SEPTEMBER

Mona Cim
Chapter #3

Chapter 3 - Dangers Gang

Bel istirahat sudah berbunyi satu menit yang lalu. Sebagian penghuni kelas XI IPA - 1 sudah meninggalkan kelas. Tinggal Alea yang sedang membereskan buku, Anita yang sibuk menghubungi Juan, dan Amila yang menunggu mereka berdua.

"Ayo ah! Gue laper nih," komentar Amila.

"Udah selesai nih. Nit, ayo cepetan!" ucap Alea.

"Ntar deh. Nih Juanda ke mana sih. Tadi izinkan ke toilet bareng Altan. Tapi kok nggak balik-balik. Nggak nganu kan tuh cowok," cerocos Anita.

"Hussh! Kalau ngomong nggak di filter lo, Nit. Ya kali aja mereka langsung ke kantin duluan. Lagian kan jam pelajaran ketiga tadi kosong," sahut Alea.

"Ya masalahnya nih cowok nggak pernah pergi tanpa gue, Lea. Masa cuma dapat teman baru kek gini sih. Nggak setia kawan banget," dumel Anita kesal. "Mana telepon gue nggak diangkat lagi. Sengaja nih orang!"

Amila tertawa tanpa dosa. Mengundang tatapan heran Anita dan senyum penuh arti Alea.

"Setia kawan apa setia ... ah, sudahlah," ucap Amila terkikik.

"Apaan sih lo, Mil. Nih juga Alea senyum-senyum nggak jelas. Eh, gue bilangin ya sama kalian berdua. Kalau kalian mikir gue demen sama Juan, itu salah besar. Kami cuma sahabatan dan hubungan bisnis doang. Please, deh. Jangan mikir yang macem-macem."

"Bisnis sambil kencan kali. Ahahaha!" Amila ngakak sambil merangkul Alea berjalan keluar kelas.

"Ih, kalian! Gue nggak suka sama Juan! Eh, tungguin gue!" teriak Anita heboh sambil menyusul kedua temannya.

Taman sekolah penuh dengan para siswa dan siswi entah sedang melihat apa. Hal itu mengundang perhatian Alea, Amila, dan Anita yang hendak ke kantin.

"Eh, itu apaan dah? Kek lagi ada kreditan panci aja," celetuk Anita.

"Eh, tuh kayak Juan," sahut Amila menunjuk seseorang yang sempat ia lihat di tengah kerumunan itu.

"Mana-mana?" tanya Anita.

"Santai aja mukanya. Mupeng gitu," cibir Alea tersenyum aneh sambil menghampiri kerumunan tersebut.

"Apaan sih, Alea."

"Ikut ah!" ucap Amila menyusul Alea.

Kerumunan itu berhasil Alea belah dengan hati-hati. Alea melongo begitu melihat siapa yang menjadi pusat perhatian semua orang. Dia adalah Altan yang duduk di kursi taman sembari mencatat sesuatu di buku kecil dan Juan yang berdiri di sebelahnya.

"Ka-kalian ngapain?" tanya Alea heran.

Altan mendongkak, lalu tersenyum sinis pada Alea. Altan mengangkat toa kecil mendekat mulutnya.

"Cewek di harapkan untuk mundur. Sebab geng gue cuma menerima cowok!"

Alea merasa tersendiri langsung bersedekap. "Siapa juga yang mau gabung."

"Yang merasa cewek tulen diharapkan untuk menyingkir dari hadapan gue. Kecuali yang setengah-setengah."

Alea membulatkan matanya. Tangannya mengepal kuat hendak memukul kepada cowok di hadapannya segera. Namun ia tahan dan memutuskan untuk keluar dari kerumunan itu.

"Ayo! Ayo siapa lagi yang mau gabung geng yang didirikan oleh Worldwide prince kita! Syaratnya harus ganteng kayak kita berdua," ujar Juan berteriak dengan lantang. "Harus masih single! Cowok yang benar-benar tulen dan berwawasan unik!" lanjut Juan dengan semangat. Tanpa sadar Anita memperhatikannya dengan tatapan kesal.

"Juan, kayaknya udah cukup deh. Gue udah nemu 4 anggota baru. Jadi kita berenam sama lo," ucap Altan.

"Jadi gue resmi gabung ya?" girang Juan.

"Yoi."

"Manteeep! Siniin tuh toa. Gue mau ngomong," ujar Juan mengambil toa dari tangan Altan.

"Guys, mohon maaf bagi yang belum lolos audisi kali ini. Kami udah dapat 4 orang anggota geng DANGERS dan nama-nama orang tersebut bakal Altan umumkan sama kalian! Siapa aja namanya, Tan?"

Altan berdiri dengan perawakan tegap sambil menatap buku kecil di tangannya.

"Anggota geng DANGERS yang gue pilih adalah Juanda, Baim, Nikky, Delan, dan terakhir Prabu. Congratulation, guys. Nanti gue kabarin kapan kita bisa ngumpul. Oke, see you." Altan meninggalkan taman sekolah usai mengumumkan anggota gang barunya. Juanda langsung membuntuti Altan pergi dari sana.

***

Lihat selengkapnya