Kariiim, gue iseng nih
Loh lagi apa, rim??
Karim mendengus, melihat bunyi sms Shafira. Entah mengapa, akhir-akhir ini Shafira sering sekali mengirim sms. Mulai dari sesuatu yang penting,_yang mesti dibalas, sampai dengan sms basa-basi tak jelas. Berkali-kali ia mengirim sms, berkali-kali pula Karim tak membalasnya. Segera ia letakkan handphone ke dalam tas. Lalu bersiap latihan thifan.
Sejak sebulan lalu, Karim memang tergabung di klub bela diri thifan. Sebuah bela diri muslim yang memadukan beragam aliran bela diri di dataran Saldsyuk sampai dataran Cina. Bela diri ini mengandalkan kecepatan, ketepatan, power, dan gerakan beruntun. Semua membentuk komposisi kekuatan serangan yang mematikan. Ada 13 jurus dalam bela diri ini. Dulu, sewaktu masih di pesantren, Karim sudah belajar sampai jurus ketiga. Sekarang, ia berlatih dari awal, sekaligus menjadi semacam asisten pelatih.
Dua jam kemudian, Karim mengecek kembali layar handphone. 4 new message dari Shafira. Sms terakhirnya;
Kariiim...
Laki-laki itu dengan enggan membalas; apa?
Tapi kemudian lekas-lekas dibalas operator;
Pengiriman pesan gagal! Pulsa tidak mencukupi.
Alhamdulillah..
Karim bertemu Shafira di dekat parkiran. Tepat jam setengah sebelas lewat dua menit. Gadis itu baru saja selesai latihan orkestra. Waah! Malam sekali untuk ukuran seorang wanita. Kabarnya, memang akan ada pementasan orkestra beberapa hari lagi.
“Kariim..!” Teriaknya khas.
“Oiiii..”
“Kok nggak bales sms??” tanya Shafira sambil ngos-ngosan.
“Pulsanya abis.” Samar-samar Karim melihat Shafira cemberut. Diam sejenak, dan memperhatikan Karim yang sedang mengenakan sarung tangan.
“Untung gue liat loh tadi. Jadi gue samperin ajah ke mari.” Karim tersenyum ringan. Shafira mengigit bibir bawahnya. Tanda kalau gadis itu sedang mencari-cari kata yang tepat.
“Riimm..”
“Hmmm..”
“Pulang bareng dong!” pinta Shafira rada skeptis.