Sudah beberapa kali Hanif di kejar oleh polisi dan biasanya ia berhasil lolos dengan mudah. Tapi sepertinya kali ini nasibnya sedang tak mujur. Upaya melarikan diri kali ini tak berjalan mulus.
Sambil mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi, Hanif tak sadar kalau dirinya tersesat. Ia baru sadar saat ia merasa asing dengan arah jalan yang ia lewati. Namun meski begitu, ia malah terus menekan pedal gas mobilnya untuk menghindari kejaran polisi.
Tapi semakin ia melajukan mobilnya, jalanan di depannya malah semakin sempit. Karena jalan yang ia lalui tak memungkinkan untuk di lewati oleh mobil, Hanif akhirnya terpaksa turun dari mobilnya. Dan baru saja ia berjalan tak jauh dari mobilnya, dirinya malah terkena tembakan di salah satu kakinya oleh polisi.
Langit sudah berganti menjadi gelap, Hanif terus menelusuri jalan dengan tertatih-tatih. Kakinya sudah banyak mengeluarkan darah, namun ia tetap memaksakan diri untuk berjalan. Saat sampai di sebuah gang, polisi semakin dekat dengan keberadaannya.
"Gawat mereka semakin mendekat!" Gumam Hanif sambil terus mencoba untuk bersembunyi. Ia menoleh sesekali ke belakang untuk memastikan keberadaan polisi yang mengejarnya.
Saat Hanif berhasil bersembunyi, ia mengintip dan melihat ada dua polisi yang tak jauh darinya sedang mencoba mencarinya. Polisi tersebut kemudian berjalan menuju gang tempat Hanif bersembunyi. Hanif pun semakin panik, namun baru saja mereka ingin masuk ke dalam gang tersebut tiba-tiba seorang gadis berkerudung cokelat melewati mereka. Polisi itu kemudian menghentikan gadis tersebut. "Permisi Mba, apa Mba melihat seseorang melewati gang ini?"
Gadis itu terus menatap lurus ke depan saat polisi itu bertanya. "Maaf Pak, aku tidak bisa melihat."
Salah satu polisi tersebut lalu mencoba melambaikan tangannya di depan wajah sang gadis untuk memastikan perkataan gadis itu, lalu pandangannya pun tertuju pada tongkat kayu yang di pegang oleh gadis tersebut. Polisi tersebut akhirnya yakin kalau gadis itu memang benar-benar buta. "Ah... Maaf, kami tidak tahu kalau kau tidak bisa melihat. Tapi apa kau tidak mendengar sesuatu yang aneh saat melewati jalan ini? Kami sedang mencari buronan dan kebetulan ia kabur ke sekitar sini."
Gadis itu kemudian menggeleng lemah. "Aku tidak mendengar apapun Pak."
"Baiklah, terima kasih. Oh ya, apa perlu kami antar?"
"Tidak perlu Pak, rumahku sudah dekat dari sini."
"Baiklah kalau begitu. Hati-hati ya Mba."
Polisi itu pun berlalu pergi meninggalkan gadis itu untuk mencoba mencari Hanif kembali. Sedangkan gadis itu melanjutkan perjalanan pulangnya secara perlahan menggunakan tongkat kayu yang ia pegang.
Hanif yang sedari tadi memperhatikan, akhirnya memilih untuk mengikuti gadis itu diam-diam setelah polisi pergi. Saat Hanif berjalan mengikuti dengan perlahan, tiba-tiba gadis itu berhenti melangkah.
"A... Ada siapa di sana?" Gadis itu bersuara. Suaranya terdengar sedikit gugup saat mendengar ada langkah kaki yang sepertinya sedang mengikutinya dari belakang.
Merasa Hanif tertangkap basah oleh pendengaran tajam gadis itu, ia pun memberanikan diri untuk meminta tolong pada gadis itu. "Maaf aku mengikuti mu. Boleh aku, Ah!" Tiba-tiba Hanif meringis, kakinya terasa sakit kembali.
"Ka... Kau kenapa?" Ucap gadis itu dengan khawatir tanpa membalikkan tubuhnya.
"Boleh bawa aku ke rumah mu? Aku benar-benar butuh pertolonganmu, kaki ku terluka."