Hera berjalan memasuki area pemakaman sambil membawa dua buket bunga yang indah. Wanita dua puluh tujuh tahun tersebut mendekati salah satu gundukan tanah yang ditumbuhi rerumputan hijau dan menaruh satu buket bunga itu di samping nisannya.
TORA ALVARO ANGGA DINATA.[a1]
Hera menarik napas panjang kemudian tersenyum. “Kakak, bagaimana keadaanmu di sana? Sudah kah kau bahagia?” Pertanyaan kecil meluncur dari bibirnya. “Gue sudah bahagia sekarang, Kak. Mama dan Papa juga sudah bahagia dengan pilihannya masing-masing. Mereka menyayangi gue seperti yang lo katakan dulu dan begitupun sebaliknya. Seandaikan lo masih hidup, pasti lo juga bisa merasakan betapa bahagianya keluarga kita yang sekarang.”
Tangan Hera menyentuh nisan Tora. “Jika di alam sana lo bertemu dengan seseorang yang sangat aneh dan menyebalkan dengan nama Daniel, dia adalah saudara kita. Dia sahabat gue. Dia juga yang sudah membuat gueu bisa menerima kenyataan tentang kepergian lo.”
“Oh iya, Kay sudah menikah sekarang kalau kau ingin tahu. Gue harap lo nggak cemburu!” Hera tersenyum. “Kakak, gue juga sudah punya pasangan yang baru. Namanya Arka, lain kali akan gue ajak dia kemari.”
Setelah berbicara panjang-lebar dan berdoa, akhirnya Hera bangkit. Dia menuju makam lain yang tak jauh dari makam kakaknya untuk memberikan bunga di tangannya.
DANIEL ANGKASA PUTRA PRATAMA.[a2]
Hera menatap nisan itu dalam, membiarkan bulir air mata jatuh membasahi pipinya kemudian berjongkok. “Lo baik-baik saja kan, El?” tanyanya sambil menghapus air mata. “Gue kangen banget sama lo.” Dia tersenyum. “Oh iya, gue juga mau bilang kalau gue sudah lulus kuliah dan bekerja di kantor nyokap gue. Menyebalkan tapi gue nggak punya pilihan lain. Nggak ada kantor yang mau menerima mantan berandalan kayak gue.” Dia tertawa menyadari kebodohannya. “Jadi lo nggak usah khawatir, gue sudah berhenti menyakiti diri gue sendiri kok, cuma rokoknya belum. Gue telanjur kecanduan.”
Hera merogoh saku celana dan mengeluarkan sebungkus rokok, kemudian menyalakannya. Setelah mengisapnya beberapa kali akhirnya dia kembali memandangi nisan Daniel.