Sepotong Kisah Mei Lien

Sylvia Damayanti
Chapter #4

Pertengkaran dan Pertemuan Pertama

“Ari, kamu suka sama wajahku, ya?” tulis Mei Lien pada buku kecil yang kini tengah dipegang Ari.

Sedangkan Ari, tersenyum. Lalu menuliskan beberapa kalimat yang membuat senyum Mei Kian merekah.

“Aku suka semua yang ada di kamu.”

*** 

Nia kembali berdiri di hadapan cermin, memastikan bahwa dress selutut berwarna merah cabai tanpa lengan yang baru pertama kali dipakai, cocok untuknya.

Kulitnya yang seputih susu dengan rambut curly terurai, membuat Nia tampak sempurna memakai pakaian apapun.

Sebagai polesan terakhir, Nia kembali memakai lipstick berwarna merah merona senada dengan warna dress yang dipakainya. Terakhir ia menyemprotkan parfume kesukaan suaminya.

Perfect,” ucap Nia, Matanya yang bulat dengan kelopak mata ganda terlihat sedikit menyipit, diiringi dengan senyuman yang sangat manis.

Dengan langkah yang pasti, Nia duduk menunggu kepulangan suaminya di sofa ruang tamu berwarna coklat tua.

Kepalanya menoleh kearah jam dinding yang sudah menunjukkan pukul setengah sebelas malam.

“Harusnya setengah jam yang lalu Mas Ari pulang, kenapa ya?” gumam Nia baru sadar kalau ternyata kali ini suaminya telat pulang tanpa ada kabar.

Tak biasanya Ari seperti ini, bahkan selama 3 tahun berpacaran pun selalu ada kabar kalau akan pulang telat.

“Mungkin macet kali ya, terus Hp nya lowbat,” Nia beranjak dari sofa untuk membawa ponselnya yang tertinggal di kamar, setelah itu kembali ke tempat sebelumnya.

Nia terkejut karena ternyata panggilan telponnya tersambung yang artinya ponsel milik Ari memang aktif. Lalu kenapa suaminya itu tidak memberi kabar?

Tiga jam sudah Nia duduk di sofa ruang tamu, tak ada tanda-tanda mobil suaminya itu pulang. Pikirannya semakin berkecamuk, ia takut hal buruk terjadi pada suaminya.

Hingga akhirnya tepat pukul lima subuh, terdengar suara mobil milik Ari yang perlahan masuk kedalam garasi.

Dengan setengah berlari, Nia menghampiri Ari dengan penampilan yang sudah tak karuan.

Begitupun juga dengan Ari, bukan hanya pakaiannya yang acak-acakan wajahnya juga terlihat sangat stress dengan kantung mata yang menghitam.

“Mas, kok nggak kabari aku kalau mau pulang telat?”

Ari terdiam melihat penampilan istrinya yang terlihat tak biasa, meskipun dengan wajah penuh khawatir dan rambut sedikit acak-acakan Nia tetap terlihat cantik.

Namun bukan itu yang membuat Ari diam terpaku, ini kali pertamanya melihat Nia berpakaian yang terlalu terbuka, membuatnya merasa tak nyaman apalagi dengan jarak sedekat ini.

“Mas?”

“Aku capek, mau istirahat dulu, jelasinnya nanti aja ya,” jawaban Ari membuat Nia sangat kesal, bahkan suaminya itu sama sekali tidak melayangkan pujian atas apa yang ia kenakan kali ini.

Lihat selengkapnya