SEPTEMBER

Mona Cim
Chapter #6

Chapter 6 - ALTAN KESAL

Altan bangun dari tidurnya. Mematikan alarm yang berdering. Altan merenggangkan otot-otot lengannya sebelum beranjak dari kasur ke kamar mandi. Suara ketukkan pintu kamar diiringi suara panggilan seseorang terdengar oleh indra Altan.

"Altan, ayo sarapan! Bunda tunggu di bawah, ya."

"Iya, Bund!"

Altan keluar dari kamar mandi, mengelap wajahnya dengan handuk putih yang halus. Lalu berjalan keluar kamar. Altan menuruni anak tangga dengan santai. Tujunya ingin ke meja makan, tetapi urung ketika melihat ayahnya bergabung dengan ibu dan kakaknya. Altan menatap kesal kebersamaan itu.

"Altan. Makan dulu, Nak," tegur Lusi yang melihat Altan hendak menjauh.

"Altan nggak mau makan. Makan di depan komplek aja beli bubur," sahut Altan melanjutkan langkahnya ke arah luar.

Elfan ingin bangkit dari duduknya, tetapi ayahnya menahan pergerakannya.

"Biarin dia makan diluar. Selesaikan sarapan kamu, El."

"Tapi kenapa Altan sarapan di luar? Kita lagi sarapan bareng loh ini."

"Mungkin dia bosen sarapan di rumah."

"Ah, nggak mungkin. Pasti ada apa-apanya nih. Ayah ada masalah sama Altan?" tanya Elfan.

"Masalah apa Ayah sama Altan. Nggak ada. Semua baik-baik aja."

Lusi yang menyimak pembicaraan mereka sedari tadi hanya menghela napas pasrah.

"Sudahlah, El. Altan emang suka banget sarapan bubur di depan komplek. Mungkin dia lagi pengin. Mumpung hari libur," ucap Lusi.

Altan, cowok itu berjalan keluar rumah hanya menggunakan baju tidur teddy bear warna cokelat. Berjalan santai tanpa sadar Alea yang kebetulan keluar dari rumah hendak lari pagi di taman komplek.

"Ngapain tuh cowok. Mmfftt ... pakai baju tidur beruang lagi. Itu tuh setan yang gue kenal?" monolog Alea geli sendiri melihat Altan.

Altan singgah di depan taman komplek. Mendekati penjual bubur keliling yang tiap hari minggu mangkal di sana.

"Bang, satu porsi, ya. Jangan pakai bawang goreng," ucap Altan sembari duduk di kursi plastik.

"Siap, Gan!"

Altan bersiul sambil melihat sekitar. Tak sengaja ia menangkap sosok Alea yang lewat di depannya sambil menahan tawa. Altan penasaran, lalu bangkit dari kursi itu.

"Bang, titip dulu ya, Buburnya."

Altan menyamai langkahnya dengan Alea. Berderhem agar cewek itu bersuara lebih dulu. Namun Alea tetap tak tahu muka. Memilih mengalihkan pandangannya dari Altan.

"Sendirian aja lo?"

"Dah tau nanya," sahut Alea.

"Yey, basa basi kali. Kok nggak ajak bestie sendiri sih. Gue padahal nganggur."

"Males amet. Kalau Kak Elfan yang ngajak, gue mau," sahut Alea.

"Emang apa sih bagusnya Elfan. Ganteng juga gue," sewot Altan.

"Tapi dia keren. Dewasa, baik, pinter, terus tuh—"

"Bisa nggak sih jangan bandingin gue sama dia! Sama aja lo!" ketus Altan tiba-tiba.

Alea menghentikan langkahnya menatap Altan penuh tanya juga terkejut.

"Kok lo nyolot sih? Emang salah gue apaan?"

"Salah lo udah puji dia di hadapan gue! Salah banget!" ketus Altan lagi sebelum meninggalkan Alea yang masih kebingungan.

"Tuh anak kenapa sih marah-marah. Apa salahnya coba gue puji Elfan. Emang bener kok penilaian gue. Lagi pula Elfan kan kakak dia. Masa nggak boleh ngomongin yang baik-baik tentang kakaknya. Aneh," gerutu Alea memilih melanjutkan lari paginya.

Sementara Altan kembali ke tukang bubur. Menyambar semangkuk bubur yang sudah tersaji dan memakannya dengan lahap. Lebih tepatnya penuh emosi. Altan selalu merasa kesal ketika kakaknya yang selalu dipuji, sedangkan ia dijelek-jelekkan.

"Apa bagusnya coba Kak Elfan. Aneh!"

***


Alea kembali berjalan ke rumahnya. Tampak di depan rumah Altan ada Elfan yang menggunakan stelan baju olahraga warna hitam sedang bermain basket seorang diri. Alea mengulum senyumnya ketika manangkap sosok Elfan yang keren di matanya. Alea adalah penggemar Elfan di Instagram. Alea mengenal Elfan adalah sosok pria dewasa, berwawasan, dan manis. Di akun Instagram pribadi miliknya, Elfan selalu membagikan video dirinya yang sedang memberikan motivasi untuk para pemuda dan pemudi masa kini. Hal itulah yang membuat Alea sangat kagum dengan sosok Elfan.


Elfan menoleh pada Alea dan menyunggingkan sebuah senyuman. Alea sontak salah tingkah dan tersenyum pada Elfan. Bersamaan dengan itu Lusi keluar dari dalam rumah membawa minuman dan camilan di atas napan.


"El, Bunda bawa minuman nih. Sekalian buat Altan juga kalau nanti sudah pulang." Lusi menaruh napan itu di atas meja.


"Iya, Bund. Makasih," sahut Elfan.


Lusi menoleh pada Alea yang berjalan pelan menuju rumahnya.


"Alea! Sini, Sayang. Kenalan dulu sama anak sulung Tante," panggil Lusi.


"Iya, Tante," sahut Alea mendekati mereka.

Lihat selengkapnya