SEPTEMBER

Mona Cim
Chapter #27

Chapter 27 - Jadian

Renaldy menghampiri Alea yang duduk di kantin bersama Anita dan Amila. Renaldy menarik satu kursi yang kosong, lalu menaruh nasi gorengnya di atas meja.

"Gue gabung gapapa, kan?" tanya Renaldy.

Alea melirik kedua temannya, Anita dan Amila tampak setuju-setuju saja. Alea lantas mengangguk pada Renaldy.

"Nggak sama teman-teman lo, Kak?" tanya Anita.

"Nggak. Mereka lagi latihan di ruang band. Latihan musiknya dulu buat acara lomba bulan depan," sahut Renaldy.

"Wih, kalian ikut lomba lagi, Kak?" tanya Amila.

"Yoi. Ya walau gue nggak mau, soalnya pikiran gue mumet banget soal Amel. Tapi gimana, band sekolah kan cuma kami yang masih bertahan."

"Oh iya, tentang Amel, Kak. Nanti kami jenguk boleh, ya?" ucap Amila.

"Boleh. Pasti dia seneng banget deh kalau banyak yang datang," sahut Renaldy.

"Eh, tapi kan Kak Renald sudah kelas 12. Apa masih bisa ikutan lomba? Udah mulai persiapan ujian nggak sih?" tanya Alea.

"Terakhir. Masih bisa kok, ini kan baru semester satu, Al. Kecuali udah semester 2. Udah nggak bisa ngapa-ngapain lagi deh," sahut Renaldy tersenyum.

Dangers Gang baru saja memasuki kantin. Mereka menempati meja seperti biasa. Lalu Juan dan Baim memesan makanan sesuai permintaan teman-temannya. Tak sengaja arah tatap Altan tertuju pada meja yang ditempati Alea dan teman-temannya. Namun yang membuat raut wajah Altan muram adalah keberadaan Renaldy. Bahkan Renaldy tampak akrab dengan Anita dan Amila.

"Berarti pesanannya fiks, ya? Gue ulang nih biar nggak salah. Delan mi ayam sama jus apel. Nikky bakso tanpa mi putih-putih sama jus jeruk. Altan nasi goreng ayam tepung sama jus mangga. Bener, nggak?" tanya Juan.

"Jangan diganti loh. Ntar Bu Asih ngamuk sama kita," celetuk Baim.

"Itu aja udah," sahut Nikky.

Juan menatap Altan yang merengut menatap ke arah Alea.

"Eh, kutu pasir! Lo nggak mau ganti pesanan?"

"Ck, elu kutu air! Nggak ada. Itu aja cepetan! Laper nih!" cetus Altan.

"Yaelah dia yang marah. Gue tabah gini bisa apa lagi," gerutu Juan sambil melenggang pergi bersama Baim.

Lagi-lagi Nikky yang tahu sesuatu tentang Altan. Dia tertawa hampir tanpa suara dan menepuk pundak kokoh Altan.

"Eh, Tan. Ngapain lo curi pendang ke mereka terus?"

"Mereka siapa?" tanya Altan sok tak tahu apa-apa.

"Alah. Alea, ya?" tebak Nikky.

"Sotoy lo, Nik."

"Siapa lagi? Anita? Itu sih cemceman Juan. Amila? Prabu punya. Parahnya sih nggak mungkin Renaldy," ujar Nikky membuat Delan menahan senyumnya.

"Bangke lu! Gue lagi cari Prabu kok. Kok tuh anak nggak nongol-nongol, ya? Padahal tadi izin ke toilet doang," sahut Altan.

"Lu cari Prabu liat ke mereka. Ya nggak ada lah, Tan," sindir Delan.

"Ya kali aja dia nyamperin Amila. Ya, kan?"

"Masuk akal sih. Ya udah lah. Eh, Lan. Emak lu bisa make up wisuda gitu, nggak?" tanya Nikky pada Delan.

"Iya. Nyokap gue itu layani semua kebutuhan make up gitu. Mau acara nikahan, tujuhbulanan, pesta, kelulusan, wisuda, dan yang butuh dandan mau jalan-jalan pun bisa."

"Ya udah. Kalau gitu ntar kakak gue dandannya di rumah lo aja. Soalnya ribet banget tuh cewek mau cari tempat dandan-dandan gitu. Mana orangnya cerewet. Bulan lalu pernah dandan di salon buat ke pesta temannya. Eh, malah beruntusan dua hari setelah acara itu. Ngomel, katanya pasti make up palsu atau KW gitu," celoteh Nikky panjang lebar.

"Ya udah antar ke rumah gue aja. Ntar lo hubungin gue, biar gue bilang sama nyokap gue," sahut Delan.

***


Bel masuk berbunyi, Alea dan kedua temannya berjalan berbarengan menuju kelas. Ada Renaldy yang mengikuti mereka dari belakang. Tiba-tiba seorang guru menghampiri mereka, Bu Lida.


"Eh, Alea!"


Sontak Renaldy menoleh begitupun dengan Alea dan dua temannya.


"Kebetulan ada Renaldy juga. Tolong Renaldy temenin Alea buat cek di atap sekolah ya, keadaannya gimana. Soalnya bakal ada penilaian gitu dari luar. Kali aja ada murid yang ke sana dan buat kerusakan atap sekolah."


"O-oh gitu," sahut Alea sambil melirik Renaldy.


"Bisa, saya bisa, Bu," sahut Renaldy semangat.


"Nah, bagus. Kalau bisa difotoin, ya. Jadi bisa ditunjukkin ke Ibu. Apa bener keadaannya aman-aman aja."


"Baik, Bu."


"Kalau gitu, Ibu tinggal dulu. Anita, Amila, langsung masuk kelas, ya," ucap Bu Lida sebelum pergi.


"Iya, Bu," sahut Anita dan Amila berbarengan.


"Nit, Mil, kalau gitu kami ke atap dulu, ya. Bilangin sama guru yang ngajar gue izin buat tugas dari Bu Lida," kata Alea.


"Siap!" sahut Amila.


"Eh, Kak Renald. Baik-baik lu sama temen gue," ujar Anita memicing.

Lihat selengkapnya