SEPTEMBER

Mona Cim
Chapter #4

Chapter 4 - SIAPA AMELIA?

Altan bersama DANGERS gang berjalan di koridor sekolah menuju tempat parkir. Baru sehari Altan masuk sekolah, namanya sudah dikenal hampir seantero sekolah. Apalagi anggota gang barunya yang mempunyai daya pikat tersendiri.

"Lo pada harus tau, gue ini hampir nggak pernah kalah soal balapan. Gue udah masuk dunia motor sejak SMP. Jadi nggak ada yang diragukan lagi dari gue," ucap Altan menyombongkan diri.

"Eh, Tan. Lo lawan geng motor ... ee—Evanger, nggak? Gila! Tuh geng motor ngeri banget. 3 kali lolos dari kejaran polisi. Sumpah gue nggak pernah dengar mereka kalah balap motor," ujar Delan.

"Evanger? Gue rasa pernah dengar tuh nama geng motor," pikir Altan.

"Mereka setiap balapan motor, pasti pakai semacam topeng hitam setengah wajah gitu," celetuk Nikky.

"Oh! Gue inget, gue pernah kecelakaan waktu balapan sama tuh geng motor!" ucap Altan antusias.

"Seriusan lo? Wah ... beneran gokil tuh geng motor," celetuk Rizky.

Altan melihat Alea yang berdiri sambil berkacak pinggang di samping motornya. Altan menoleh pada teman-temannya memberi isyarat bahwa ia akan ke sana terlebih dahulu. Alea melihat Altan berjalan ke arahnya, tersenyum tengil padanya seolah-olah menjadi sebuah awalan untuk membuat Alea kesal.

"Lama banget sih. Kayak cewek aja pakek ngerumpi dulu!"

"Dih, ngambek. Gue tinggalin baru tau rasa lo," sahut Altan sambil memasang helmnya.

"Lo pikir gue nggak bisa pulang tanpa lo gitu?" kesal Alea.

"Emang iya."

"Ya udah gue pulang sendiri aja," sahut Alea beranjak dari sana.

"Eh. Alea! Gitu aja ngambek." Altan menjelankan motornya menyusul Alea dan mengimbangi langkah cepat cewek itu.

"Ale. Cepetan naik!"

"Ogah!"

"Ntar Bunda gue marah."

"Bodo."

"Amat'in nggak, ya."

"Dih, garing lo!" ketus Alea keluar dari pagar sekolah.

Altan kembali mengimbangi langkah Alea.

"Lo pulang jalan kaki? Nanti capek, kakinya bisa bantet," ucap Altan langsung ditatap tajam oleh Alea.

"Bawel deh. Udah sana duluan! Gue bisa naik angkot!"

"Ntar lo dibawa Mamang angkot terus dijadiin bininya ke sepuluh di rumah."

"Rese deh, Tan! JANGAN GANGGU GUE!" teriak Alea melengking. Altan memukul-mukul bagian telinganya yang tertutup helm.

"Gila suara melengking banget. Fix lo mantan istrinya butu ijo."

"Berisik!"

Tiba-tiba sebuah motor sport hitam menyalip motor Altan dan berhenti tepat di hadapan Alea. Alea terpaksa menghentikan langkahnya, begitupun Altan yang menatap kesal pada cowok di hadapannya.

Ternyata dia Renaldy.

"Alea, pulang bareng, yuk!"

"E-eh. Emm ...."

"Alea pulang bareng gue kali. Kami rumahnya seberangan. Jadi dia pulang bareng gue," sambar Altan dengan wajah juteknya.

Renaldy tak menganggap Altan ada. Malah menepuk tempat duduk di belakang motornya sambil menatap Alea.

"Ikut gue yuk, Al. Amel nyariin lo terus dari kemarin. Kan minggu lalu lo bakal jengukin dia. Tapi nggak jadi, kan?"

Alea baru ingat tentang hal itu. Melirik ke arah Altan yang melotot lucu padanya. Alea memutar bola matanya malas, sambil berjalan mendekati motor Renaldy.

"Gue ikut lo, Kak," ucap Alea naik motor Renaldy.

Altan panik melihat Alea mau ikut dengan Renaldy. Apalagi cowok itu tersenyum penuh kemenangan pada Altan.

"Eh, tungau! Lo harus pulang bareng gue. Mama lo nanti nyariin," cetus Altan.

"Santai aja kali. Ntar juga gue bilang Mama. Ayo Kak Enal, jalan!" ucap Alea.

Altan menggeram saking kesalnya. Tampak sekali raut mengejek Renaldy ketika mulai menjalankan motornya. Altan adalah sosok cowok yang tak mau kalah. Kemenangan adalah sesuatu yang patut ia dapatkan.

***

Amelia adalah sosok remaja yang menderita kelainan irama jantung. Amelia sudah tidak bersekolah sejak ia menginjak usia SMP. Alea mengenali Amelia karena sebuah insiden satu tahun yang lalu, di mana penyakit Amelia kambuh ketika di jalan menuju mininarket. Kebetulan Alea dan orangtuanya kebetulan melintas di jalanan tersebut dan membantu membawa Amelia ke rumah sakit.

Alea mengetuk pelan pintu kamar bernuansa merah muda. Lalu perlahan membuka knop pintu dan tersenyum mendapati Amelia yang sedang duduk di depan meja rias. Amelia juga tersenyum senang melihat kedatangan Alea.

"Amelia. Kakak datang!" seru Alea melangkah masuk.

Lihat selengkapnya