Keringat telah mengucur deras di dahi polisi itu, begitu juga Hanif. Sambil menghubungi tim penjinak bom, Hanif membantu memberi instruksi pada polisi tersebut. Polisi itu memang pernah ikut menangani kasus serupa, hanya saja bom kali ini jenisnya berbeda dan cukup jarang di temui. Maka dari itu, mereka akhirnya memutuskan menghubungi tim penjinak bom untuk membantu mereka mematikan bom tersebut.
Waktu yang tersisa tinggal 1 menit lagi. Dan hal itu sukses membuat dua pria di depan Maryam semakin berkeringat dingin. Begitu juga dengan Maryam, gadis itu hanya bisa berdiam diri memperhatikan mereka yang tengah bekerja keras mematikan bom tersebut.
"Bismillah..." Ucap polisi tersebut seraya mencoba memutuskan salah satu kabel yang terhubung pada bom tersebut. Dengan pelan dan tangan gemetar, polisi itu memejamkan mata sambil menghela napas nya sejenak. Hanif tahu polisi itu sedang berusaha fokus dan menghilangkan rasa gugup nya.
Penghitung waktu pada bom tersebut pun langsung terhenti saat polisi itu memotong kabelnya. Mereka yang sedari tadi dalam suasana tegang, kini bisa bernapas lega karena bom tersebut berhasil di jinakkan.
"Alhamdulillah!" Seru mereka secara bersamaan.
"Sebenarnya berapa besar daya ledak bom ini kalau meledak?" Tanya Hanif yang sebenarnya dari tadi ingin bertanya tapi merasa tak tepat waktu untuk menanyakan hal itu.
"Bom ini bisa membuat seisi gedung ini hancur." Ucapan polisi tersebut sontak membuat Hanif dan Maryam terkejut.
Polisi itu lantas tersenyum pada mereka. "Hanif, terima kasih sudah membantu kami."
***
Alvin gelagapan karena tak menyangka mobil polisi sudah berada di belakangnya. Ia pun curiga pada amplop cokelat yang ia bawa. Dan benar saja saat ia mencoba mengobrak-abrik amplop itu, ia menemukan sebuah chip kecil berwarna hitam yang terselip di antara file. Ia pun langsung membuang amplop itu begitu saja saat menemukan chip kecil itu.
"Sial! Bocah itu benar-benar! Jangan berhenti di depan! Kita harus terus berjalan!" Ancam Alvin yang sudah ketakutan di tangkap.
"Tapi Pak..." Supir di depannya pun nampak ragu dengan permintaan Alvin karena tak jauh di depan sana ada lampu merah menunggu mereka.
"Turuti saja perkataan ku!" Bentak pria paruh baya itu.
"Ba... Baik Pak."
Alvin benar-benar kalut sekarang. Bagaimana ia bisa terkalahkan oleh bocah kemarin sore itu? Ia bersumpah akan membalas dendam pada Hanif apapun yang terjadi. Ia tak mau ada penghalang sedikit pun untuk mendapatkan apapun yang ia inginkan.
Kini mobil mereka sudah semakin mendekati lampu merah. Dengan perasaan gusar, sang supir tetap menginjakkan pedal gasnya tanpa peduli dengan lampu merah di depannya. Namun baru saja mereka melintasi lampu merah itu, tiba-tiba saja terdengar suara klakson mobil yang cukup kencang dari arah berbeda. Alvin menoleh ke sumber suara dan bisa ia lihat sebuah mobil truk melaju kencang ke arah mobil nya.
***