Alea dan Amila berlatih memasukkan bola basket ke ring basket. Amila dan Alea sama saja, tak begitu biasa memegang bola. Memegangnya saja tidak benar, apalagi melempar bola ke ring basket. Anita yang sedari pemanasan seorang diri di sisi lapangan, berjalan menghampiri keduanya.
"Cupu banget kalian berdua. Nih, liat gimana jagoan main basket," ujar Anita mengambil bola di tangan Alea.
Anita mulai mendrible bola dengan lihat. Alea dan Amila terkagum-kagum. Dengan mudah Anita memasukkan basket ke dalam ring. Terlihat sangat mahir dan mudah. Bahkan dengan jarak yang jauh sekalipun.
"Wahh ... Anita lo keren banget!" pekik Amila.
"Ajarin gue ya nanti," ujar Alea.
"Tenang, ini mudah kok. Asal kalian mahir drible basketnya. Nanti gue ajarin cara lempar yang bener," sahut Anita.
Juan yang melihat permainan Anita tampak tertarik. Altan yang menunggu giliran main basket ditarik oleh Juan begitu saja.
"Eh, apaan lo tarik-tarik."
"Kita tantangin tuh cewek."
"Nggak ada kerjaan deh, Wan," sahut Altan malas.
"Anita! Tanding sama gue kalau berani," tantang Juan.
Anita menoleh, tersenyum miring pada Juan yang mendatangi bersama Altan.
"Boleh. Yang kalah harus ngapain? Gue akhir-akhir ini gedek banget sama lo. Kali aja lo kalah, jadi gue bisa berpuas diri nistain lo," ujar Anita.
"Oke. Terserah lo mau kasih kesepakatan apa. Apapun gue setuju. Tapi kalau lo kalah, lo jadi kacung gue seharian ini. Gimana?" tantang Juan.
Anita melirik Amila dan Alea yang tampak tidak setuju dengan tantangan yang diberikan Juan. Namun Anita malah mengangguk, menyetujui ucapan Juan.
"Oke. Liat aja, gue bakal menang. Dan lo harus turuti apa mau gue. Kalau lo nggak mau, denda 10 juta."
"Pemerasan banget jadi cewek," celetuk Altan.
"Eh, Setan. Diem lo," cerca Anita.
"Eh, apa tadi lo bilang?" tanya Altan kesal.
"Udah, Tan. Dukung gue buat dia kalah. Jadi lo juga kebagian jatah buat nyiksa dia nanti," ujar Juan bangga.
"Oke. Pokoknya lo harus menang," sahut Altan.
"Tan, giliran lo tuh yang main," ujar Prabu yang baru saja mendekati mereka.
"Skip dulu. Nih ada yang lebih penting. Juan bakal tanding lawan Anita. Kalau Anita kalah, kita suruh mereka bertiga jalan kodok sampai depan gerbang," ujar Altan membuat Amila dan Alea melotot.
"Maksud lo apaan nyebut Anita 'mereka' ? Kami berdua nggak ikut, ya," protes Alea.
"Wah, Nit. Dua teman lo nggak mau dukung lo. Miris banget," ujar Juan mengompori.
"Tau nih kalian. Temen gue bukan sih. Pokoknya kalian juga ikut taruhan!" ujar Anita mutlak.
"Tapi kan, Nit. Kalau lo kalah gimana?" tanya Amila.
"Ya jalan kodok! Ahahahaha!" sahut Prabu tertawa bersama Altan dan Juan.
"Apaan sih ikut nyahut. Nyebelin!"
"Kamu lebih nyebelin," sahut Prabu.
"Oke! Pertandingan akan dimulai. Juan, lo siap?" tanya Altan.
"Siap!"
"Anita siap?"
"Siap!"
"Mulai!"
Anita mulai mendrible basket dengan lihai. Juan berusaha merebut bola itu dari Anita. Juan salah meremehkan kelihaian Anita. Bahkan cewek itu dengan santai mempermainkannya dan memasukkan bola ke ring dengan sangat mulus.
"Yeaaaaayyy! Anita satu!" pekik Alea.
"Anita!" pekik Amila.
"Santui aja dong. Baru juga satu," julid Altan.
"Ayo, Juan! Kamu pasti bisa!" teriak Prabu.
"Oke! Gue bisa!"
Permainan terus dimulai. Terhitung Anita sudah memasukkan bola 7 kali sementara Juan 5 kali. Pertandingan belum usai, Juan semakin terdesak melihat senyuman Anita yang entah mengapa terlampau manis baginya saat ini.
"Gimana, mau nyerah?" tanya Anita tersenyum.
"E-enggak! Gue nggak nyerah!"
"Juan rebut bolanya bego!" ketus Altan.
"H-hah?"
Juan linglung menoleh ke arah Altan. Kesempatan itu Anita gunakan untuk melempar bola ke atas ring. Sorakan Alea dan Anita terdengar nyaring begitu Anita memasukkan bola terakhir ketika waktunya habis.
"Yeaaaaayyy Anita lo hebat banget!" teriak Amila.
"Gue menang, guys!"
Anita berlari memeluk kedua sahabatnya sambil melompat-lompat. Sementara Juan langsung disentil oleh Altan dahinya.
"Gimana sih lo malu-maluin main gitu aja kalah!"