Alea menggeledah isi ranselnya mencoba menemukan catatan matematikanya yang hilang entah ke mana. Bagaimana tidak panik ketika kehilangan harta berharga itu? Catatan matematika itu walau rumit, tetapi selalu diperlukan. Ada kumpulan rumus-rumus untuk menunjang nilai-nilai kehidupan pendidikan.
"Di mana sih! Perasaan dari kolong meja udah gue taruh dalam tas deh. Nggak mungkin hilang," panik Alea kembali mencari di rak buku miliknya. Namun nihil, catatan berharga tersebut tidak juga ditemukan.
"Mah!" teriak Alea sambil berjalan keluar kamar. Alea menengok dari atas tangga ke ruang tengah, di mana Ela dan Yoga tengah menonton TV bersama.
"Mah! Mamah liat buku catatan matematika Alea, nggak?"
Ela menoleh. "Nggak tau tuh. Emang kamu taruh di mana?"
"Ya kalau Alea tau di mana, ngapain tanya," sahut Alea.
"Iya nih, Mamah. Aneh deh," sahut Yoga.
"Coba kamu tanyain teman-temanmu. Kali aja mereka ada pinjem, cuma nggak bilang sama kamu," ucap Ela menyarankan.
"Iya juga, ya," ucap Alea sambil berjalan kembali masuk ke dalam kamarnya.
Alea meraih ponselnya di atas nakas. Orang pertama yang ia tanyai adalah Anita. Sebab hanya Anita temannya yang malas mencatat di sekolah dan memilih membawa buku Alea pulang untuk dicatat di rumah.
"Halo, Nit. Lo ada pinjem catatan matematika gue, nggak?"
"Nggak ada tuh. Gue tadi catat di sekolah, ya. Mumpung nggak mager. Hehe."
"Yah ... terus dimana dong? Apa sama Mila, ya?"
"Eh, Mila ada di samping gue nih. Ntar, gue tanyain."
"Ada nggak, Nit?"
"Katanya nggak ada. Coba lo tanya Juan deh. Kali aja tuh anak yang bawa."
"Oke deh. Gue tanyain Juan. Bye."
"Bye, Alea!"
Alea beralih menghubungi Juan. Butuh waktu beberapa detik untuk Juan mengangkat telepon dari Alea.
"Kangen ya, Al?"
"Kangen pengin tampol. Serius nih, lo liat buku catatan matematika gue, nggak? Hilang nih buku gue. Mana mau ngerjain tugas lagi buat lusa."
"Nih, lagi difotocopy sama Altan. Bentar lagi selesai kok."
"What?! Apa lo bilang, Juan? Difotokopi sama Altan? Kok bisa? Kapan dia pinjem bukunya ke gue?"
"Lah, gue pikir dia udah bilang sama lo. Hehe. Bukan gue loh yang salah, Al. Ntar deh, gue sambit mukanya pakek dengkul gue."
"Posisi lo sekarang sama dia di mana? Biar gue beri pelajaran tuh anak!"
"Sabar, Al. Jangan murka gitulah. Entar cedera temen baru gue. Nih kami lagi difotokopi-an depan komplek rumah lo. Datang gih."
"Oke. Tahan di situ dan jangan ke mana-mana!"
Alea memutuskan sambungan teleponnya dengan hati geram. Langsung membuka lemari dan mengambil hoodie marun. Alea memakai hoodie tersebut sambil kamarnya.
Alea menuruni tangga dengan cepat. Menyita atensi Ela dan Yoga yang masih pada kegiatan mereka menonton TV.
"Kamu mau ke mana, Alea? Malam-malam gini," tegur Ela.
"Mau ngulitin anak tetangga!"
"Heh!"
Alea sudah keluar rumah. Mengeluarkan sepedanya dari garasi mobil dan mengayuh sepeda menuju tempat Altan dan Juan berada.
Sementara orang yang Alea datangi tengah menunggu bukunya selesai dikemas oleh penjaga toko. Altan meminta pada penjaga toko agar fotocopy catatan Alea dijadikan persis seperti buku juga.
"Sudah selesai, Mas."