Chapter VIII : Ekspansi
Now Playing : On Top of the World by Imagine Dragons.
Pagi ini, aku melangkah lebih awal dari biasanya, seolah ingin merangkul lembut sinar fajar yang mulai menyingsing. Semalam, setelah kunjungan singkat ke kelas Luna, janji suci dengan Kak Nina, sang wakil sekretaris yang penuh dedikasi, membayang di benakku. Kami diamanahkan sebuah tugas penting—sebuah misi mulia untuk menghidupkan kelas kami yang masih tampak sunyi dan kosong. Tugas kami adalah mengisi kekosongan ini dengan barang-barang yang akan memberikan sentuhan kehidupan pada ruang akademis kami.
Jam dinding yang berdetik lembut, dispenser yang memancarkan aliran air dingin dan air panas, serta pengharum ruangan yang menyebarkan aroma segar—semua itu adalah bagian dari daftar keperluan yang harus kami lengkapi. Ini adalah sebuah momen, di mana kami tidak hanya membeli barang, tetapi juga menanamkan sentuhan kehangatan dan kepraktisan pada tempat yang akan menjadi saksi perjalanan akademis kami.
Kemarin, kami juga menerima harta karun yang diwariskan dari angkatan sebelumnya—sebuah koleksi barang yang penuh dengan jejak waktu. Namun, kami harus menyaringnya dengan cermat. Tidak mungkin barang yang telah menua dan kehilangan fungsinya kami pajang di sini, di kelas yang baru ini, dengan segala kemegahannya. Hanya yang berfungsi baik dan layak akan kami biarkan berdiri di tempat yang penuh kebanggaan ini, menyambut setiap langkah dan setiap harapan yang akan kami rajut bersama.
Aku dan Kak Nina, dalam semangat yang membara, bersiap untuk meluncur ke tempat tujuan dengan motor miliknya. Hari ini, dia memutuskan untuk menggunakan mesin roda dua itu, sebuah keputusan yang mungkin jarang dilakukannya. Jalanan Jakarta yang selalu dipenuhi sesak kendaraan, ibarat sungai yang tak pernah surut, sering kali membuatnya enggan menembus keramaian dengan motor. Namun, keperluan mendesak yang mendesak kami untuk bergerak cepat menuntut kami berani mengambil risiko.
Dengan helm terpasang rapi dan senyum ceria menghiasi wajahnya, Kak Nina menyalakan mesin motor, dan suara dengungnya seolah menandakan semangat baru yang siap melawan hiruk-pikuk kota. Aku merasakan angin segar menyapu wajahku saat kami meluncur di antara deretan kendaraan, menghindari rintangan dengan kelincahan dan kecepatan yang hanya bisa dimiliki oleh para pejuang di tengah medan perang.
Perjalanan ini bukan sekadar tentang membeli barang; ini adalah sebuah misi, sebuah petualangan kecil yang penuh harapan dan tawa. Setiap detik yang berlalu menjadi kesempatan untuk merasakan kebersamaan, di mana percakapan hangat dan canda tawa terjalin dalam setiap desiran angin yang menyapa. Kami berdua, berdua dalam satu perjalanan, bertekad untuk mengisi kelas kami dengan segala keindahan yang dapat kami bawa.
***