Serendipity's Paradox

nandini s
Chapter #19

Harapan

Chapter XVIII : Harapan

Now Playing : Every Breath You Take by The Police.

Hari yang kutunggu-tunggu akhirnya tiba. Pagi ini, ada kegelisahan yang manis menggumpal dalam dada, seperti detik-detik sebelum hujan turun—suara alam yang tak sabar mengalun. Langit Jakarta memayungi perjalanan kami, aku dan Kak Rina, yang sedang meluncur melewati hiruk-pikuk jalanan menuju sebuah tempat yang menjadi pusat dari segala harapan dan semangat: Indonesia Arena, Senayan.

Aku bisa membayangkan, sekejap lagi, suara sepatu yang beradu dengan lantai lapangan, decitannya yang nyaring namun begitu akrab, tanda setiap gerak dan langkah. Suara bola yang memantul, seirama dengan degup jantung, membentuk irama kebersamaan. Sebentar lagi, aku akan mendengar sorak-sorai membahana, ketika bola itu melayang dengan sempurna, menembus ring, disambut oleh teriakan penuh kemenangan dari mereka yang bersatu dalam satu tujuan: melihat tim favorit mereka menguasai permainan.

Ada sesuatu yang magis di sana—di antara teriakan, decitan, dan gemuruh tepuk tangan—semua menyatu dalam satu harmoni yang tak terlupakan. Perjalanan ini terasa begitu panjang, tapi aku tahu, begitu kami tiba, waktu akan terasa seperti berhenti di tengah segala kehebohan itu.

Setibanya di sana, aku merasa seperti terhisap dalam pesona yang menguar dari lapangan indoor yang megah. Ada sesuatu yang membuatku terdiam sejenak, mataku terpaku pada detail-detail mewah yang menghiasi ruangan ini, setiap sudutnya bersinar dalam kehangatan lampu-lampu besar yang menggantung di langit-langit. Riuh rendah suara orang-orang menggema, bagaikan gelombang semangat yang tak putus-putusnya mengalir. Wah, ini lebih dari sekadar megah—ini seperti perayaan yang meriah, sebuah pesta besar yang memanggil semua orang untuk bergabung dalam euforia.

Lihat selengkapnya