Tujuh tahun yang lalu
Hujan terus mengguyur bumi sejak pagi tadi. Tak ada tanda-tanda akan berhenti. Selokan mulai memuntahkan isinya karena tak kuat menampung air yang semakin bertambah. Pandangan Kiara tertuju pada pepohonan diluar kelas yang basah. Mengabaikan guru yang sedang menerangkan materi di depan.
Merasa ada sesuatu yang menyentuh pundaknya, ia pun menoleh. Ternyata pelakunya adalah Gea, sahabatnya sejak awal masuk sekolah. Kiara mengangkat kedua alisnya seolah bertanya 'ada apa?'.
"Kau kenapa?" Ucap Gea tanpa suara. Kiara hanya menggeleng pelan. Ia kembali memandang keluar jendela. Sedangkan Gea yang sedari tadi mengamati Kiara secara diam-diam merasa aneh. Tidak biasanya Kiara seperti ini. Dan ia tak tahu harus berbuat apa karena sahabatnya itu tak mengatakan apapun padanya.
Waktu istirahat akhirnya tiba. Jam menunjukkan pukul dua belas tepat namun langit masih diselimuti awan hitam. Meski hujan tak selebat beberapa jam yang lalu, suhu dingin tak dapat terelakkan. Jendela-jendela tampak berembun hingga tak terlihat suasana dari luar maupun dari dalam kelas. Pendingin ruangan yang biasanya hidup selama kelas berlangsung kini dibiarkan mati. Seisi kelas masih setia memakai jaket mereka tak terkecuali Kiara.
"Kiara, ayo ke kantin! Aku lapar."
Kiara mengangguk. "Ayo! Aku juga tidak ingin cacing-cacingku semakin bar-bar."
"Bar-bar seperti pemiliknya, right?"
"Dan sahabatnya."
Mereka berdua tertawa ringan setelah saling mengejek sambil berjalan meninggalkan kelas. Sesampainya di kantin, Kiara bertugas mencari tempat dan Gea pergi memesan makanan. Menurut Kiara dengan begitu akan lebih efektif dan efisien.
Gea kembali membawa satu nampan berisi pesanan mereka berdua. Bau kuah bakso menggelitik hidung Kiara. "Wah! Dingin-dingin begini memang paling mantul makan bakso Mbok Inul."
"Berterima kasihlah padaku karena aku masih bisa mendapatkannya, Tuan Putri."
Kiara menambahkan saus, sambal dan kecap ke dalam baksonya. "Memangnya sekarang sudah habis?"
Gea mengangguk. "Milik kita yang terakhir." Spontan Kiara mengacungkan kedua jempolnya. "Gea, you're the best."
"Selamat makan!" Mereka berdua makan dengan lahap. Namun disisi lain Kiara berusaha melupakan sejenak perasaan tak tenang yang bersarang dihatinya.
"Ra,"
"Hm?"