Gerbang SMA Garuda sudah ditutup. Altan dan Alea baru saja sampai di sekolah. Alea berdiri di depan pagar sekolah dengan raut panik. Ia melirik ke arah Adipta yang sedang mencatat nama-nama murid yang terlambat. Sementara Altan dengan santainya berdiri di samping Alea.
"Yah ... baru kali ini gue terlambat."
"Kenapa? Baru sekali, kan? Gue yang sering aja nggak setakut elu."
"Ya kan itu elu! Udah biasa, lah gue enggak. Mana wakil ketua osis lagi," omel Alea.
Rupanya omelan Alea tersebut terdengar oleh Adipta. Adipta menggeleng sambil menghampiri mereka berdua. Alea tersenyum canggung pada Adipta yang menatapnya dingin.
"Kenapa terlambat?"
"Maaf, Kak Adi. Tadi ada insiden di jalan," jawab Alea.
"Kan bisa telepon sekolah atau enggak gue? Kalau gini kamu harus kena hukuman juga."
"I-iya gapapa, Kak. Maaf banget lupa kabarin tadi."
"Santai aja kali mukanya," sindir Altan pada Adipta.
"Kamu juga, murid yang tergolong masih baru. Taati peraturan sekolah, jangan bawa kebiasaan telat ke sini," ucap Adipta.
Altan hanya mencibir dengan gerakan mulutnya. Alea yang melihat itu mencubit lengan Altan. Bunyi gerbang dibuka terdengar. Satpam membuka pagar atas perintah Adipta. Alea dan Altan pun masuk.
"Yang lainnya gue kasih hukuman bersihin taman sekolah. Nah, karena kalian berdua doang. Tolong banget bersihin toilet cowok aja. Soalnya toilet cewek udah dibersihin."
"Emang nggak ada hukuman yang lain apa selain bersihin toilet? Bosen gue dari dulu belai lantai toilet mulu," protes Altan.
"Kamu kalau nggak mau, bisa ke ruang BK. Minta hukuman yang lebih baik di sana," ucap Adipta datar. Memang sudah imange seorang Adipta dingin dan datar seperti itu.
"Udah deh, Tan. Lo protes mulu. Kalau salah tuh harus terima resiko," tegur Alea.
"Kan tadi nggak sengaja kita telat. Kalau nggak ada tuh cowok gila, kita nggak bakal terlambat dong. Harusnya sebagai pemimpin bisa beri toleransi," ujar Altan lagi menyindir.
"Altan," umpat Alea.
Altan terkejut ketika Alea menarik dasinya. Alea membawa Altan pergi dari sana menuju tempat hukuman mereka, yakni toilet laki-laki.
Alea yang hendak masuk toilet cowok, lantas menutup hidungnya sambil berbalik badan menjauh dari toilet itu. Altan heran melihat wajah memerah Alea dengan air mata di sudut matanya.
"Kenapa lo?"
"Bau banget! Ih, apa kalian para cowok nggak pernah dibilas apa kalau buang air kecil. Sampai bau setan gitu," cerca Alea mengipas-ngipaskan tangannya ke wajah.
"Kek pernah cium baunya setan aja. Udah akrab, ya? Kekeke." Altan melangkah masuk ke dalam toilet itu.
Tak lama Altan kembali sambil membuka lebar pintu utama toilet cowok itu.
"Udah gue siramin pengharum. Lo masuk cepetan! Kita bersihin berdua."
"Ya-ya bawel," sahut Alea melangkah masuk.
Wangi. Itu yang tercium oleh indra penciuman Alea. Matanya menelisik ke arah lantai dan mulai membulatkan matanya. Ada banyak cairan warna kuning kental di lantai itu.
"Tan, ini lo yang sebarin superpel?"
"Iya. Biar nggak bau lagi."
"Kebanyakan, Tan! Bakal lama hilangin licin sama busanya. Boros juga!"
"Ya gapapa. Semakin lama kita di sini, semakin besar kemungkinan kita selesai pas waktunya istirahat," jawab Altan yang mulai mengelap cermin depan wastafel.
"Dan lo seneng karena nggak ikut mata pelajaran Matematika, gitu?"
"Iya, Sayang. Kamu pengertian banget."
"Dasar pemalas. Gue sih ogah lama-lama. Cepetan pel lantainya! Malah ngelap cermin."
"Ini namanya juga bersih-bersih, Nyai."
"Tapi itu nggak kotor. Cepetan!"
"Iya-iya. Sini pelnya, lo semprotin airnya aja."
Mereka pun membersihkan toilet dengan damai. Selang 10 menit berlalu mereka masih diam. Altan sudah beberapa kali melirik pada Alea. Pikirnya saat berdua seperti inilah waktu yang cocok untuk mengajak Alea berbicara serius.
"Ekhem ... l-lo beneran suka sama Renaldy?"
Alea menatap Altan yang kini acuh mengepel lantai. Namun telinga cowok itu siap siaga mendengarkan suara sahutan Alea.
"Kenapa emang? Nggak ada urusannya sama lo, kan?"
"Ck, gue cuma tanya. Y-ya aneh aja, kalian tuh jadiannya cepet banget. Nggak ada PDKT tapi langsung jadian gitu aja.
"Lo nggak liat beberapa kali kamu pernah pulang bareng? Bahkan gue lumayan sering main ke rumah dia. Kurang PDKT apa lagi?"