Setelah berhasil menipu Satria, Hanif mulai menipu targetnya yang lain dengan mulus. Kali ini Hanif menargetkan targetnya yang lain. Sampai saat ini, Hanif sudah banyak mengumpulkan informasi penting mengenai kasus itu. Ia hanya perlu mencari sedikit lagi petunjuk untuk mengetahui dalang di balik kejahatan yang menimpa orangtuanya.
Pria tampan dengan balutan jas hitam mewah itu berjalan melewati para karyawan yang memandang kagum padanya. Namun pria itu seolah tak peduli dengan tatapan kagum tersebut, ia tetap berjalan tanpa menoleh sama sekali. Dengan langkah besarnya, pria itu kini sudah berada di depan lift. Setelah pintu lift terbuka, pria tersebut langsung masuk dan membuat karyawan yang sedari tadi memperhatikannya langsung menghela napas kecewa.
"Kau sudah datang rupanya anak muda." Pria paruh baya itu tersenyum kemudian menepuk bahu pemuda tersebut sebagai tanda penyambutan. Pemuda itu baru saja masuk ke dalam ruangan CEO di kantor tersebut.
Hanif pun tersenyum sopan. "Tentu saja aku akan datang, apalagi ini adalah permintaan bos besar."
Pria di depan Hanif itu lantas tertawa lepas. "Haha... Kau ini bisa saja Adam. Ayo silahkan duduk."
Mereka pun duduk dan mulai mendiskusikan pekerjaan mereka.
"Jadi, apa kau bersedia untuk berinvestasi pada perusahaan ku? Aku bisa menjamin kau akan langsung mendapatkan untung. Tak butuh waktu lama, hanya dalam 3 bulan saja kau sudah bisa mendapat keuntungan besar."
Hanif langsung terlihat antusias, ia benar-benar semangat setelah mendengar hal itu. "Benarkah? Lalu berapa banyak uang yang harus ku investasikan Pak?"
Pria bertubuh gempal itu tersenyum cerah saat melihat Hanif antusias dengan perkataannya. "Hanya 100 juta, setelah satu bulan kau bisa mengambil uang mu kembali bahkan dengan tambahan dua kali lipat."
Mata Hanif pun makin berbinar karena tawaran menggiurkan itu. "Baiklah, kalau begitu aku akan menaruh setengah modal ku di sini."
"Pilihan yang bagus anak muda!"
"Aku tahu perusahaan Pak Rendi tidak akan mengecewakan klien nya."
Pria itu kembali tertawa. "Kau itu memang benar-benar pintar merayu. Bagaimana kalau kita makan siang bersama?"
***