Telinga Leon mendadak bising mendengar semua celoteh yang keluar dari mulut Aska. Bagaimana tidak? Aska tak ada hentinya berceloteh ria tentang Sephora. Ya, cewek idaman para cowok di sekolahnya.
Mulai dari Leon selesai latihan dan sampai detik ini, mulut Aska tak ada hentinya untuk bersuara. Baru namanya saja yang Aska sebut, Leon sudah kesal setengah mati. Bagaimana kalau ketemu dengan orangnya lagi? Mungkin Leon sudah mengutuk dirinya sendiri karena merasa sial.
Leon membelokkan setir mobilnya ke salah satu cafe terdekat yang dia liat. Leon butuh mendinginkan kepalanya, atau setidaknya dia butuh makanan untuk membungkam mulut Aska supaya berhenti bercerita tentang cewek itu.
"Lo tau aja gue lagi laper." Aska menepuk bahu Leon dengan sok asik, dan Leon hanya membalasnya dengan lirikan tajam. Melihat respon Leon yang seperti itu kepadanya, Aska hanya menelan ludah. Leon pasti sedang kesal dengannya. "Tenang brother, gue yang traktir." Putusnya.
Leon tak menghiraukan, dia membuka pintu mobil dan segera keluar. Sedangkan Aska, dia hanya mengikuti sang pemilik mobil itu yang sudah mendekat ke pintu cafe.
"Buru-buru amat, lo beneran keabisan tenaga ya abis latihan tadi?"
Demi Tuhan, Leon sudah jengah mendengar suara Aska yang terus berbicara. Dia segera membuka pintu cafe dan masuk.
Baru saja Leon mengedarkan pandangannya di sekitar untuk mencari meja kosong, kedua mata cokelatnya terhenti di salah satu meja yang ditempati oleh seorang cewek yang sedang menatap ke arahnya juga.
Aska? Jangan ditanya bagaimana ekspresinya saat ini. Kedua matanya terlihat berbinar seperti sedang mendapatkan emas sekarung.
Leon berniat untuk berbalik badan dan keluar, tapi Aska menahannya. Dia memberi kode lewat kepalanya untuk duduk di salah satu meja kosong yang ada di pojok. Aska lebih dulu berjalan dan langsung diikuti oleh Leon di belakangnya.
"Bisa-bisanya kita ketemu Sephora disini." Aska bersuara lebih dulu, "dia mau pakai baju apapun tetep aja cantik ya." Aska menyuarakan isi hatinya, bagaimana tidak? Cewek itu selalu membuat Aska terpesona setiap kali melihatnya.
Leon tak menanggapi, dia sibuk membolak-balik buku menu. Seandainya dia tau ada Sephora, Leon memilih untuk mencari cafe lain yang jauh lebih nyaman untuk tempat dia makan. Kalau sudah seperti ini, selera makannya jadi hilang.
Aska menatap Leon yang masih saja membungkam, entahlah temannya itu sedang puasa bicara atau bagaimana. Rasanya susah sekali untuk mengajak Leon berbicara.
Ah, pasti karena ada Sephora. Leon kan memang tidak menyukai Sephora.
"Bisa gak lo senyum dikit gitu? Datar banget muka lo gak ada lika-likunya."
Leon menutup buku menunya, dia membalas tatapan Aska dengan tajam. "Pesenin gue spaghetti bolognese sama ice lychee tea." Pintanya.
"Siap komandan." Kalau sudah seperti ini, Aska tak berani membatahkan. Daripada dia ditenggelamkan di kolm renang secara hidup-hidup oleh Leon.
Aska segera bangkit dari tempat duduknya, berjalan menuju meja kasir untuk memesan pesanan Leon dan pastinya untuk dirinya juga.
Sepeninggalan Aska, Leon duduk sendiri sambil memainkan ponselnya. Dia sedang mengetik sesuatu pada ponselnya. Tiba-tiba saja ada sesuatu yang tumpah dan mengenai kepala serta baju yang sedang dia kenakan. Leon segera mengangkat kepalanya, menatap seseorang yang sepertinya sengaja melakukan hal itu.
Sephora, dialah pelakunya. Kedua matanya menyipit dengan tatapan tajam yang menusuk.
"Ini balasan untuk orang yang udah berani mengabaikan gue." Ucapnya sambil meletakkan gelas itu di meja.
Leon tak bersuara, dia hanya menatapnya dengan menautkan kedua alisnya. Beberapa pengunjung yang ada di cafe itu menatap ke arah mereka dengan sedikit berbisik. Ah, jangan ditanya, beberapa dari mereka pun juga tak ketinggalan untuk mengabadikan insiden yang sedang terjadi.
"Kenapa natap gue kayak gitu? Gak terima?" Kedua tangannya kini dilipat di depan dada. Seolah menantang Leon untuk melawannya.
Leon masih tetap tak bersuara. Dia hanya menatap dan mendengar apa yang Sephora katakan. "Oh, lo bisu ya? Baru tau gue kalau ternyata lo bisu. Orang bisu kayak lo gini kok bisa jadi atlet renang kebanggaan sekolah kita? Oh waw!" Sephora sudah berani merendahkan Leon di depan umum. Dia bertepuk tangan ria dengan maksud mengejek Leon. Dan cowok itu, masih saja diam tanpa membalas sedikit pun.
Sephora sedikit membungkuk, lalu dia mendekatkan bibirnya ke telinga Leon dengan posisi yang sangat dekat. "Denger ya, ini belum seberapa. Gue pastiin lo bakal dapat lebih daripada ini. Paham?" Tanyanya dengan sedikit berbisik.
Sephora kembali menegakkan tubuhnya, lalu dia mengibaskan rambutnya sebelum berbalik badan dan kembali ke mejanya. Kedua temannya bisa melihat dengan jelas bagaimana perlakuan Sephora ke Leon barusan. Mereka berdua hanya geleng-geleng kepala melihat Sephora yang sudah kembali membuat masalah.
Aska yang melihat dari meja kasir hanya diam mematung tanpa memberi bantuan. Setelah Sephora pergi, dia baru bisa melangkahkan kakinya untuk menghampiri Leon yang masih duduk dengan tangan yang sedang membersihkan kepala dan bajunya menggunakan tissue.
"Sakit jiwa itu anak?" Tanya Aska dengan wajah tak percaya. Seorang Leon yang berprestasi dan diidamkan banyak cewek itu bisa-bisanya disiram oleh Sephora? Kalau Sephora sudah berulah seperti itu, pasti karena ada sesuatu yang terjadi di antara mereka sebelumnya.
Tidak akan ada akibat kalau tidak ada sebab.
"Pinter kalau lo tau." Leon mengambil kunci mobilnya dan bangkit dari tempat duduk. "Lo pilih makan disini sama orang gila atau ikut gue pulang." Leon memberi pilihan ke Aska sebelum dia melangkah keluar dari cafe.
"Gue nanya, dodol!" Geram Aska sambil menatap Leon yang sudah keluar dari cafe. Mau tak mau dia harus merelakan makanan yang sudah dia bayar untuk tidak di makan dan lebih memilih mengejar Leon untuk pulang bersama cowok itu.
Aska segera menyusul Leon sebelum cowok itu meninggalkannya sendiri di cafe. Bukan apa-apa, Aska bisa saja menelepon orang rumah untuk menjemputnya atau pesan taxi online untuk mengantarnya pulang. Hanya saja dia penasaran apa yang sudah Leon lakukan sampai Sephora berani melakukan itu kepadanya.
Karena yang dia tau, Sephora akan berulah jika ada orang yang berani mencari masalah dengannya.
"Lo ada masalah apa sih sama Sephora sampai disiram kayak gitu? Mana di tempat umum pula." Tanya Aska penasaran. Saat ini mereka berdua sudah ada di mobil, perjalanan pulang ke apartemen Leon. Cowok itu merasa tak nyaman memakai baju yang sudah terlihat kotor seperti ini. Apalagi kotornya karena disengaja pula.