Keluarga Mika sedang merayakan syukuran, beberapa tetangga dan kerabat terdekat diundang dan turut hadir. Ternyata keluarga dan sepupu Ayas juga berdatangan, membuat ia jadi bahan candaan dari para sepupu kampretnya. Baru ia ingin mencari tempat duduk, Dian menarik paksa dan mendudukannya disamping Haris. Ampun, tiadakah hari tanpa Haris?
Kedua sepupunya sumringah melihat calon dua pengantin duduk bersanding. "Biasanya 'kan duduknya begitu, gak lupa 'kan Yas?" Rifky menggoda sepupunya yang wajahnya merah menahan kesal.
Haris langsung mengambilkan semangkok soto kesukaan Ayas, membuat dua pria beranak itu bersiul menggoda. "Aku gak mau soto, aku bisa ambil sendiri!" Kesal, Ayas asal ambil makanan didepannya.
"Kamu 'kan gak bisa makan daging, nanti sakit kayak dulu." Makanan kembali ditukar Haris dengan makanan manis, sebelum makanan berat biasanya disajikan makanan manis sebagai pembuka acara. Memang kelemahan Ayasha yang tidak suka makan daging kecuali unggas dan ikan saja, ia sering mudah sakit kalau mengkonsumsi selain kedua daging tersebut.
Ayas memakan lahap agar - agar dan roti manis milik Haris, pemuda disampingnya itu tak menyukai kue ataupun yang manis - manis. Haris juga termasuk pemilih dalam hal makanan. Ribet memang.
"Kalau lihat rukun begini jadi ingat dua pencuri kecil dibulan puasa," ucap Dian tersenyum penuh arti.
Ayas terbatuk mendengar ucapan Dian yang masih ia ingat kepingan nostalgia tersebut.
"Hah? Siapa Di? Gak ada akhlak banget nyuri pas bulan puasa," sahut Rifky kepo, heran ada ya manusia tak tahu malu seperti itu.
Ayas dan Haris kompak menatap tajam Dian, mengisyaratkan untuk tidak membuka aib dimasa lalu. Sayang sekali, Dian terlalu ember dan sangat menikmati dua wajah penuh ekspresi kesal.
Dulu sewaktu ayas berumur lima tahun dan sedang belajar puasa tapi buka pas tengah hari dan dilanjut sampai sore, Haris yang kelelahan bermain menyumbangkan ide sesat pada Ayas yang masih polos dan lugu.
"Haris, gak boleh 'kan lagi puasa?" tegur Ayas mendongak, menarik baju sepupunya yang tengah mengambil ayam goreng dimeja makan sisa sahur tadi.
"Stt, dikit aja. Ayas mau?"
Ayas segera menggeleng dan menutup mulutnya dengan kedua tangannya, sayang Haris pandai menggoda hingga menggoyangkan iman anak kecil yang masih polos. Mereka berdua memakan ayam goreng tanpa sepengatahuan orang dewasa, tapi mereka lupa ada Dian yang mengintip dan membeberkan pada tante Ina. Haris dihukum tapi tidak dengan Ayas yang tak tahu apa - apa.
"Bhakkk! Jadi begitu toh ceritanya. Astaga Haris, kamu benar - benar ada bakat menyesatkan Ayas rupanya." Rifky tergelak menertawakan dua teman masa kecil itu. Beberapa orang yang mendengar juga ikut tersenyum makluk, hapal sudah dengan tingkah Rifky yang seperti itu.