DUA ORANG staf lain sudah berada di meja masing-masing ketika Yuni berpatroli menyusuri meja-meja kerja untuk mengumpulkan gelas kotor yang tertinggal.
Ia menghampiri meja rekan satu tim Klaris untuk memungut bukan satu, melainkan tiga gelas bekas kopi di situ. Ketika itulah pandangannya sekilas menyapu meja Klaris, dan membaca sebuah kalimat yang merenggut perhatiannya.
Yuni beringsut mendekati meja Klaris. Di atas meja tersebar beberapa lembar dokumen yang tidak terbaca isinya oleh Yuni. Namun, yang menjadi magnet bagi matanya adalah kalimat “sekolah khusus untuk anak spesial” pada sebuah brosur.