Sungguh ... karena Ibu, aku bisa terus berkarya dan menebar ilmu yang insya Allah bermanfaat!
---
Hari ini adalah hari yang sangat dinantikan oleh Tiara sejak dirinya berhasil memenangkan lomba menulis cerpen remaja islami bersama Ustazah Qhumairah. Tadi siang, launching buku antologi cerpen mereka berlangsung dengan lancar dan sangat ramai. Para pencinta literasi seantero Makassar berbondong-bondong memenuhi pelataran Toko Buku Gramedia Mal Panakkukang—tempat berlangsungnya acara—demi melihat secara langsung penulis idola mereka. Mereka begitu antusias. Dengan sabar dan tertib, mereka rela mengantre panjang demi mendapatkan tanda tangan sekaligus berfoto bersama ustazah sekaligus penulis yang karya-karyanya memang sedang dielu-elukan akhir-akhir ini.
Dan sekarang, Tiara mendapatkan haknya sebagai pemenang lomba itu. Ia dan Ustazah Qhumairah tengah menikmati suasana makan malam di salah satu restoran terbaik di Makassar yang menyediakan fasilitas VIP dinning room. Tiara sempat gugup di awal-awal. Tapi, sikap ramah dan bersahabat yang ditunjukkan sang idola membuatnya lebih santai kemudian. Ia semakin kagum dengan sosok perempuan yang tengah bersamanya kini.
"Terima kasih, ya! Kamu sudah berpartisipasi di lomba saya dan memberikan cerita yang sangat menginspirasi. Tulisan seperti itulah yang dibutuhkan remaja masa kini. Di tengah tingkat pergaulan yang nyaris tanpa sekat."
"Seharusnya saya yang berterima kasih, Ustazah ...."
"Eits ... panggil Mbak saja, ya! Biar lebih akrab," potong Ustazah Qhumairah sambil tetap tersenyum.
"Baik, Mbak!" Tiara berusaha meredam sisa-sisa kecanggungannya. Ia harus bisa memanfaatkan momen berharga ini. "Terima kasih telah memilih cerpen saya sebagai pemenang. Saya benar-benar tidak menyangka. Mengingat sejumlah nama-nama beken yang turut berpartisipasi di lomba ini."
"Saya yakin, suatu saat nanti, karya-karya besarmu akan mewarnai dunia literasi. Bahkan tidak menutup kemungkinan kamu akan melampaui pencapaian saya."
"Aamiin. Semoga saja. Meski kedengarannya sedikit berlebihan." Tawa kecil meluncur dari bibir tipis Tiara.
"Kamu hanya perlu sabar, terus berusaha, dan jangan mudah menyerah."
"Insya Allah." Tiara benar-benar mendapatkan suntikan semangat.
"Ya udah. Makan dulu. Tidak baik menganggurkan makanan." Untuk kesekian kalinya, ustazah bermata teduh itu tersenyum ramah.