Sepotong Kisah Mei Lien

Sylvia Damayanti
Chapter #3

Paket Misterius, Mei Lien?

“Ari, aku nggak tau ini nadanya gimana tapi aku suka banget sama liriknya, semoga kamu juga suka ya.”

Senyum laki-laki berusia awal 20 an itu terpampang jelas membaca surat yang sebenarnya sudah ia baca berkali-kali.

Senyumannya kian merekah setelah mendengar alunan lagu satu sisi nya Dewa 19 yang diputar di radio kotak berwarna hitam dan berukuran cukup besar, yang ada di kamarnya itu.

“Tinggal 30 hari lagi, sabar ya Mei. Aku juga kangen sama kamu.”

***

Kriiing…, kriing ….”

Tak seperti biasanya, jam weker kali ini berdering dengan jarum jam yang mengarah ke angka 06.30.

Seketika Nia membuka matanya dengan keadaan terkejut dan masih setengah sadar, melihat suaminya sedang terburu-buru mematikan jam weker yang berada tepat di meja samping tempat tidurnya.

“Maaf Nia aku lupa memindahkan jam wekerku, udah aku matiin," Jelas Ari. "Kamu lanjut tidur aja nggak apa-apa,” lanjutnya singkat kemudian kembali berdiri di hadapan lemari tempat pakaian kantornya disimpan.

Sementara Nia sama sekali tidak menjawab, tubuhnya kaku diatas tempat tidur dengan pandangan yang masih lekat menatap Ari.

Setelah satu minggu menikah, ini merupakan kali pertamanya melihat Ari bertelanjang dada. Ia baru sadar bahwa ternyata suaminya memiliki badan yang cukup atletis.

“Nia maaf, aku boleh minta tolong cariin kemeja yang warna navy nggak ya?” tanya Ari akhirnya menyerah setelah 15 menit mencari.

Bukannya tidak mendengar, rasanya Nia terhipnotis dengan dada telanjang milik suaminya itu sampai semua anggota badannya sulit untuk digerakkan.

Lama tak medengar jawaban, Ari kemudian membalikkan badan, berniat untuk membangunkan istrinya walaupun dengan rasa tak tega.

Bukannya tertidur pulas seperti yang dipikirkannya, Nia justru tengah duduk dengan badan kaku dan mata yang tak berkedip sedikitpun.

Dengan langkah terburu-buru, Ari menghampiri Nia dengan rasa cemas sekaligus panik.

“Nia, kamu kenapa?” tanya Ari dengan tangan yang menggoyahkan bahu istrinya itu. “Eh gimana mas?”

Are you ok?” tanya suaminya lagi memastikan, kali ini dijawab dengan anggukan yang pasti oleh Nia.

“Aku …, mau minta tolong.”

“Oh iya, kemeja warna navy itu kan mas? Bentar ya,” dengan sigap, Nia segera bangkit dari tempat tidur menuju ruangan laundry, dan kembali dengan kemeja berwarna navy yang diminta suaminya tadi.

Lihat selengkapnya