SEPTEMBER

Mona Cim
Chapter #19

Chapter 19 - Maafin Gue

"Bunda kenapa nggak bilang, kalau Ayah selingkuhin Bunda? Bahkan sampai menikah lagi?" tanya Elfan usai menjemput Lusi pulang dan mereka sudah ada di ruang tengah.

Lusi terkejut, bingung dari mana Elfan tahu akan hal itu. Apa yang terjadi selama ia tak ada di rumah?

"Altan yang kasih tau kamu?"

"Altan ngasih tau Elfan, tapi Elfan nggak mau percaya. Bahkan dengan bodohnya Elfan percaya kalau Tante Wulan adalah sepupu jauh Ayah," sahut Elfan menatap Lusi kecewa.

"Wulan ke sini? Ngapain, El?" tanya Lusi terkejut.

"Ayah yang bawa ke sini. Bahkan sama anaknya juga, Ardana. Gara-gara mereka Altan sempat masuk rumah sakit dan satu kebenaran terbongkar lagi. Lebam pukulan Ardana tepat mengenai perut sebelah kiri Altan yang bekas operasi. Operasi, Bunda! Kapan Altan operasi dan kenapa? Apa yang nggak Elfan ketahui? Kenapa nggak ada yang bilang sama Elfan? Elfan merasa nggak jadi kakak yang baik buat Altan. Bahkan Altan bilang, kalau operasi ginjal itu karena Elfan. Gimana ceritanya, Bund? Elfan coba terima kebohongan Bunda dan Ayah yang lain. Tapi soal Altan, tolong kasih tau Elfan. Elfan mau meluruskan masalah dengan Altan. Elfan mohon, Bunda," tutur Elfan berkaca-kaca.

Lusi terdiam, menunduk dengan air mata yang mengalir. Mungkin sekarang ia tak bisa berbohong atau menutupi apapun lagi. Elfan yang mendesak, Lusi bisa apa. Dengan upaya untuk tegar, Lusi mengatakan yang sebenarnya.

"Kamu ingat, ketika kamu mau pergi ke Jerman hari itu? Altan nggak rela pisah dari kamu. Walau Altan sering kesal dan marah sama kamu, dia itu sayang sama kamu, El. Hari itu Altan nekat nyusul kamu pakai motor. Bunda coba kejar dia diantar sama sopir. Saat di simpangan jalan, ada mobil angkut yang melintas. Kalau dilihat dari jauh, mungkin ban mobil itu tiba-tiba bocor. Mobil itu oleng, Altan nggak sempat mengurangi kecepatannya. Bunda—Bunda nggak bisa berkata-kata lagi, El. Bunda shock liat Altan tabrakan dengan mobil itu. Akibat kecelaaan itu, ginjal adikmu luka. Ada masalah diginjalnya. Altan juga masih marah dan nggak mau turuti apa mau dokter. Altan—a-adik kamu—" Lusi tak mampu menahan tangisnya. Elfan yang shock dan tertekan, berusaha memberikan pelukan pada Lusi. Ia tak menyangka kepergiannya waktu itu malah membuat Altan sakit.

"U-udah, Bunda. Elfan yang salah. Kalau aja Elfan nggak ke Jerman, mungkin Altan baik-baik aja. Elfan yang salah. Elfan dengar bunyi bentrokan itu, tapi Ayah menyakinkan kalau itu nggak penting dan bukan urusan Elfan. E-Elfan nyesel nggak tengok ke belakang waktu itu," ucap Elfan menangis penuh sesal. Hatinya bagai tercabik jika terbayang bagaimana malangnya Altan saat mengejar dirinya.

Altan yang baru saja memasuki rumah, melihat ibunya dan Elfan sedang berpelukan. Altan senang sekali akhirnya ibunda tercinta pulang juga.

"Bunda! Akhirnya pulang juga. Altan kangen, Bund—loh, Bunda kenapa nangis? Lo juga, kenapa nangis bareng Bunda? Nggak terjadi apa-apa, kan?" tanya Altan merasa cemas.

Lusi menyeka air matanya dan memeluk erat Altan. Altan melirik ke arah Elfan yang langsung mengalihkan pandangannya. Altan mulai tak enak hati.

"Bunda, Nenek gapapa, kan? Nenek nggak meninggal, kan?" tanya Altan. Rupanya Altan mengira neneknya meninggal dunia.

"Nggak, Sayang. Nggak ada apa-apa kok," sahut Lusi tersenyum.

"Nggak mungkin nggak ada apa-apa Bunda sama Kak Elfan nangis gini."

"Maafin gue, Tan. Gue minta maaf," ucap Elfan tiba-tiba. Altan kini menatap kakaknya yang menunduk penuh rasa sesal. Altan makin keheranan ketika Elfan berlutut padanya.

"E-eh, apaan sih, Lo! Berdiri nggak!"

"Elfan, berdiri, Nak," ucap Lusi yang sama terkejutnya.

"Maafin gue, Tan. Kalau aja gue tahu lo ngejar gue waktu itu, mungkin nggak jadi pergi. Kalau aja gue tau dan dikasih tau lo kecelakaan karena gue, gue nggak akan pergi ke luar negeri. Gue ngerasa jahat banget senang-senang di sana sementara lo di sini menderita. Maafin gue, Tan. Gue nyesel banget," ucap Elfan terisak.

Altan sempat membeku di tempat, bahkan air matanya tak mampu ia tahan. Dengan pandangan yang ia alihkan, Altan mencoba membangunkan tubuh Elfan.

"Ck, lebay banget lo. Udah bangun! Gue juga udah gapapa."

Elfan berdiri, menatap Altan yang masih mengalihkan pandangannya.

"Tan, gue mau Bunda cerai sama Ayah. Menurut lo gimana?" tanya Elfan.

Lihat selengkapnya