Juan membuka kamar Altan. Tampak Altan masih sangat nyenyak dalam tidurnya. Muncul senyum jahat di bibir Juan, ada ide cemerlang untuk temannya itu. Namun niatnya urung begitu mendengar suara Elfan dari arah belakang.
"Jangan macem-macem sama adek saya."
"Ck, iye, Pak. Iye," sahut Juan sambil menutup pintu kamar tersebut.
Juan berdiri di hadapan Altan. Tertawa jahat sebentar sebelum memulai akal jahilnya. Juan menyalakan sound sirene polisi dengan volume tinggi, menepuk dengan brutal kasur Altan, dan berteriak heboh.
"Kebakaran! Kebakaran! Kebakaran!"
Altan yang terkejut langsung bangun dengan mata yang masih memerah. Kalang-kabut menuju balkon untuk mengamati keadaan.
"H-ha? Mana kebakaran? Bunda! Kak Elfan!" panik Altan meski mendapati keadaan luar yang baik-baik saja.
"AHAHAHAHA! AHAHAHA! PANIKNYA LUCU WOY!"
Altan yang masih memasang raut cemas, menoleh ke belakang. Tampak Juan tertawa terbahak-bahak sambil guling-guling di atas kasurnya. Altan berpikir sejenak, lalu rahangnya mengeras begitu saja. Sudah pasti dia dikerjai oleh temannya itu. Lantas Altan masuk kembali ke kamar dan menarik kaki Juan hingga merosot ke bawah.
"Adoh! Kasar ih."
"Elu bego! Gue kira kebakaran beneran. Ngerjain temen nggak pakai otak," kesal Altan kembali menghempaskan tubuhnya ke kasur dengan kedua kaki menjuntai ke bawah.
Juan segera bangkit dari posisinya.
"Justru pakai otak gue dapat ide berlian kayak gitu. Lagian nggak sadar apa, elu tuh susah dibangunin. Di sekolah aja mesti teriakin kuping lo dulu, apalagi di kasur empuk gini."
"Lagian lo ngapain pagi-pagi ke rumah gue Juanda? Ngapain? Minta sarapan mah bilang sama Bunda."
"Gue mau ngajak lo ke festival musik. Anita sama teman-temannya ke sana buat nonton Renaldy. Tau ah pokoknya gue mau ke sana," celoteh Juan duduk di kursi belajar Altan.
Altan menegakkan kepalanya menoleh ke arah Juan.
"Alea juga?"
"Siapa lagi temen Anita. Three A Plus. Anita, Amila, sama Alea."
"Lo ke sana mau pantau si Anita, kan? Ngaku lo ... akhirnya mau nunjukin kalau sayang," goda Altan.
"Itu berarti gue gentle. Lah elu, gengsi mulu ditinggiin. Padahal mah anggap Alea spesial, tapi sok nggak tahu menahu."
SKAKMAT!
"Ck, gue mandi dulu. Keluar lo!"
"Dih, ngusir gue. Lu mandi juga di dalam kamar mandi, Altan Mahendra. Nggak liat juga gue."
"Lo nggak mau minta makan sama Bunda?"
"Eh, iya juga sih. Berburu makanan emang kegiatan yang menyenangkan. Sayang nggak ada Baim. Gue keluar dulu deh," celoteh Juan berjalan ke arah luar kamar Altan.
Altan memikirkan kembali ujaran Juan. Apa ia terlalu gengsi selama ini? Apa ia perlu lebih terbuka pada perasaannya sendiri? Mungkinkah ia benar-benar menganggap Alea itu spesial di hatinya?
***
Riuh penonton mulai terdengar ketika Alea, Anita, dan Amila menaiki tangga menuju stadium tempat festival musik berada.
"Lo nanti jangan sama Renald terus, ya. Kami berdua nggak mau jadi obyam," ucap Anita.
"Bener tuh. Gue nggak siap liat temen gue punya pacar," imbuh Amila.
"Iya. Lagian gue sama dia kan nggak serius pacaran juga," sahut Alea.
Tanpa mereka sadari, Juan dan Altan mendengar obrolan ketiganya. Altan menghentikan langkahnya yang tadinya mengikuti tiga sekawan itu. Juan pun sama, berhenti tepat di samping Altan.
"Tunggu deh. Lo denger 'kan tadi Alea ngomong apa? Mereka nggak serius pacaran. Terus apa dong? Pura-pura gitu?"
"Iya juga, ya. Bingung gue," sahut Juan.
"Pasti ada sesuatu yang mereka sembunyiin, Wan. Penasaran nggak sih lo?"
"Kalau gue bilang penasaran, lo mau usut?" tanya Juan.
"Ya gaslah."
"Ya udah usut. Gue emang nggak bisa dihadapkan sama sesuatu yang mencurigakan," sahut Juan.
"Oke. Kita mulai penyelidikan," ucap Altan menadah tangannya. Juan menepuknya sekali.
"Oke kawan!"
Altan dan Juan memutuskan untuk melanjutkan menaiki anak tangga yang tersisa. Riuh penonton yang tadinya sempat tak terdengar oleh mereka, kini mulai terdengar lagi. Begitu mereka berdua memasuki stadiun mini tersebut, tampilah BlackArt Band. Altan menelisik sekitar, menemukan sosok Alea yang berdiri paling depan barisan. Tentunya bersama Anita dan juga Amila di samping kiri dan kanannya.
"Hi, Guys. Gue akan membawakan sebuah lagu spesial untuk orang yang paling gue sayang di dunia ini. Pertama Mama, lalu adek gue, dan ketiga si Dia," ucap Renaldy melirik ke arah Alea setelah menyebut kata 'Dia' pada kata terakhirnya.
Dimulai dengan petikkan senar gitar, lalu disusul drum dan juga piano. Awalan yang sangat membuat hati tenang dan merasa gembira. Alunan lagu yang Renaldy nyanyian memang terdengar merdu dan sangat jelas itu khusus untuk Alea. Di ujung sana, Altan dan Juan menatap mereka tak suka.
"Dih, baru denger nyanyian gitu aja udah pada klepek-klepek. Belum aja denger gue nyanyi. Modar mereka mah," dumel Juan.
"Terus ini kita ngapain? Nggak mungkin cuma nonton tuh Band tampil, kan?" tanya Altan.
"Gue sebenarnya udah mati gaya dari tadi. Tapi kita bisa mulai gali informasi tentang Alea dan Renaldy. Lo kepo 'kan tadi?"