Serenity

Nandreans
Chapter #19

Painful

Hera menatap bangunan putih di depannya, lalu beralih ke arah jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kirinya. Dia menghela napas kasar. Gara-gara macet alhasil dia tak bisa datang ke pesta ulang tahun Adel tepat waktu. Gadis kecil itu pasti sangat kecewa, tapi Hera akan tetap masuk. Setidaknya Hera tidak mau membuat Adelia lebih terluka. Matanya membulat ketika memasuki rumah tersebut. Bukan karena rumah Daniel berhantu dan banyak setannya, tetapi karena sosok berjas abu-abu yang sekarang berdiri di samping Daniel dan adiknya.

PAPA?

Hera tidak menyangka bahwa selama ini Daniel adalah putra dari Mega, wanita yang telah merebut kebahagiaan mamanya. Wanita yang tidak punya perasaan dan membuat kehidupannya kian berantakan. Lalu apa maksud dari semua ini?

“Kakak Hera!” teriak Adel membuat isi kepala Hera berantakan.

Hera menarik ujung bibirnya ke atas dengan terpaksa lalu mendekati bocah tersebut. “Selamat ulang tahun, Lia!” ucapnya mengusap kepala Adelia. “Maaf ya Kakak Hera datang terlambat,” lanjutnya tulus.

Lia tersenyum lebar menampakkan giginya yang hilang dua di bagian depan. “Nggak apa-apa kok, Kakak Hera!”

“Oh iya, Kak Hera punya sesuatu buat kamu!” Hera mengeluarkan kotak kado yang tadi sengaja dia simpan di balik jaket kulit warna hitamnya. “Semoga kamu suka!”

“Terima kasih ya, Kak! Lia senang sekali!”

Hera melirik papanya kemudian berpamitan. Namun, sebelum dia keluar Hardi bertanya, “Kenapa buru-buru?” Ini adalah usahanya untuk menahan Hera.

Hera menatap mata Hardi dalam dan tajam. “Sudah malam, Om. Nanti papa saya marah!”

Anak itu memang sengaja membalas papanya. Maaf saja, Hera tidak akan menyerang Hardi di sini, apalagi di depan bocah sekecil Adelia. Kalau Hardi dan keluarganya bisa menyakitinya, kenapa Hera tidak?

Hardi dan Mega mengejar Hera sampai ke teras.

“Hera, tunggu!” panggil Hardi membuatnya berhenti. “Kenapa kamu bicara seperti itu tadi?”

“Ada yang salah, Om?” Hera malah balik bertanya seakan tidak ada yang terjadi.

Hardi terlihat kecewa. “Hera, Papa perlu bicara denganmu.”

Lihat selengkapnya