Di sinilah Dangers Gang dan BlackArt Band berada. Di pinggir lapangan duduk di kursi masing-masing saling berhadapan. Di pangkuan masing-masing ada set make up yang diberikan oleh Pak Darwos pada mereka. Hanya Altan yang terlihat cengo dengan hukuman apa yang akan diberikan padanya.
"Ini kita ngapain?" tanya Altan pada Juan yang ada di sampingnya.
"Lo bakal tahu setelah ini," sahut Juan pasrah.
Pak Darwos berdiri di ujung antara mereka. Menatap tajam dengan alis yang menukik dan kumis tebal yang sesekali bergerak.
"Sekarang, lakukan hukuman kalian selama setengah jam ke depan. Rias wajah teman di hadapan masing-masing!" tegas Pak Darwos.
Mereka semua memasang wajah masam dan pasrah. Lain lagi dengan Altan yang shock berat.
"Apa, Pak? Didandanin pakek ginian? Pak, kita anak laki. Apalagi saya yang paling perkasa dari mereka semua. Masa main warna warni giniin. Nggak macho!" protes Altan.
"Altan! Kamu akan masuk ke dalam dokumentasi siswa nakal hari ini!" tegas Pak Darwos.
"Apa ni? Maksudnya?"
"Muka lo yang nantinya kek pelangi yang berseri, bakal masuk album sekolah," sahut Juan seadanya.
"Eh, kok gitu—"
"Udah deh lo nggak usah protes. Daripada dapet lebih apes dari ini," komentar Juan lagi.
Altan menghela napas pasrah. Menatap Renaldy yang menatapnya datar. Ya, mereka duduk berhadap-hadapan dengan musuh masing-masing. Altan berhadapan dengan Renaldy, Nikky dengan Rizky, Juan dengan Alex, Bima dengan Baim, dan Delan dengan Prabu.
"Silakan mulai dandani wajah lawan masing-masing. 30 menit dari sekarang!" tegas Pak Darwos.
Renaldy mulai mengoreskan kuas di tangannya dengan berbagai warna eyeshadow ke bawah Altan. Begitu juga Altan yang mencoreti wajah Renaldy dengan banyak foundation. Tak beda jauh dengan Altan dan Renaldy, Juan dan Alex melakukan hal yang sama. Kali ini mereka melakukannya sangat barbar tanpa perasan sedikitpun.
"Mamam nih bedak warna warni! Elu yang sering ngatain gue bencong kan dulu," gemas Juan mencoret wajah Alex dengan eyeliner dan Blush On.
"Emang gitu kenyataannya, Selop Pink! Elu itu bancuy temenan sama cewek doang!" balas Alex menamparkan banyak bedak di wajah Juan. Lalu tertawa keras melihat wajah Juan. "Muka lo kayak mochi! Ahahahaha!"
Juan merasa kesal mencoretkan eyeliner di alis Alex, menghubungkan dua alis Alex yang awalnya terputus.
"Hahahai! Muka lo udah kayak falak zaman edan!" cerca Juan puas dengan hadil karnyanya.
Lain lagi dengan Rizky dan Nikky. Menghias wajah masing-masing dengan tatapan malas dan datar. Seperti punya tekanan batin yang mendalam.
"Kenapa warna pink? Gue suka warna merah," komentar Nikky ketika Rizky mengoleskan lipstik pink ke wajahnya.
"Karena lo cocoknya warna pink. Kalau warna merah takut orang ngira lo hantu api," sahut Rizky dengan nada datar.
Beda lagi dengan Prabu dan Delan. Mereka benar-benar tampak tenang dari yang lainnya. Delan yang begitu apik mendandani Prabu sebab ibunya seorang MUA terkenal. Sementara Prabu mendandani Delan dengan hati-hati walau hasilnya tampak akan membuat ibunya Delan menangis.
"Lo cantik juga kalau di dandanin gini, Prab," ujar Delan masih fokus mengoleskan make up.
"Jelas. Saya ini keturunan darah biru yang mana punya wajah ayu-ayu. Ya walau wajah saya nggak ayu, tetapi kalau didandanin gini ya lumayan," sahut Prabu.
Sementara Alea yang menjabat sebagai wakil ketua osis hanya bisa menahan tawanya berdiri di pinggir lapangan tak jauh dari mereka. Apalagi melihat wajah Altan yang akan membuat Ibu Ela meraung-raung tertawa jikalau saja melihat wajahnya. Amila yang menjabat sebagai bendahara osis ikut berdiri di samping Alea. Beda dengan Alea, Amila tak mampu menahan tawanya.
"Mmffttt ... Aha—astaga, Al. Gue nggak sanggup. Gu-gue mau pipis!" jerit Amila tertahan. Lalu memilih berlari sambil menutup mulutnya.
"Ke mana lo?"
"Toilet!" teriak Amila.
Alea masih terkekeh, kembali menatap murid-murid nakal yang sekarang menjadi MUA dadakan. Dari arah koridor seorang siswa perawakan tinggi tegap dan berpakaian rapi menghampiri Alea. Dia adalah ketua osis SMA Garuda Adipta Pratama.
"Alea. Gimana nama-namanya udah dicatet?" tanya Adipta menadah tangan kanannya agar Alea memberikan kertas di tangannya.
"Oh, Kak Adip. Iya nih, totalnya ada 9 murid yang terlibat," ucap Alea menyerahkan kertas nama itu.
"Altan Mahendra Putra. Murid baru itu, kan?" tanya Adipta setelah membaca nama pertama yang Alea tulis.
"Iya."
"Nambah lagi murid badung di sekolah kita," gumam Adipta.
***
Altan and the gang langsung buru-buru ke toilet untuk memusnahkan riasan di wajah mereka. Altan menjadi orang pertama yang menghapus riasannya usai di potret oleh Pak Darwos di ruang BK. Sungguh, Altan ingin mengumpat di hadapan beliau. Namun entah mengapa nyalinya ciut ketika melihat tampang garang beliau.
"Sumpah bego banget tuh Bapak! Nggak ada hukuman yang lain apa jadi pakai acara dandan segala. Kek bencong tau nggak!" dumel Altan mengusap air di wajahnya.
"Lo aja yang nggak tau Pak Darwos. Makanya jangan banyak tingkah, kena kan lo difoto sama beliau. Bakal jadi kenang-kenangan tuh," sahut Juan. Juan ikut membersihkan riasannya dengan tisu terlebih dahulu.
"Tuh guru kelakuannya emang gitu?"