Amelia, gadis itu menatap dirinya lewat pantulan cermin. Ia mengenakan mini dress polkadot berwarna putih-kuning. Renaldy membuka pintu kamar adiknya, tersenyum melihat Amelia yang terlihat sangat senang. Renaldy mendekati Amelia dan berdiri di belakangnya.
"Uuuu ... cantik banget adek Kak Enal. Cocok nih sama Kakak yang pakai jas kuning-putih juga," goda Renaldy.
"Ih ... Kak Enal. Kan belinya kita barengan, Kak."
"Hehe. Iya juga, ya. Eh, tapi ... kamu yakin mau ikut? Gimana kalau suasana di sana rame banget? Kakak jadi takut kamu terkejut suara apa gitu."
Amelia cemberut sambil menghadap Renaldy.
"Kakak ngeremehin aku? Aku udah cantik gini masa nggak jadi ikut."
"Oke-oke maafin Kakak. Kakak cuma khawatir," ucap Renaldy memegangi pundak Amelia.
"Nanti di sana, bakal banyak temen-teman Kak Enal dan Kak Alea dong? Mereka semua diundang?" tanya Amelia dengan sedikit binar di matanya.
"Eumm ... mungkin. Mungkin mereka akan datang. Ya tergantung kesibukan masing-masing," sahut Renaldy.
Amelia tersenyum malu, membuat Renaldy mengernyit heran.
"Kamu kenapa senyum-senyum gitu? Jarang banget loh kamu kayak gini."
"Hihi. Aku lagi suka sama cowok, Kak. Teman Kakak itu loh," ucap Amelia malu-malu.
"Temen Kakak yang mana? Alex? Bima? Atau Risky? Yang mana?"
"Bukan mereka bertiga. Tapi cowok yang aku temui di minimarket semalam. Katanya dia satu sekolah sama Kak Enal. A-aku ... aku suka sama dia."
Renaldy kembali menerka siapa kira-kira cowok yang adiknya temui kemarin. Setahu Renaldy, cowok yang dekat dengan Alea itu cuma anggota Dangers Gang dan si ketua osis Adipta.
"Ciri-cirinya gimana?" tanya Renaldy.
"Eumm ... ganteng, tinggi, senyumnya manis, rambutnya keren banget, terus pakai bandana merah. Kakak itu pakai motor sport kayak punya Kak Enal warna hijau tua. Pokoknya dia baik banget," ujar Amelia sambil membayangkan sosok Altan.
Astaga! Nggak mungkin 'kan cowok yang dimaksud Amel itu adalah Altan? Kalau bener si Altan, gue bisa mati kutu.
Amelia yang melihat perubahan di wajah Renaldy, menatap kakaknya heran.
"Kenapa, Kak? Kak Enal kenal sama cowok itu?"
"E-enggak tau. Kakak nggak tau, Mel. Nanti pas di acara, kamu tunjukkin dia ke Kakak, ya," jawab Renaldy.
"Oke!"
***
Altan telah rapi dengan fashion yang ia kenakan sekarang. Celana jeans hitam, kemeja putih yang dilapisi dengan jaket berwarna kuning soft. Entah mengapa perasaan Altan benar-benar tak enak. Ia terus memikirkan tentang Pidi yang kemungkinan akan membuat rusuh di pesta ulangtahun Alea.
"Tatan! Berangkat sekarang?" tanya Elfan dari luar kamar Altan.
"Lo duluan aja, Kak! Gue mau pakai motor aja."
"Sekalian aja bareng."
"Nggak. Gue pengin naik motor aja."
"Oke. Gue duluan, ya. Hati-hati lo pakai motor."
"Yoi."
Altan memeriksa ponselnya. Ia mendapat notifikasi unggahan instagram Alea. Bahkan Alea menambahkan lokasinya berada sekarang, di Hotel Golden. Altan berdecak, itu sama saja memancing Pidi untuk datang. Altan sudah menduga bahwa Pidi akan datang ke pesta ulangtahun Alea kali ini.
"Gue harus cegah tuh orang bikin kerusuhan di acara pesta Alea."
Altan segera keluar dari kamarnya. Langkah terburu-burunya membuat suara berisik ketika ia menuruni anak tangga. Lusi yang kebetulan hendak ke kamar melihat atensi Altan.
"Tan, kamu kok buru-buru banget? Kakakmu udah pergi duluan tadi."
"Iya, Bund. Altan sengaja mau naik motor aja. Biar keren," sahut Altan menghampiri Lusi dan menyalaminya.
"Keren aja yang kamu junjung. Keselamatan tetap nomor satu, ya. Perasaan Bunda nggak enak. Jadi kamu lekas pulang kalau acara udah selesai. Jangan keluyuran oke?"
"Iya Bunda Sayang. Altan pamit dulu, Ya. Bye, Bunda," ucap Altan seraya berjalan menjauh.
"Bye. Hati-hati, ya. Jangan ngebut, Sayang. Jangan pulang terlalu malam."
"Iya, Bund!"
Sesaat Altan menaiki motornya, sebuah pesan masuk membuat ponselnya berbunyi. Altan merogoh ponsel itu dan melihat ada pesan masuk dari Anita. Altan berdecak kesal begitu melihat Anita mengiriminya sebuah potret Pidi yang datang di acara pesta ulangtahun Alea.
"Sialan! Gue keduluan sama tuh anak."
Altan pun segera menarik gas dan meninggalkan kediamannya. Hatinya gelisah tak karuan. Memikirkan sesuatu yang buruk akan dilakukan oleh Pidi.
Di Hotel Golden, pesta ulangtahun Alea sangat meriah. Konsep dekorasi kuning yang unik, membuat pesta itu sangat menyenangkan dan berwarna. Namun Alea yang berkumpul dengan teman-temannya di kejutkan oleh kedatangan Pidi. Tampak Pidi menggunakan stelan jas berwarna kuning pula.
"Astaga, Nit. Itu 'kan Pidi?" tanya Alea dengan tampak terkejut.
"Mana—ya ampun tuh. Al, lo undang dia juga?" tanya Anita.
"Nggak. Ngapain undang orang nggak waras kek dia."
"Terus kenapa dia sampai tau?" tanya Amila.
"Kayaknya dia emang pantau gue deh. Nyebelin banget sih tuh orang. Semoga aja dia nggak bikin rusuh," kata Alea cemas.
"Lo nggak mau usir dia?" tanya Anita.