Sepucuk surat di bawah meja

Dhea Meliani
Chapter #3

Bukan Detektif #3

Sejak sajak yang ku tulis di secarik kertas pada hari itu, jadi teringat sesuatu. Padahal bukan sebuah kata yang berbaris terikat, hanya sebuah frasa namun memiliki arti yang sangat dalam menurutku, walaupun tak bernama siapa dan untuk siapa. Berpikir tak habis pikir, sekedar mengira apa mungkin dia. Surat yang dibuat dengan rapi, aku ingat tinta hitamnya yang sangat harum digoreskan kata-kata singkat diatas kertas, lalu jadilah seperti modelnya tulisan tegak bersambung. Aku bingung dibuatnya. Tak mau berlama-lama memikirkannya, lantas akupun menyimpannya didalam tas, dan ku selipkan dibuku tugas.

Dalam hati berkata, "Ku kira komunikasi leawt surat adalah suatu hal yang sudah jadul, tetapi menurutku ini cukup menarik dan manis."

Sore hari, saat fadjar merah mulai terbenam. Lelah pun menghampiri ku. Untung saja aku mengetahui sinyal itu, untuk segera memberi raga ruang istirahat yang cukup. Menyegarkan kembali pikiran-pikiran yang jenuh. Menutup mata sambil merentangkan badan jauh lebih baik dan tenang.

Satu langkah, bersua mencari-cari jalan. Kali ini aku bukan ingin menjadi seorang detektif, melainkan hanya mencari-cari.

"Mungkin akan ku tulis satu, atau dua kalimat atau bahkan lebih."

Tidak mau berlebihan dan dirasa aku cukup tidak peduli akan hal itu. Pilihannya ada dua, Surat itu dibalas olehku atau di diamkan saja?

"Ngomong-ngomong besok kan ada pelajaran kimia. hmm betapa senangnya aku, akan bertemu dengan sifat-sifat atom, cara atom membentuk ikatan kimia untuk menghasilkan senyawa kimia, interaksi zat-zat melalui gaya antar molekul yang menghasilkan sifat-sifat umum dari materi, dan interaksi antar zat melalui reaksi kimia untuk membentuk zat-zat yang berbeda. cukup-cukup, aku sudah berlebihan, haha." (berbicara dengan diri sendiri lagi).

Benar, Pelajaran kimia itu adalah pelajaran favorit. Karena disatu sisi pelajaran kimia itu menyenangkan, disisi lain belajar kimia bisa membawaku menjadi lebih percaya diri. Ya, walaupun tidak sejago Nurhayati Widia. Dia siswa kelas IPA-1 yang jago kimia se antero sekolah. Nurhayati adalah temanku juga, bahkan sering ngobrol dan diskusi bareng.

Tak mau melewatkannya, kelas pagi yang dibuka oleh Pak Kosasih, selaku guru paling hamble kepada para siswanya, dan penyampaian materi pun tidak membosabkan. selalu ada cara dalam membuat siswa betah ketika belajar kimia di kelas. Sebagai pengantar pembelajaran, kali ini beliau hanya memaparkan orientasi dan bab per bab pematerian. Bukan Pak Kosasih namanya jika tidak adanya kerja kelompok.

Kelompok dipilih secara acak oleh guru kelas, dan ternyata aku sekelompok dengan Bara. Tak dipungkiri, Cyntia dan satu teman lainnya yaitu Riski mereka sekelompok.

"Aduh, kok aku bisa sekelompok sama Bara ya. Cyintia, aku percaya dia orangnya rajin, Riski juga lumayan. Namun, apakah Bara juga seperti itu? ku harap ya Tuhan."

"Woah..Dan, kita sekelompok loh sama Bara juga, asyik nih." ujar Cyntia.

Lihat selengkapnya