Seutai Puisi Dalam Selembar Surat
Bulan demi bulan berlalu, tahun demi tahunpun berganti. Lalu Hamzah mendapatkan kabar berita dari Waddah, sahabat gadis kecilnya.
Waddah saat itu memberikan kabar bahwa dia sedang bersama dengan Aisyah, dan Aisyah ingin sekali bertemu dengan Hamzah, begitulah isi tulisan pesan saat itu.
Akhirnya Hamzah pergi menemui mereka berdua. Sesampainya Hamzah di tempat itu, terlihat kedua wanita itu telah duduk menanti kedatangannya dengan beberapa makanan di atas meja.
“Seperti kakak lagi di traktir ya” Ucap Hamzah saat telah sampai di antara mereka berdua.
“Hehehe iya kak, kali ini biar kami berdua yang traktir kakak” Ucap Waddah saat itu.
Tanpa membedakan kedua wanita itu Hamzah bertanya “ohh iya bagaimana kabar aisyah dan waddah?”
“Alhamdulillah kami baik kakak” Jawab Aisyah sambil terseyum seperti biasanya.
Mereka akhirnya makan dan berbincang tentang suatu hal saat itu. Sambil meninggalkan Aisyah dan Hamzah, Waddah pun mencari alasan untuk pergi sebentar saat itu.
“kak” tegur Aisyah.
“Iya Aisyah, kenapa?”
“Aisyah mau bilang sesuatu sama kak” ucapnya.
“ada apa Aisyah.”
Sambil memberikan segelas air putih ke hadapan Hamzah yang terlihat kepedasan, Aisyah pun berkata “Terima kasih karena kakak selama ini selalu menjaga Aisyah sebagai seorang abang yang begitu sayang kepada adiknya.”
Hamzah hanya terseyum mendengar ucapan itu sambil menikmati makanannya, lalu sang putri impian kembali berkata “Terima kasih juga karena kakak selalu ada dan mensuport Aisyah sampai sejauh ini. Aisyah berjanji bahwa Aisyah akan menciptakan seyuman yang indah di wajah ibu dengan kesuksesan Aisyah. Seperti yang pernah kakak bilang, hal utama yang harus Aisyah lakukan adalah membuat ibu bahagia.”
Setelah selesai makan Hamzah pun berkata “Apapun kebaikan yang Aisyah usahakan, pasti akan berbuah kebahagian di mata ibu, apapun kebaikan itu. Bahkan kehadiran Aisyah pertama kali sebagai putri ibu sudah merupakan kebahagian yang tidak ternilai bagi ibu.”
Mendengar ucapan itu Aisyah berkata “kakak benar, maka dari itu Aisyah ingin ibu selalu terseyum dan Aisyah akan selalu berusaha untuk itu.”
“Satu hal lagi kak, Sekali lagi Aisyah ucapkan terima kasih karena kakak telah menjadi seorang abang yang kuat dalam melindungi, ramah dalam menasehati dan santun dalam mengajari. Aisyah berharap bahwa kakak akan terus menjadi kakak Aisyah selamanya, Kakak mau?” Tanya Aisyah saat itu.
Sambil terseyum Hamzah menjawab “InsyAllah Aisyah akan selalu melihat kakak sebagai kakak yang baik untuk Aisyah, insyAllah.” Jawabnya
Setelah Hamzah berkata seperti itu, terdengar kedatangan Waddah menghampiri mereka seraya berkata “Ehhmmm ada yang lagi seyum-seyum nih kelihatannya.”
“Ihhhh kamu apa sih Waddah” ucap Aisyah sambil sedikit bergelut dalam candaan saat itu. Tidak lama setelah itu, akhirnya mereka bertiga pulang menuju tempat mereka masing-masing.
Hvn
Tidak terasa waktu terus berlalu. Bunga yang dahulunya berputik, saat ini telah tumbuh dan berkembang. Aromanya menyejukan, keindahannya menentramkan, berada di antaranya membuat banyak orang hanyut dalam kerinduan. Setelah melalui berbagai kisah dan cerita, setelah melewati berbagai gunda dan gulana, Hamzah akhirnya menetapkan hatinya pada salah seorang wanita.
Bersama keluarganya, Hamzah datang dan melamar wanita itu kepada kedua orangtua yang membesarkannya. Niat telah selesai di sampaikan, maksut telah selesai di ungkapkan. Kedua orang tua wanita itu berkata bahwa semua keputusan ada di tangan sang anak, sambil memberikan sebuah surat kecil Hamzah berkata.
“Bapak, ibuk. Saya mau minta tolong boleh? Tanya Hamzah
“Boleh nak Hamzah, nak Hamzah mau mintak tolong apa? Tanya kedua orang tua itu.
“Nanti tolong berikan surat ini kepada putri bapak dan ibuk ya” Ucap Hamzah sambil memberikan sepucuk surat yang telah dia tuliskan sebelumnya.
Setelah Hamzah dan kedua orang tuanya pergi meninggalkan rumah itu, sang putri yang menunggu di dalam kamarnya di panggil oleh sang ayah “Nak, kesini dulu sebentar.”
“Tadi Hamzah bersama kedua orang tuanya datang kesini, dia menyampaikan segala maksut dan tujuan dengan cara yang baik. Nak Hamzah bermaksut ingin menjadikan kamu sebagai pelindung imannya, penjaga hatinya dan pelepas kerinduannya. Begitu maksut yang ingin dia sampaikan tadi, bagaimana menurut kamu nak? Ayah dan ibu menyerahkan semua pilihan kepada kamu.” Terang ibunya
Putri itu tidak berbicara dan hanya terdiam menatapi kedua orang tuanya “Tadi Hamzah menitipkan surat ini kepada ibu” Ucap ibunya sambil menyerahkan surat itu. Seolah tidak ingin merusak bingkai indah yang menyelimuti surat itu, dengan lembutnya dia membuka surat itu dan segera membacanya