamu berpikir begitu?” Ucap Hamzah balik bertanya.
“Soalnya tadi kamu bilang sejauh ini, Berarti besok, lusa dan beberapa waktu setelah ini akan ada kesempatan kamu memiliki penilaian yang berbeda tentang dia.”
“Pemikiran yang bagus Yud, tapi mengenai hal itu saya tahu Yud, biarkanlah waktu yang akan menjawab semua itu.” terang Hamzah
“kamu tahu siapa Hanum itu bagiku?” Tanya Yuda.
“Hmmm, yang saya tahu dia itu adik kelas kita dahulu, itu saja.”
“Hehehe ternyata kamu belum tahu apa-apa tentang saya Zah, dia itu adik saya Zah. Memang bukan adik kandung sih, tapi ada ikatan persaudaraan diantara kami berdua.”
Hamzah terlihat tercengan dan mengangkat ke dua alis matanya saat itu seraya berkata “Kamu serius Yud? Kenapa kamu tidak pernah menceritakan hal itu?”
“Eeehh jangan salahkan saya Zah, saya sudah pernah menceritakannya, kamu mungkin lupa.”