Aku menyukai sebuah hadis, sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat untuk orang lain.
***
Ruang itu hening sesaat. Cerita itu terhenti sejenak. Saif menunduk, memikirkan sesuatu. Lelaki tua yang mengaku bernama Dane itu menghela napasnya, menyesal. "Seandainya aku bisa mendidiknya lebih baik," katanya.
"Jadi, kau adalah ayah dari pahlawan dan Sang Ketua kejam itu?" Aku memang agak sedikit belum percaya. Salah satu anaknya sudah tiada, ternyata orang tuanya masih ada di dunia ini. Ah, hidup terasa begitu dramatis.
Cake menoleh padaku. "Pahlawan? Apa maksudmu?"
"Ya, pahlawan yang kau ceritakan pada Fisyae."
Cake menepuk dahi. "Anak itu."
Aku menoleh ke arah lain di samping Kakek Dane. "Lalu, siapa perempuan itu?"
"Ia bernama Syin, berasal dari dunia lain dan tinggal di sini bersamaku." Kakek Dane yang menjawab.
Aku menggelengkan kepala. Ada dunia lain lagi?
"Kalian mungkin tidak akan percaya. Tapi, ini benar. Wanita muda yang ada di samping Kakek Dane berasal dari dunia lain bernama Ormic. Dunia itu sangat jauh dari Alwee. Ia bisa mengerti bahasa Awe karena bahasa mereka hampir sama dengan bahasa Awe, hanya beberapa kata yang berbeda." Cake melanjutkan.
Aku mengernyitkan dahi. Ormic dan Alwee? Itu berarti dunia Saif berasal ini bernama Alwee dengan bahasa Awe.
"Entahlah. Tapi, aku berpikir bahwa ternyata alam semesta ini sangat luas menurut perhitunganku. Bahkan, ada ribuan kehidupan yang belum kita tahu." Cake memandang Syin yang hanya terdiam sedari tadi.
"Jika Syin berasal dari Ormic, mengapa ia bisa sampai sini?" Aku kembali bertanya.
"Syin kemari satu tahun yang lalu ketika ia berumur tujuh belas tahun. Dunianya sedang ditimpa musibah bencana alam. Bangunannya banyak yang rusak dan memakan banyak korban jiwa. Dunia Ormic tidak seluas Alwee. Dan seluruh Ormic terdampak bencana. Orang tua Syin pergi jauh sampai sini dan menitipkannya pada kami karena mereka percaya bahwa kami adalah orang yang baik."
Aku mengangguk pada Cake. Ternyata Syin seumuran denganku.
"Aku rindu mereka," Syin menangis.
Aku membayangkan jika aku ada di posisi Syin, apa aku akan menangis juga?
"Kalau begitu, kita harus bergerak cepat!" Saif beranjak dari tempat duduknya.
Semua orang menoleh.
"Apa yang akan kau lakukan, Shawe?" Cake bertanya.
"Kau mengatakan bahwa besok adalah pengangkatan Alle sebagai pengganti ayahnya menjadi ketua, bukan?"
Cake mengangguk.
"Itulah waktu yang tepat untuk menggulingkan mereka dari pemerintahan."
Cake ikut berdiri. "Apa rencanamu?"
Saif mengeluarkan tabletnya dari saku.
"Benda apa itu, Shawe?"
Saif tidak menjawab. Ia memainkan tabletnya. Layar besar muncul di depannya. Sebuah peta.
"Bukankah ini seperti jalur istana? Aku hafal seluk beluknya." Cake mulai tertarik.
"Biarkan aku memahaminya dulu." Saif mengamati peta itu dengan seksama. Ada tiga pintu masuk. Pintu utama dijaga oleh banyak orang. Pintu belakang juga dijaga. Sedangkan pintu terakhir menuju sebuah ruang tidak dikenal. Di situ ada keterangan bahwa itu adalah ruang rahasia. Pintunya tidak dijaga oleh siapa pun, namun terkunci rapat.
"Ketika pengangkatan, orang-orang akan berdatangan lewat pintu depan. Pintu belakang dijadikan sebagai jalan untuk para pelayan bekerja keluar masuk istana. Dan pintu ketiga, aku tidak tahu." Cake menjelaskan.
"Ada yang aneh dari pintu ketiga." Saif menunjuk ruang rahasia itu.
"Jika memang ini adalah ruang rahasia, mengapa kosong? Apa yang dirahasiakan? Lihatlah! Tidak ada apa pun di sini. Hanya ada sebuah foto Sang Ketua yang terpajang di sana." Saif membesarkan gambar ruangan itu.
"Tunggu, di situ juga ada pintu lagi." Cake menyambung.
Saif menelusuri pintu lain yang dimaksud. "Sepertinya pintu ini adalah jalan menuju sebuah kamar. Kamar siapa ini?"
Cake memicingkan matanya. "Coba diperbesar lagi."
Saif menurut.
"Ah, itu adalah kamar Alle, anak Sang Ketua."
Ini aneh. Mengapa kamar Alle berdekatan dengan ruang kosong yang hanya dibatasi sebuah pintu?
"Mungkin ini hal yang baik. Kita bisa menculik Alle diam-diam dan memaksa Sang Ketua memberi tahu di mana ia menyembunyikan keponakannya."
Saif tersenyum pada Cake dan mengangguk. "Rencana ini akan berhasil!"
Wajah Cake berubah muram. "Sebenarnya, ketua baik yang dulu memerintah memiliki dua orang putra."
Aku terkejut. "Artinya, Sang Ketua kejam itu memiliki dua keponakan?"
Cake mengangguk. "Yang satu ia kurung di dalam istana untuk mengambil kecerdasannya dalam memecahkan setiap kunci ruang pemerintahan. Yang satu lagi aku tidak tahu ada di mana."
"Setidaknya kita bisa menyelamatkan Fey, anak genius dari seorang pahlawan yang akan menyelamatkan kota ini."