~Ketidaknyamanan saat yang dicinta didekati orang, membuat niat ingin menghancurkan timbul tanpa diharapkan~
❤☺❤
“Cantik!” panggil Zica seraya menghampiri kami saat jalan mau pulang. Ia sedikit ngos-ngosan karena kami terlalu cepat melangkah. Shopia tersenyum menebar sikap ramah yang tidak pernah ia lakukan sejak dahulu kala.
“Nama panggilan itu jangan ganti-ganti! Kemarin manggilnya Cantika, sekarang Cantik! Enggak konsisten banget sih jadi cowok,” ketusku yang mulai membara.
“Oh ya, buku yang aku rekomendasikan bagus ‘kan?” tanyanya tanpa menggubris protesku. Sekarang ia berada di antara aku dan Shopia. Memberi jarak yang tak kusuka.
“Belum dipelajarin Zic, ini aku sama Ann pulang buru-buru biar langsung diskusi bareng,” ujar Shopia dengan sedikit cengar-cengir tanda bingung harus berbuat apa.
“Kalau aku ikut diskusi bareng boleh ‘kan? Sekalian biar bisa berbagi pengetahuan,” tanyanya dengan gamblang dan senyuman.
“Eh siapa kamu mau ikut-ikut sa_”
“I-ya boleh,” jawab Shopia memotong niat penolakanku.
Aku yang sudah tidak yakin bisa menjauhkan dia dari milikku, hanya bisa memendam perasaan dongkol dan penuh waspada. Kutarik dia hingga aku yang berada di posisi tengah, semoga Zica mengerti bahwa Shopia adalah bagianku yang tidak ingin disentuh siapapun. Segera kugandeng tangan Shopia dan tidak berniat melepaskan walau sedetik. Aku tidak boleh lengah kalau tidak ingin cintaku direbut.
Selama perjalanan, aku terus mencari tahu apa mau Zica dari topik-topik yang ia lemparkan pada Shopia. Dengan sangat yakin, ia pasti menginginkan Shopia jadi kekasih. Sorot mata saat memandang Shopia sangat berbeda, tawa recehnya sangat bergairah. Yang kugandeng malah terbawa suasana, sementara aku selalu dipenuhi rasa tak suka. Sampai titik darah penghabisan, akan kujaga milikku dari seorang pencuri.