Sepotong Kisah Mei Lien

Sylvia Damayanti
Chapter #7

Tanda Kepemilikan

1997

Ari menepuk pundak Mei, untuk menarik perhatiannya. Mei terlihat tengah sibuk dengan sebuah kater dan juga kalung berliontin hati yang kemarin ia kasih.

“Lagi apa?” tanya Ari menggunakan bahasa isyarat.

“Aku mau tandai ini, jadi kalau nanti hilang, aku bisa langsung tahu kalau itu punyaku,” jawab Mei sebelum akhirnya lanjut menyayat liontin pada kalungnya.

Ari tersenyum, memerhatikan Mei tanpa bernita untuk kembali mengusik.

***

2023

“Ini soal Mei lagi ya, mas?”

Mendengar pertanyaan itu, membuat Ari semakin merasa bersalah. Pasalnya, ini merupakan hari pertama keduanya berbincang setelah tiga hari saling diam, dan itu juga lagi-lagi karena Mei.

Rasanya, Ari tak sanggup untuk kembali bertengkar dengan istrinya dikarenakan hal yang sama, ini hanya akan menambah rasa bersalahnya.

Perlahan, Ari menuntun kedua tangan Nia untuk duduk di tepi ranjang. Matanya lekat menatap sang istri, sementara kedua tangannya menggenggam erat tangan perempuan yang selama ini sudah setia mendampingi.

Ini bukan kali pertama hatinya berdegup kencang karena Ari, namun kali ini rasanya berbeda. Tatapannya yang lembut membuat Nia seakan jatuh, masuk kedalamnya.

Rasa mulas kembali terasa, saat ia merasakan Ari menggenggem erat kedua tangannya, ntah apa yang akan kemudian Ari lakukan, pikirannya terus melayang.

Akankah ini menjadi kali pertama mereka menjadi seorang pengantin utuh?

“Nia, aku mau minta maaf,” senyumnya perlahan tergores di wajah saat mendengar permintaan maaf dari suaminya.

Seluruh kekesalannya seakan hilang saat diahadapkan dengan sikap suaminya yang seperti ini. Sejujurnya ini bukan kali pertama Mei menjadi masalah diantara keduanya, bahkan sewaktu masih berpacaran pun, mereka kerap kali mempertengkarkan perihal sosok yang bahkan kini sudah berada di dimensi lain.

Kekesalan itu selalu luluh disaat lagi-lagi Ari datang dengan wajah bersalahnya. Memeluk dan menggenggam erat tangan Nia, lalu keadaan kembali seperti semula.

Seperti saat ini, ntah sudah keberapa kalinya Nia luluh dengan kehangatan yang bahkan ia tahu hanya sementara.

Baginya, sangat sulit untuk terlepas dari Ari. Setelah segala penolakan yang ia terima, bahkan beberapa kata kasar, hatinya masih sangat menginginkan sosok itu.

Lihat selengkapnya