Serenity

Nandreans
Chapter #18

Pengakuan

“Lo yang ingkar janji kok lo juga yang marah?” tanya Daniel sambil menghentikan kursi roda Hera di taman rumah sakit.

Hera belum bisa berjalan karena kaki kirinya masih cedera. Kemudian Daniel duduk di bangku putih yang ada di depan Hera.

“Gue nggak marah!”

“Kalau nggak marah kenapa diam?” tanya Daniel lagi.

“Terus gue harus ngapain?” Hera memutar matanya malas. “Memangnya perlu gue jingkrak-jingkrak kayak Alena?” Dia menatap Daniel sekarang. “Kayak gini?” Hera membetulkan posisi duduknya lalu berkata, “Halo, El! Lo apa kabar? Kapan datangnya? Gue kangen banget sama lo! Terus oleh-oleh buat gue mana? Apa? Nggak ada? Lo gimana sih? Masa cewek cantik kayak gue nggak dibeliin oleh-oleh? Masa gitu saja lo nggak ngerti, sih?” sambil menirukan gaya Alena bicara.

Daniel tertawa sambil memegangi perutnya. “Hahaha!”

“Kenapa lo ketawa?” tanya Hera cemberut.

“Sumpah ya, Ra! Gue nggak menyangka tenyata persahabatan lo sama Al sudah sedalam itu.” Daniel mencoba untuk tidak tertawa. “Sampai bisa menirukan gaya dia bicara persis banget. Gue saja nggak bisa.”

“Kan lo yang minta, El!”

“Hahaha! Tapi sumpah lo lucu banget!”

“Oh iya, kok lo balik ke sini?” tanya Hera membuat tawa Daniel benar-benar berhenti.  

Diam-diam Daniel tersenyum, dia tahu Hera pasti akan mempertanyakan hal ini kepadanya.

 “Lo balik ke Indonesia bukan karena tahu gue kecelakaan, kan?” tanya Hera lagi

Daniel mengerutkan kening. “Tahu dari mana?”

Hera tersenyum.

“Ra, gue sayang sama lo,” gumam Daniel.

“Apa?”

“Sudah nggak usah dipikirin.” Ketika mereka hendak balik ke kamar, Rangga sudah berada di belakang Hera.

Mau apa lagi dia? batin Hera

“Ra.”

Hera membuang muka ke arah pohon mangga yang hanya terletak beberapa meter dari mereka. Dia tak mau melihat wajah lelaki itu.

“Ra, aku minta maaf.”

Rangga berjongkok, sehingga dari sudut matanya Hera bisa menyaksikan kesungguhan dari laki-laki yang pernah begitu dia benci. Namun, dia malah pergi, sambil menggerakkan kursi rodanya dengan bersusah payah tanpa respons berarti. Bukannya dia tidak mau memaafkan Rangga, hanya saja dia malu. Seharusnya bukan Rangga yang meminta maaf padanya, tapi dia yang meminta maaf kepada Rangga.

“Hera.”

Daniel yang masih berada di sana menepuk bahu Rangga dan berbisik, “Dia nggak butuh permintaan maaf lo. Yang dia butuhkan adalah pennggakuan kalau lo menyadari kesalahan lo.”

Daniel menyusul Hera. Rangga masih terdiam menatap kepergian Hera. Sampai akhirnya dia menemukan sesuatu. Rangga tahu apa yang harus dia lakukan. Dia mengejar Hera lalu kembali berjongkok di depan kursi rodanya, sambil menyentuh tangan Hera.

“Ra, aku mengaku bahwa selama ini aku salah. Maka dari itu sekarang aku minta maaf sama kamu.”

Lihat selengkapnya