~Terimakasih pada Pencipta yang telah menghadirkan mereka dalam jalan cerita hidupku. Tidak ada yang lebih indah selain menemukan pribadi yang tepat untuk dicintai~
❤☺❤
“Dra… Dra…!” Mamah mengguncang-guncangkan tubuhku yang tertutup selimut. Hari Minggu seharusnya jadi hari yang tepat untuk bermalas-malasan.
“Mah masih ngantuk, biarkan Andra tidur sebentar lagi!” seruku dengan keadaan setengah sadar.
“Bangun dong Dra, udah jam 10. Nggak malu apa anak muda bangunnya kesiangan?” Kini Mamah mulai menarik selimutku.
Aku segera bangkit dan duduk dengan keadaan kacau layaknya orang yang baru bangun.
“Pertama, ini hari minggu, jadi tidak masalah kalau Andra bangun sedikit lebih lama. Kedua, aku sangat yakin ini masih jam delapan pagi. Andra bukan anak kecil lagi yang bisa Mamah bohongi soal waktu. Dasar ibu-ibu fiuhh….” Kembali kurebahkan tubuh setelah menarik selimut dari tangan Mamah.
“Pinter ya, sekarang udah berani ngatain Mamah,” dengus Mamah.
“Lah Mamah ‘kan emang ibu-ibu, masa iya masih gadis? Jangan ngaku-ngaku deh!” Aku tetap menjawab pertanyaan Mamah dengan mata tertutup.
“Kalau dilihat-lihatkan masih pantas Dra. Duh… kan jadi lupa, bukan itu poinnya! Mamah khawatir sama Shopia, kamu antarin jamu ya buat dia,” ujar Mamah sedikit memaksa.
“Astaga….! Jadi Andra dipaksa bangun pagi-pagi cuma buat ngantarin jamu ke tempat Shopia?” Sekarang aku benar-benar bangkit dari tidurku dan memasang raut wajah frustasi.
“Ya iya dong, emang apa lagi alasan Mamah?” Mamah menegakkan badannya dengan santai.
“Andra sakit aja Mamah nggak pernah buatin jamu. Masa Shopia sakit pedulinya minta ampun,” sungutku dengan sedikit mendramatisir.
“Kamu mau juga jamu datang bulan? Ya udah bagi dua sama Shopia,” saran Mamah dengan mimik serius.
Hari Sabtu kemarin, aku menelepon Bi Ema karena Shopia tidak masuk sekolah. Pujaan hatiku memang sedang datang bulan, tapi baru kali ini ia sampai tak masuk sekolah. Separah itukah?
“Ih Mamah ngeselin, emangnya Andra perempuan?” protesku pada Mamah.
Tok…tok…tok…
Aku dan Mamah saling menatap satu sama lain. Di hari weekend? Sepagi ini? Tamu?
“Tante… Andra, bukain pintu dong. Ada Pia cantik nih....” Rumah yang tidak terlalu luas, membuat suara Shopia sampai ke dalam kamarku. Sungguh perempuan itu telah membuat onar di pagi hari. Kalau saja aku tidak mencintainya, sudah kubekap tuh mulut pakai kaos kaki.
Tunggu dulu…!?
Kalau Shopia datang, aku tidak perlu repot-repot mengantar jamu untuknya. Syukurlah kalau begitu.
“Tuh anak kesayangan Mamah udah teriak-teriak kayak orang utan.” Daguku menunjuk ke sumber suara.
Mamah menggeleng dan segera beranjak untuk membukakan pintu. Sementara aku kembali mencoba melanjutkan mimpi indah yang tertunda. Meski terus berusaha, ternyata terbangun dalam beberapa menit membuatku tidak lagi bisa tertidur. Kurasa melihat dunia nyata cukup setimpal. Dengan celana boxer dan kaos oblong berwarna putih, aku sangat bersemangat menghampiri tawa dua bidadari.
“Pagi-pagi udah buat keributan di rumah orang,” tuduhku pada Shopia.
Mamah hanya terus menyiapkan sarapan di meja makan, sementara Shopia menatapku dengan ekspresi datar. Ia terdiam tanpa membalas pertanyaanku. Apa aku terlihat aneh dan dekil karena belum mandi? Tatapannya seolah menyimpan banyak tanya.
“Dra sini cepat, biar kita segera sarapan!” ajak Mamah yang segera mengambil posisi di bangku paling pojok.
“Kamu numpang makan lagi? Dasar gingsul,” ucapku sembari duduk berseberangan dengannya.