Sephora melangkah masuk ke gerbang sekolah. Seperti biasa, tidak ada sepasang mata yang tidak mengarah ke arahnya. Sephora akan selalu jadi sorotan orang-orang sekitar. Seperti saat ini, banyak senyum yang menebar ketika Sephora lewat, tapi apa yang terjadi? Sephora sama sekali tak meresponnya. Dia tetap berjalan angkuh menuju kelasnya.
Sephora tetaplah Sephora yang akan selalu ada yang menyukainya dan membencinya. Dan cewek itu, selalu masa bodoh dengan hal itu.
"Ah, ini yang bikin gempar satu sekolah kemarin." Sambut Viona ketika melihat Sephora masuk ke kelas.
Sephora hanya menyunggingkan senyumannya, lalu dia duduk di bangkunya.
"Gila ya, abis bikin gempar langsung cabut. Untung gak sampai ke telinga Bu Diah, bisa mampus lo." Cibir Tarra.
"Ah, Sephora mana takut kalau harus berurusan sama Bu Diah lagi. Bestfriend mereka berdua sekarang." Sahut Viona yang diselingi dengan tawanya.
"Jadi ada berita apa setelah gue cabut kemarin?" Sephora mengambil cat kukunya dari dalam tas, dia mulai mewarnai kuku-kuku cantiknya dengan warna yang nude.
"Palingan pada ngomongin si atlet renang itu, pada iri kayaknya sama dia. Dapet cipokan gratis dari Sephora. Ya gak?" Senggol Viona ke Tarra untuk meminta dukungan.
"Nanti bakal gue kasih lebih." Ucapnya dengan enteng.
Viona yang sedang duduk di meja langsung turun dan mendekat ke Sephora. "Emang lo mau kasih dia apa? Penasaran gue." Tanya Viona.
"Cinta." Jawab Sephora asal, dia masih sibuk dengan kuku-kuku cantiknya itu.
"Lo suka sama si Leon? Kena karma nih ceritanya?" Cibir Tarra dengan asal ceplos. "Bakalan saingan dong lo sama Jannie."
"Dia suka sama Leon? Oh belum pacaran ternyata."
"Gosipnya sih gitu, cuma si Jannie nepis gosip itu. Ya lo tau sendiri lah, cewek bukan jadi kebutuhan buat si Leon. Dibilang introvert tapi kagak juga." Cerita Tarra, dia sempat mendengar gosip itu dari kelas sebelah, kelas Jannie.
"Bagus dong," Sephora mengangkat tangannya ke udara, mengamati kuku-kukunya yang sudah berwarna nude itu. "Gue jadi bisa main-main sebentar sama Leon. Kalau gue bisa pacaran sama Leon, pasti kan Jannie bakalan tersakiti kalau emang dia beneran suka sama Leon."
"Yakin lo mau main-main sama Leon?" Tanya Viona, yang dijawab anggukan santai dari Sephora. "Gak takut kalau tiba-tiba lo yang baper sama dia?" Goda Viona.
Senyum Sephora terlihat seperti meremehkan godaan Viona. "Lo pernah liat gue baper sama cowok?" Sephora balik bertanya.
"Katanya semua cowok pembual, kok lo malah mau mendekat ke Leon?" Cibir Viona.
"Dia beda sama yang lain. Bikin gue greget aja pengen jatuhin dia sejatuh-jatuhnya. Jawab Sephora.
"Yang namanya roda itu berputar Seph. Lo tiba-tiba nanti baper juga gak ada yang tau, termasuk diri lo sendiri." Beritahu Tarra.
"Gak akan semudah itu buat gue." Sephora bangkit dari tempat duduknya, "udah ah gue mau ke toilet." Pamitnya sambil berlalu pergi.
"Doain dia baper sama Leon asyik kali Vi," usul Tarra.
*****
Pergi ke toilet hanya menjadi alasan untuk Sephora, nyatanya dia tak benar-benar ingin ke toilet. Hanya saja dia ingin menghindar dari perkataan kedua temannya. Sephora akan baper dengan cowok? Ah itu mustahil baginya. Tapi kenyataannya nanti, kita pun juga gak ada yang pernah tau.
Sephora mencuci kedua tangannya di wastafel. Kuku-kuku cantiknya yang baru saja di cat terlihat mengkilat setelah terkena percikan air.
Terdengar ada seseorang yang membuka pintu toilet, dan saat itu juga Sephora langsung menolehnya. Alih-alih yang ditatap Sephora saat ini langsung kebingungan, dia segera berbalik badan untuk kembali keluar daripada tersandung masalah yang tidak diinginkannya.
"Heh," panggil Sephora dengan lantang, membuat cewek itu mau tau mau kembali berbalik badan lagi. "Ngapain lo gak jadi masuk? Takut sama gue?" Tanya Sephora.
Cewek itu menggeleng, "mau pipis aja kok. Bukan mau cari masalah." Jawabnya dengan pandangan ke segala arah. Benar-benar sangat takut untuk menatap seorang Sephora.
Sephora tersenyum menyeringai, "gue gak bakal nerkam lo kali selama lo gak nyenggol gue. Sana masuk, lo mau ngompol? Gue malah suka kalau lo ngompol, malah bisa jadi bahan buat gue loh."
Tanpa banyak bicara, cewek itu berjalan cepat masuk ke salah satu bilik toilet yang kosong. Harapannya ketika keluar nanti, Sephora sudah tidak ada di toilet lagi.
Sephora kembali bercermin, menatap paras cantiknya yang mulus dan putih. Mulai dari mata, hidungnya yang mancung, dan juga bibirnya. Ah, sangat idaman sekali punya wajah seperti Sephora. Ada sedikit darah Jerman yang mengalir pada dirinya, pantas saja kalau Sephora dikatakan cantik luar biasa. Tapi ingat, hanya wajahnya saja, tidak untuk tingkah lakunya.
Sephora segera keluar toilet setelah cukup puas menikmati paras cantiknya itu. Sebelumnya dia menatap salah satu bilik yang masih tertutup itu. Dia menyunggingkan senyumnya, tau kalau cewek yang ada di dalam bilik itu tak berani keluar sebelum Sephora keluar dari toilet.
"Jangan lama-lama, gue barusan naruh tikus di situ." Canda Sephora sambil berlalu pergi. Membuat cewek yang ada di bilik itu langsung was-was dan segera membuka pintu.
*****
Leon melangkah keluar dari perpustakaan dengan membawa beberapa buku cetak kimia yang akan menjadi teman prakteknya pagi ini. Pelajaran kimia dari dulu memang menjadi teman setia Leon, cowok itu sangat menyukainya. Ketimbang matematika, dia lebih memilih kimia.
Leon melangkah dengan cepat karena bel sekolah sudah berbunyi. Dia tidak suka kalau masih berada di luar kelas dengan tujuan yang tak penting saat jam kelas sedang berlangsung. Karena memang tujuan utama Leon adalah belajar dan lulus dengan tenang, sisanya itu hanya sebuah bonus yang tak harus dia rasakan semuanya.
Brukk.. Ah, seseorang baru saja menabraknya. Lebih tepatnya menabrak buku tebal yang sedang Leon bawa. Leon hanya terdiam menatapnya yang sekarang sudah tersungkur di lantai.
Tak perlu dibantu, karena dia tau siapa orangnya. Tak lain lagi kalau bukan Sephora.
"Sial," umpatnya. "Punya mata gak sih?" Bentaknya sambil mengangkat kepalanya, menatap seseorang yang baru saja dia tabrak.
Leon masih menatapnya, lebih tepatnya menatap raut wajah Sephora yang terlihat mulai marah. Tapi tiba-tiba saja, seketika raut wajah Sephora mulai melunak. Dia segera berdiri dan merapikan sedikit seragamnya.
Gue harus main cantik.