Sepi dan Emosi

Senna Simbolon
Chapter #6

Memastikan Tanya

~Menyebalkan itu sahabatan sama rasa menyenangkan, yang bila tidak hadir akan menimbulkan kerinduan~

❤☺❤

Sakit yang sangat luar biasa menyerang hebat secara tiba-tiba. Sontak Shopia terbangun dari tidurnya. Ia memulas perutnya yang bereaksi karena keram parah. Perasaan tidak nyaman dan lembab juga membuat Shopia risih. Tiba-tiba ia ingat sesuatu, ini memang sudah tanggalnya. Sedari tadi emosi memang sulit terkontrol, yang dinanti akhirnya datang juga. Shopia masih memakai baju seragam pramuka. Ini akibat kemunculan Andra yang mengganggu waktu tidak baiknya.

Shopia segera mandi dan membersihkan seluruh tubuhnya. Datang bulan memang merepotkan. Bahkan setelah bersih-bersih, sakit perutnya semakin menjadi-jadi. Shopia meringkuk di atas tempat tidur. Pinggang terasa pegal, seluruh otot terasa ditarik kencang dan perut sangat keram. Shopia mulai mengigit bibirnya dan buliran keringat dingin mulai timbul di dahi. Wajah Shopia sudah seperti mayat hidup saking pucatnya. Mengeluarkan darah yang meluruh dari dinding rahim memang sangat menyiksa.

Dipanggilnya Bi Ema untuk meminta bantuan. Beliau sudah lebih paham soal kewanitaan. Tumbuh tanpa seorang ibu membuatnya bergantung penuh pada Bi Ema dan Ibunya Andra. Tapi saat di rumah seperti ini, Bi Ema menjadi pilihan satu-satunya.

Bi Ema datang sedikit tergopoh-gopoh. Terlihat dua botol air di tangannya. Pintu berwarna putih itu pun tak lagi diketuk. Ia segera masuk dan berbicara dengan Shopia.

“Neng Pia minum dulu air hangatnya ya.” Sodornya pada Shopia.

“Semua? Yang ada aku kembung air Bi…” omel Shopia yang terlihat mulai meringis kesakitan. Syukurlah sewaktu di sekolah datang bulannya belum tiba. Selain sakit yang tak tertahankan, pembalut juga menjadi alasan utama.

“Maaf Neng maksud Bibi satu botol aja, yang satu lagi mah buat ditempelin ke perut Neng Pia. Biar keramnya reda.” Bi Ema menarik botol yang satu lagi, kekhawatirannya mengacaukan kefokusan.

“Tadi kata Andra, Neng Pia minum jus yang dari kulkas ya?” Begitulah panggilan Bi Ema terhadap Andra. Awalnya Bi Ema selalu memanggilnya ‘Den Andra’, tapi sedari kecil Andra selalu menolak panggilan tersebut. Hanya Shopia yang boleh membuat panggilan sesuka hatinya.

“Emang minuman dingin berpengaruh ya Bi?” Perasaan Shopia mulai was-was kalau ia telah melakukan kesalahan. Apalagi menyangkut kondisi datang bulannya.

“Ya enggak toh. Cuma kalau lagi datang bulan sebaiknya lebih banyak konsumsi air putih dan lebih dianjurkan lagi air hangat. Efektif banget buat ngurangin keram.” Penuturan Bi Ema membuat Shopia sedikit tidak khawatir lagi. Shopia pun mulai meneguk air hangat itu pelan-pelan.

“Tapi belakangan ini sakitnya lebih parah deh Bi, padahal waktu kelas 3 SMP kerasa juga enggak.” Shopia coba mengingat-ingat kembali masa di mana ia pertama kali menstruasi. Saat itu hanya rasa tidak nyaman dan badmood yang ia rasakan, tanpa ada keram parah yang menyakitkan.

“Biasa mah itu Neng. Perubahan hormon, pola makan dan kegiatan yang semakin sibuk bisa berpengaruh,” jawab Bi Ema.

“Pia ‘kan kegiatannya itu-itu aja Bi. Habis sekolah, ya lanjut ngegambar di taman. Masa iya tambah sibuk?”

“Opsi lain ‘kan ada Neng. Pola makan dan hormon, jangan khawatir yang penting datangnya masih teratur!” jawab Bi Ema dengan sabar.

Disekolah memang semua hal ini telah dipelajari Shopia. Tapi tidak pernah ia mendapatkan materi mengenai mengapa kedatangan tamu bulanan rasanya sakit, apa yang tidak boleh dan boleh dilakukan, dan apa penyebab rasa sakit yang tiba-tiba menghebat. Sekolah memberikan ilmu dasar yang dirasa cukup, bukan lengkap. Sisanya setiap siswa harus mendapatkan secara mandiri.

“Oh ya, Ann bilang apa lagi Bi? Ada titipan pesan nggak buat Pia?” Shopia teringat betapa sulitnya ia diajak bicara hari ini. Ada rasa penyesalan yang timbul.

Menyebalkan itu sahabatan sama rasa menyenangkan, yang bila tidak hadir akan menimbulkan kerinduan. Begitulah yang Shopia rasakan pada Andra. Ia benar-benar menyukai persahabatan mereka, tapi semua perempuan tidak bisa menghindar dari sikap menjengkelkan saat datang bulan.

“Habisin dulu air hangatnya Neng.” Bi Ema menunjuk dengan dagu ke arah botol digenggaman Shopia yang masih tersisa setengah lagi. Dan tanpa mengomentari apapun Shopia menenguknya sampai habis. Air hangat memang sangat berfungsi dengan baik. “Nah sekarang Neng Pia rebahan, biar Bibi tempelin botol yang satu lagi!”

Shopia segera berbaring dan membiarkan Bi Ema menggeser-geser botol yang juga berisi air hangat ke perutnya. Rasanya sangat nikmat dan membuat betah. Entah kemana perginya semua rasa sakit yang tadi mengganggu tidur nyenyaknya.

Sering kali kita memejamkan mata sepersekian detik untuk menikmati kelegaan yang tercipta. Begitu juga dengan Shopia, perutnya mulai terasa nyaman dan lega.

“Tadi Andra bilang Neng Pia terlalu banyak makan hari ini. Sepertinya Andra benaran suka sama Neng Pia,” celoteh Bi Ema yang sedang asik dengan kegiatan tangannya.

“Ya nggak mungkinlah. Dia aja sering ngejekin Pia,” tangkis Shopia yang tidak percaya guyonan yang mulai semakin sering terdengar.

Lihat selengkapnya