Jakarta, 2012
BRAKK!
Bunyi pintu yang dibuka mulai bersahutan, diiringi dentang kaca yang bergetar. Lantai bergesekan dengan sepatu kets. Mahasiswa berhamburan. Wajah mereka tampak perpaduan antara sumringah dan rasa lelah. Bagaimanapun, kebanyakan mahasiswa baru memang selalu tampil dengan semangat berlebihan, menyembunyikan setumpuk masalah di punggungnya. Mungkin tidak juga berupa masalah, hanya arus hidup yang lebih berwarna. Kuliah, tugas, ulangan, dan sekelumit persoalan hidup lain yang mengguratkan tantangan. Adakah kegilaan masa muda perlu diberi nama?
Karim, mahasiswa Bahasa Arab buru-buru menuju Lab. Bahasa di lantai 2 Gedung Q Fakultas Bahasa dan Seni UNJ. Beruntung pintu lab. belum dikunci. Seorang petugas kebersihan berperawakan kurus tampak merapikan kursi. Karim gelagapan mencari sesuatu. Ia menggeser kursi-kursi yang sudah rapi. Sesaat meminta maaf pada sang petugas. Raut petugas itu tampak biasa saja seraya membereskan kursi lain. Andai semua mahasiswa membereskan kursinya masing-masing, tentu pintu ruangan ini bisa dikunci lebih awal.
“Bang, liat KTM gak?” tanya Karim setelah memastikan KTM-nya tidak ada di mana-mana.
“KTM? Nggak liat,” balas petugas itu dengan logat Jawa yang khas.
“Duh! Di mana ya?”
“Ada yang bawa kali, Mas,” ujar petugas itu dengan nada lebih tinggi.
“Yang make terakhir tempat ini, jurusan mana ya?”
“Wah.. kurang tahu saya, Mas.”
Sesaat Karim menengok papan tulis. Di situ tertera bacaan; tes menyimak sesi 1: dialog kompleks. “Hm.. Bahasa Indonesia,” gumam Karim. Tidak lama laki-laki itu langsung meninggalkan lab. Ia bergegas menuju Masjid untuk salat Ashar. Seorang teman memanggil nama Karim. Lamunannya buyar. Ia berbalik sambil menaruh sepatunya ke rak.
“Rim, ketemu gak KTM-nya?”
“Nggak. Kayaknya ada yang ngambil.”
“Wah! Cewek pasti yang ngambil. Makannya kalo foto KTM jangan ganteng-ganteng,” ledek laki-laki itu dengan suara agak keras. Karim hanya tertawa ringan.
“Apaan si?! Ngaco luh!”
“BTW, kok bisa ilang si?”
“Iya, tadi siang itu gua pake buat garis. Kayaknya jatoh. Gua gak inget.”
“Lah elu juga si nggak jelas banget. KTM dipake buat garis.”
“Ya namanya juga cowok. Alat tulisnya gak lengkap.”
“Mending gue, minjem sama Aisyah.”
“Sekalian modus elu meh!” Tuding Karim sambil menyapu wajah temannya itu dengan jemari kanan.
“Dih su’udzon,” balas laki-laki bernama Gian itu.
“Udah ah! Gua mao solat dulu,” ucap Karim sembari melangkah agak menjauh dari Gian. “Udah solat luh?”