Jakarta, 2020
"Sepuluh menit lagi acara akan dimulai. Pastikan semuanya berjalan sesuai rencana," tegas Tanaka.
"Baik, Pak," jawab lelaki berseragam hitam dengan rambut cepak. Dia segera menghubungi rekannya menggunakan HT untuk mengecek tugas satu per satu apakah sudah dijalankan dengan baik.
Rumah megah berlantai lima ini sebentar lagi akan dipenuhi banyak tamu undangan. Perrhelatan besar akan segera dimulai. Menyambut putra mahkota yang baru saja lulus kuliah dari Raffles University, Singapura. Anak yang digadang-gadang sebagai pewaris Tanaka Grup punya prestasi akademik dan piawai dalam komunikasi.
Deretan piala prestasinya tersimpan rapi di lemari kaca. Diletakkan di ruang utama, memukau siapapun yang berkunjung ke rumah ini. Untuk piagam kejuaraan, dipasang di dinding ruang keluarga bersamaan dengan foto sang putra mahkota.
Tepat jam tiga sore, satu per satu tamu undangan datang. Mereka dari kalangan eksekutif, rekanan bisnis Tanaka Grup. Dari gerbang utama, tamu yang hadir akan menaiki jalan undakan sebelum menuju ke gazebo. Disambut suara gemericik air kolam di sisi kanan dan kiri. Kesan tenang dan damai membuat para tamu yang hadir, memilih berhenti sebentar di sini.
Setelah masuk ke gazebo, ada air terjun mini yang menambah kesegaran. Ini belum masuk ke ruang utama. Masih harus melewati taman yang asri dengan berbagai macam tanaman dan pohon-pohon tinggi.
Untuk tempat perhelatannya berada di kolam renang bagian belakang dengan pemandangan lapangan golf serta danau buatan yang indah.
Para chef profesional terlihat sibuk menyiapkan makanan untuk sajian tamu. Bunga dengan warna soft menghiasi meja tamu undangan. Bunga-bunga segar diletakkan di tepian kolam renang.
Tuan Tanaka membuka acara dengan sangat meriah. Tak henti dia mengurai senyum untuk anak lelakinya, Malik Ivander. Peraih cumlaude jurusan produk design.
Pemuda itu sengaja memilih kuliah di Rafless University karena institut terbaik di dunia yang menghasilkan desainer berkualitas. Bakat menggambar yang dimiliki akan berkembang. Dengan bangga Tanaka memperkenalkan Malik kepada kolega bisnisnya.
Tanaka Grup adalah perusahaan furniture yang memproduksi mebel air sintetis. Penjualan produknya khusus untuk ekspor. Tak tanggung-tanggung, diekspor hingga ke Eropa dan Amerika. Malik sendiri sudah mengembangkan produk furniture outdoor..
Para kolega menyambut antusias kehadiran Malik sang putra mahkota. Lelaki bertubuh tegap yang mewarisi ketampanan Tanaka semakin bersinar auranya. Hari ini dia memakai kemeja biru denim dengan celana bahan berwana dongker menyalami satu per satu tamu undangan yang hadir dengan ramah. Ke depannya Malik akan sering bertemu dengan mereka untuk urusan bisnis.
"Terima kasih, Pa. Penyambutan ini luar biasa. Terlalu meriah untukku," ujarnya merendah.
"Sudah selayaknya kamu mendapat penyambutan ini, Malik. Selalu membanggakan papa, tidak pernah mengecewakan." Tanaka menepuk bahu lelaki yang tingginya sudah melebihi dirinya.
"Tanpa Papa, aku bukan siapa-siapa." Malik memeluk erat tubuh Tanaka.
Lelaki yang berumur separuh abad ini, sudah mengajarkan banyak hal kepada Malik. Dia tak mudah mendapatkan sesuatu tanpa kerja keras. Dari kecil sudah diajarkan berbisnis. Meskipun dari keluarga tajir, lelaki berwajah kacak itu tak lantas bersantai menikmati limpahan harta ayahnya.
Sebagai seorang anak pengusaha sukses, Malik tidak mendapatkan hak-hak istimewa seperti yang lainnya. Uang sakunya hanya setengah dibandingkan teman lainnya. Jika menginginkan uang lebih, harus kerja keras untuk mendapatkannya. Tanaka tak mau memanjakan.
Malik yang punya keahlian mengambar, menjual hasil gambarnya ke teman-temannya untuk menambah uang saku. Permintaan menggambar mobil, gedung-gedung tinggi hingga karakter tokoh pahlawan yang terkenal dikerjakan dengan sempurna.
Untuk memulai usaha, dia mengandalkan modal sendiri dari hasil penjualan gambar. Tanaka tidak pernah memberinya modal usaha sepeserpun. Ia ingin anak lelakinya menjadi anak kuat dan mandiri.
Seiring bertumbuhnya usia, Malik mulai mengerti bagaimana mencari sponsor sendiri. Bahkan dia pernah diusir dan dianggap remeh saat mencari sponsor.
"Bekerjalah dua atau tiga kali lebih banyak dari yang lainnya, Malik. Usaha tidak akan mengkhianati hasil." Tanaka terus memberi semangat kepada anaknya saat mengalami kesulitan dalam membangun usaha.
"Modal utama pengusaha jangan cengeng dan mudah menyerah. Gagal itu biasa. Yang penting evaluasi. Gagal lagi? Bangkit lagi!"
Begitulah cara Tanaka mendidik Malik. Membiarkan anaknya memikirkan caranya sendiri untuk keluar dari kegagalan. Malik yang terbiasa mendengar ucapan dari ayahnya terus terpacu untuk bisa berhasil.
Dia tidak mau masuk di perusahaan ayahnya. Ingin menjadi orang yang lebih hebat dari Tanaka. Memiliki perusahaan sendiri yang diberi nama Malik Furniture. Dan akhirnya berhasil diwujudkan. Baru-baru ini saja, saat Malik lulus kuliah sang ayah memintanya untuk meneruskan usaha besarnya.
"Kakakkk." Seorang gadis muda berkulit putih dengan rambut panjang menggelayut manja di lengan Malik. Dia tak mau membiarkan kakak lelakinya terus berbicara soal bisnis.