Sephora

Noranita Vinka
Chapter #4

3. Satu Kecupan

Pernah gak kalian mendapatkan sesuatu yang benar-benar tak diinginkan itu terjadi? Pasti kesal dong, pengen marah juga iya. Sangat mengejutkan apalagi, mungkin bisa buat bibir tertutup rapat karena tak bisa berkata apa-apa. Sama halnya dengan Leon saat ini, cowok itu terlihat sangat terkejut dengan apa yang baru saja dia alami.

Sebuah ciuman mendarat dengan sempurna di bibirnya. Ah, bukan hanya Leon saja, Jannie dan semua yang melihatnya tak kalah terkejutnya dengan tindakan Sephora barusan.

Ya, cewek itu sepertinya memang sudah hilang akal.

Sephora memundurkan tubuhnya setelah melakukan tindakan gila itu. Dia menyunggingkan senyumnya sebagai tanda kemenangan dari dirinya.

"Sebuah kejutan yang indah. I like it."

Leon tak membalas bahkan tak berkata apapun. Wajahnya terlihat sangat amat terkejut. Kedua tangannya mengepal dengan kuat. Cewek dihadapannya itu benar-benar sakit jiwa.

Leon segera berbalik badan dan melangkah keluar kantin. Jangan ditanya orang-orang yang ada di sekitar, kedua mata mereka semua sudah jelas tak berpaling dari Sephora dan juga Leon.

Sephora hanya menatap kepergian Leon, lalu dia mengalihkan pandangannya untuk melihat Jannie dan sekitarnya. Setelah itu Sephora pergi begitu saja setelah membuat kejutan gila untuk orang-orang yang melihatnya.

Hari ini dia sudah merasa berhasil membuat sesuatu yang bikin bahagia untuk dirinya sendiri.

*****

"Damn, Leon jadi trending topic di OA line."

"Niat hati mau nolong malah dapet jackpot, ini sih bagaikan minta hati malah dapet jantung."

"Gue bakal jadi cowok beruntung kalo diposisinya Leon. Sephora cuy Sephora, kapan lagi coba dapet ciuman dari Sephora. Depan umum lagi."

"Leon diem-diem bisa gitu juga ya."

Beberapa dari siswa yang sedang membicarakan Leon bisa didengar oleh telinga Aska. Pasalnya dia tidak sedang bersama Leon saat ini, dia sedang ada di kelas untuk maraton tugas yang harus dikumpulkan di jam terakhir nanti.

Aktifitasnya terhenti karena gangguan dari suara-suara temannya di kelas yang sibuk menatap ponselnya masing-masing dan bibir yang tak ada hentinya untuk berbicara.

Aska kepo, dia ingin tau apa yang terjadi dengan temannya itu. Segera dia meraih ponselnya yang ada di saku, dan membuka OA line yang membuat Leon menjadi pusat perhatian satu sekolah.

"Astaga," kedua mata Aska membulat dengan sempurna, menatap layar ponselnya dengan serius. "Ini kenapa brother gue bisa begini?" Teriaknya secara berlebihan. Aska syok melihat foto Leon yang sedang dicium oleh Sephora.

Aska segera menekan tombol back, lalu menutup bukunya dan bangkit dari tempat duduknya. Aska harus menemui Leon, dia ingin tau apa yang sebenarnya terjadi sampai Leon bisa jadi pusat perhatian seperti ini.

Aska mempercepat langkahnya, dia tau harus menemui Leon dimana. Karena tempat itu menjadi tempat Leon kalau tak mau diganggu oleh siapapun. Ya, mana lagi kalau bukan kolam renang sekolah.

Aska segera masuk ke area kolam renang, kedua matanya menyapu sekitar mencari keberadaan Leon. Dan benar saja, cowok yang dicarinya sedang duduk di kursi penonton paling ujung atas. Aska segera menghampirinya.

"Brother," Sapa Aska dengan sedikit ngos-ngosan.

Leon menoleh dengan malas, menatap cowok yang sekarang duduk di sampingnya.

"Gue gak bakal minta lo cerita kok kalau lo gak mau cerita." Ucapnya terlebih dulu, karena Aska tau, mau dengan cara apapun dia memaksa kalau Leon tak ingin bercerita, bibirnya pun akan tetap selalu terkunci. "Gue mau temenin lo aja disini, bising kuping gue di kelas soalnya dengerin mereka ngomongin lo semua." Adu Aska dengan jujur.

Leon mengangguk, dia hanya ingin mendinginkan kepalanya sebentar. Jika mengingat kejadian tadi, Leon ingin marah, mungkin bisa sampai main tangan kalau tak ingat Sephora itu seorang perempuan. Mau bagaimanapun sifat dan kelakuannya, Leon tetap saja tak suka kasar apalagi sampai menyakiti perempuan. Itulah sebabnya kenapa Leon tak suka melihat perempuan diperlakukan tak baik apalagi sampai harus disakiti. Leon ingat, dia punya mama yang harus dilindungi. Jika dia menyakiti perempuan, sama saja dia menyakiti mamanya sendiri.

"Lo mau berenang?" Leon menggeleng. "Atau lo mau gue beresin masalah ini?" Tanya Aska.

"Besok juga udah ganti gosip lain." Jawab Leon dengan enteng.

Leon tak mau ambil pusing, yang terjadi sekarang biar aja terjadi. Cukup jaga jarak saja supaya tak terulang lagi. Dari sini Leon bisa menilai, cewek itu berani melakukan hal nekat diluar pikirannya. Benar-benar mencari perhatian orang-orang sekitar.

"Gak punya akhlak emang tuh cewek. Kemarin nyiram lo, dan sekarang......" Aska tak melanjutkan perkataannya, dia tak enak hati dengan Leon. Cowok pendiam yang tak banyak tingkah kayak Leon harus berurusan dengan cewek tak waras macam Sephora. Sangat disayangkan sekali, apalagi dengan status Leon sebagai satu-satunya atlet renang kebanggaan sekolah.

"Tapi yang bikin gue heran, lo tuh sama sekali gak nanggepin dia padahal tapi kenapa tetep aja dia cari mas---"

"Mungkin karena gue tadi bantuin Jannie." Potong Leon.

"Jannie?"

"Gue gak tau awalnya, yang gue tau seragamnya Jannie udah basah. Dan gue cuma mau ngasih sapu tangan aja ke dia." Cerita Leon akhirnya, ini yang sudah ditunggu Aska sedari tadi, "gue sempet nanggepin omongan dia sih tadi."

"Tumben?" Tanya Aska heran.

"Gue capek aja tiap lewat manapun selalu aja ketemu dia yang suka bikin ulah. Dan cuma Jannie aja yang berani ngelawan dan bantuin orang-orang yang bermasalah sama tuh cewek."

"Mungkin emang lo sama Jannie ditakdirkan jadi pahlawan orang-orang yang kena masalah sama Sephora." Aska menepuk bahu Leon, lalu dia tersenyum jahil saat ditatap oleh Leon. "°Gue rasa lo ada kesamaan sama Jannie. Kayaknya lebih cocok lo pacaran sama Jannie aja deh." Kata Aska tanpa dosa.

Aska berdiri dengan mengangkat kedua tangannya. "Sepasang kekasih sang pahlawan tanpa tanda jasa."

Leon masih menatapnya, kali ini lebih tajam. "Gue bisa lempar lo ke kolam sekarang juga!"

Lihat selengkapnya