Beberapa hari setelah menerima pesanan, toko bunga milik Salma mulai sibuk menyiapkan bibit untuk pesanan tersebut. Karena bibit yang di pesan cukup banyak, mereka lumayan kewalahan mengurus pesanan tersebut.
Ketika mereka bertiga sedang sibuk mengurus pesanan itu, tiba-tiba saja Faris datang.
"Assalamualaikum Bibi Salma."
"Wa'alaikumsalam. Eh... Nak Faris. Ada apa kemari?"
"Kemarin Azam bilang toko Bibi sedang mendapat banyak pesanan, maka dari itu aku datang ke sini untuk membantu kalian."
"Lho... Memangnya Nak Faris tidak sibuk?"
Faris menggeleng sambil tersenyum. "Kebetulan Faris sedang tidak sibuk Bi. Boleh kan kalau aku membantu kalian?"
"Masya Allah, tentu saja boleh. Bibi tentu tidak akan melarang. Tapi memangnya tidak apa-apa?"
Salma memang merasa tak enak pada Faris, apalagi anak itu ingin membantu secara cuma-cuma.
"Tidak apa Bi. Aku justru senang bisa membantu kalian."
"Ya sudah, kau boleh bantu. Tapi jangan sampai terlalu lelah ya."
Mereka pun mulai membungkus satu per satu bibit tersebut. Untung saja pihak pemesan sudah menyiapkan mobil untuk mengangkut bibit tersebut, jadi Hanif tak perlu berkali-kali mengantar bibit itu ke tempat pemesan.
Sudah hampir setengah jam Hanif dan Faris mengangkut bibit-bibit itu ke dalam mobil dan mereka mulai terlihat kelelahan. Cuaca siang itu cukup panas dan membuat mereka gampang berkeringat.
Sesekali mereka menyeka keringat di wajah dengan punggung tangan mereka. Melihat hal itu, Salma menghela napasnya. Ia sebenarnya ingin menghentikan mereka sejenak, tapi kalau ia yang meminta pasti mereka akan tetap melanjutkan pekerjaannya.
"Maryam..."
"Iya Bi? Ada apa?"
"Tolong suruh mereka berdua untuk istirahat. Bibi mau menyiapkan minum dulu untuk mereka."
"Iya Bi, Maryam akan memanggil mereka."
Sementara Salma pergi ke dalam rumahnya untuk menyiapkan minuman, Maryam pun memanggil mereka. "Faris, Kak Hanif... Istirahat dulu sebentar."
"Iya..." Sahut mereka secara bersamaan.
Mereka pun menghampiri Maryam dan duduk di dekat meja kasir. Salma yang baru saja keluar rumah membawa minuman dingin pun di sambut wajah sumringah oleh dua pria itu. Mereka tampak meneguk ludah saat melihat botol besar berisi minuman dingin yang di bawa oleh Salma, minuman itu terlihat begitu segar pikir mereka.
Salma pun menuang jus jeruk tersebut ke dalam dua gelas bening yang ia taruh. Tanpa buang waktu, mereka pun langsung mengambil gelas dan menenggak minuman tersebut hingga tandas dalam waktu singkat. Melihat hal itu, Salma hanya menggeleng kepala karena merasa lucu dengan tingkah mereka ketika kehausan.
Bagi Faris yang terbiasa dengan pekerjaan kantor, hal itu cukup menguras tenaganya. Jujur saja ia memang kelelahan mengerjakan itu semua.