Sepi dan Emosi

Senna Simbolon
Chapter #5

Singa Mode On

~Dimanapun, kapanpun dan sejauh apapun suatu momen dirayakan, tidak masalah bagiku, yang sangat berpengaruh hanyalah bersama siapa aku menikmati waktu~

❤☺❤

“Shopia!?” teriakku pada Shopia yang berjalan mendahuluiku. Namun, Shopia tetap berjalan meski suara telah mencapai puncak. Ia berlaku seolah tidak ada yang memanggil namanya.

“Shopia tunggu!” Kuraih pergelangan tangan Shopia untuk menghentikan langkahnya. Ia menoleh sebentar, lalu kembali melanjutkan perjalanan.

“Eh gobokan air, kenapa sih?” Aku berusaha mensejajarkan posisi dengan Shopia.

“Ann, udah dong lagi nggak mood tahu!” Shopia tampak tidak senang dengan hari ini. Sedari pagi ia juga hanya diam dan uring-uringan saat mencatat contoh soal ujian nasional.

Hayoo kamu PMS ya?” ledekku sambil menyeringai ke wajah Shopia.

“Ih apaan sih? Emang cewek PMS harus banget ya dikait-kaitkan dengan bad mood?” jawabnya dengan nada kesal.

“Kan emang iya. Cewek PMS  itu aneh. Kadang melankolis, tiba-tiba ketawanya nggak terkontrol, pendiam dan yang palig sering terjadi berubah jadi singa yang kelaparan. Ngamuk-ngamuk nggak jelas, diajak ngobrol nggak bisa, ditanyain maunya apa malah nggak ngejawab, dan suka banget buat orang di sekitar jadi serba salah.” Aku asyik mengingat bagaimana Shopia dan Mamah bersikap aneh di minggu-minggu tertentu setiap bulannya. Aku menghitung ke anehan mereka dengan jari. Tanpa sadar raut wajah Shopia telah berubah menjadi singa yang siap menerkam mangsa.

“Aku enggak PMS…!” teriaknya cukup kencang, namun masih sedikit tertahan.

“Lah kalau nggak PMS, itu apa merah-merah di rok kamu?” Dengan wajah lugu kutunjuk rok bagian belakang Shopia. Sontak ia kaget dan wajahnya berubah menjadi sangat malu.

“Mana? Kok nggak ada?” Dengan panik Shopia masih terus memeriksa bagian belakang roknya. Ia sedikit kesulitan, namun akhirnya ia menyadari leluconku padanya.

“Ann……!” Kini teriakan Shopia mencapai delapan oktaf. Mukanya memerah dan terlihat sulit untuk dipadamkan.

“Habis kamu ngeselin, bad mood sih bad mood, tapi jangan cuekin aku dong! Udah teman aku cuma kamu, eh malah nggak bisa diajak ngobrol lagi. Dunia terasa sepi tanpa kicauanmu he…he.…

Sama seperti Shopia, temanku juga hanya dia. Bukan aku tidak berteman dengan teman sekelas yang lain, hanya semua waktuku telah tersita oleh Shopia dan aku masih merasa membutuhkan waktu lebih untuk terus bersamanya. Mungkin aku butuh 25 jam dalam sehari.

“Kicauan? Emang kamu pikir aku burung?”

“Kan yang berkicau, nggak hanya burung dan nggak semua burung berkicau….” jawabku seolah mengajari anak SD dan itu berhasil membuat Shopia berpikir sejenak, tapi ia tak mendapatkan hasil apapun.

Bodo ah, aku mau pulang!” Shopia menghempaskan pandangan dariku. Ia segera kembali melangkah menyusuri trotoar yang ada. Jarak rumah Shopia lebih dekat dari sekolah dibandingkan rumahku.

“Lah nggak ke taman?” Seingatku ini jadwal Shopia ke taman. Biasanya hampir tiap hari ia mengajakku ke sana, tapi ia memiliki hari tertentu yang tidak boleh dilewatkan untuk ke taman. Jumat salah satunya.

“Enggak!”

“Kalau gitu, aku ikut ya ke rumah kamu….” Kupasang ekspresi seolah tidak berdosa atas isenganku padanya.

“Enggak!” Shopia terus berjalan tanpa melihat ke arahku.

“Ayolah Shopia! Lagian kemarin kamu ‘kan boleh main ke rumah aku, masa aku nggak boleh main ke rumah kamu?” Kali ini ekspresi setengah memohon telah beraksi.

Shopia berhenti, menghadap ke sebelah kanan dan aku menunggunya bereaksi.

“Eng-gak!” Mata Shopia melotot memperingatkanku.                 

Yey asyik dibolehin main ke rumah Shopia….” Aku membuat sorakan kegirangan yang membuatnya menggelengkan kepala.

“Budek! Makanya telinga tuh dikorek. Kenapa? Nggak mampu beli cotton bud?” dengusnya kesal.

“Mampu kok, mampu membahagiakanmu eak… eak….” responku bercanda.

Lihat selengkapnya