Disini Sephora berada saat ini, di ruang BK dan duduk berhadapan dengan Bu Diah. Tubuhnya disandarkan di kursi dan kedua tangannya dilipat di depan dada. Benar-benar murid yang tak punya sopan santun. Bu Diah hanya menatap lurus dan tajam ke arah Sephora, sesekali tangannya menaikkan kacamatanya yang sempat melorot.
Sampai akhirnya beliau bersuara, "kamu tidak capek berulah terus seperti ini?" Tanya Bu Diah.
"Saya capek berhadapan dengan murid bermasalah seperti kamu. Sampai kemarahan saya sudah habis hanya untuk menghadapi kamu." Keluhnya.
"Kalau capek, ngapain ibu ngajak saya kesini?" Tanya Sephora tanpa dosa, cewek ini memang hobi sekali memancing kemarahan wanita itu.
Bu Diah memanas, beliau sudah benar-benar lelah menghadapi muridnya yang satu ini. "Pulang sekolah bersihkan seluruh toilet yang ada di sekolah." Perintahnya, "sekalipun kamu anak presiden, kalau kamu salah akan tetap saya hukum."
Statusnya sebagai anak Ketua Yayasan memang tak akan pernah menyelamatkannya dari Bu Diah. Bukan hanya sekali Sephora berulah, tapi sudah berulang kali. Bahkan orang tuanya juga sudah lelah keluar masuk ruang BK hanya untuk masalah Sephora saja.
"Berhenti berulah, atau kamu akan berhadapan dengan kepala sekolah." Ancam wanita itu.
"Sekalipun saya berhadapan dengan presiden juga gak masalah kalau saya benar." Balasnya, kali ini dia menurunkan kedua tangannya yang sedari tadi terlipat di depan dada.
Bu Diah menggebrak meja, membuat Sephora sedikit terkejut di kursinya. "Sephora, kamu pikir sekolah disini hanya main-main? Kami disini untuk mendidik, bukan menjadi pembangkang dan berulah seperti kamu. Seharusnya kamu bisa bersikap manis sebagai seorang perempuan." Sephora terdiam, dia sudah hafal diluar kepala dengan ceramah ini. Sudah menjadi makanan sehari-hari setiap bertemu dengan Bu Diah.
"Tolong, rubah sikap kamu menjadi perempuan yang sedikit manis. Jangan seperti ini yang gak punya attitude sama sekali." Bu Diah sudah mulai melunak, marah dengan Sephora terus menerus juga tidak ada gunanya.
"Dia yang menabrak saya dan membuat seragam saya kotor. Wajar kan bu, kalau saya menegurnya." Bela Sephora.
"Tapi tidak dengan cara seperti itu kamu menegurnya, itu sudah kelewat batas, Sephora." Selanya, "sudah sekarang balik ke kelasmu dan jangan bikin ulah seperti ini lagi." Bu Diah mengakhiri perdebatannya dengan Sephora.
Sephora mengangguk lalu berdiri, tanpa ucapan apapun dia langsung berbalik badan menuju pintu.
"Ingat hukuman kamu sepulang sekolah nanti." Kata Bu Diah saat Sephora membuka pintu.
Sephora tak menjawab, dia hanya keluar dari ruangan dengan acuhnya dan menutup pintu ruang BK dengan sedikit keras. Dia mendengus, Bu Diah akan menjadi lawannya selama dia masih menjadi murid di sekolah ini. Sephora lalu menendang tempat sampah yang ada di depan ruangan BK dan membiarkannya berserakan kemana-mana, sebelum akhirnya dia kembali ke kelasnya.
*****
Sephora menjalankan hukuman yang diberikan Bu Diah, sebenarnya dia bisa saja menyuruh orang untuk menggantikan tugasnya, lalu memberinya uang, dan pergi dari sekolah. Hanya saja Bu Diah merelakan waktu pulangnya untuk mengawasi Sephora, wanita itu sudah hafal kalau Sephora pasti akan berulah lagi. Dan kali ini wanita itu tidak akan membiarkan Sephora lolos.
"Dasar wanita tua gak ada kerjaan." Gerutunya dengan emosi, sekarang ini Sephora mengepel bagian toilet cowok. Untung saja sudah sepi, kalau saja masih ada yang berkeliaran disini, sudah dipastikan dia akan mendengar rayuan-rayuan manis yang sangat dibencinya. Semua cowok sama saja, pembual.
Sephora melanjutkan mengelap wastafel, meletakkan ember yang dibuatnya mengepel tadi di belakang pintu toilet. Seseorang masuk, tanpa sengaja membuat ember yang ada di belakang pintu tadi terjatuh dan menumpahkan air yang di dalamnya.
Melihat kejadian itu, Sephora langsung menatap sinis penuh emosi ke arah cowok itu. Dia langsung melempar lap yang dipegangnya itu ke sembarang arah.
"Heh, lo!" Sentaknya, membuat cowok itu mengarahkan tatapannya ke Sephora.
"Bego banget sih jadi cowok," olok Sephora, cowok itu tak menghiraukan. Dia malah masuk ke salah satu bilik toilet.
Sephora mendelik kesal, beberapa detik kemudian otaknya bermain. Sepertinya dia mulai mendapatkan bahan untuk berulah kembali, melanjutkan aksinya yang tadi sempat gagal gara-gara kedatangan Bu Diah. Sephora segera berjalan ke bilik toilet tempat dimana cowok itu masuk. Berdiri di sana dengan berkacak pinggang, menunggu cowok itu keluar.
Cowok itu keluar, dengan cepat Sephora berdiri di depannya dengan sedikit mengangkat kepalanya. "Gue minta sekarang lo bersihin air yang tumpah ke lantai." Tusuknya dengan kedua mata tajam. Baginya memerintah orang itu gampang karena dia yang punya kekuasaan di sekolah ini.
Cowok itu dengan santai berlalu dari Sephora dan mengabaikan perkataannya. Dari sini Sephora seperti mendapat penolakan, selama ini tak ada yang pernah mengabaikannya. Semua cowok yang melihat Sephora pasti akan bermulut manis untuk menggodanya, dan cowok itu malah sebaliknya. Dengan cepat Sephora langsung menyusulnya, dan menahannya ketika cowok itu akan keluar dari toilet.
"Heh!" Tahannya dengan memegang lengan cowok itu, "lo gak budek kan? Enak aja lo main pergi setelah lo nambah pekerjaan gue."
Cowok itu melepas tangan Sephora dari lengannya, menatap sebentar ke arah Sephora lalu pergi begitu saja keluar dari toilet. Sephora geram, dia bersumpah akan membuat masalah dengan cowok itu jika lain waktu bertemu. Penolakan ini harus ada balasannya.
*****
"Lo abis boker? Lama banget di toilet." Tanya Aska saat kembalinya Leon dari toilet.