Seribu Surga Untuk Ibu

Esti Farida
Chapter #2

Chapter 2

"Kenapa?''

''Kenapa hanya ibumu saja? Lalu ayahmu? Apa kau begitu membencinya sehingga kau tak menginginkan surga untuknya?'' Tanya sebuah suara.

"Tidak! Bukan itu. Jika surga ku berikan pada ayah, aku takut ayah tak akan membawa ibu masuk ke dalamnya. Karena ayahku seorang yang pelupa. Tetapi jika surga itu ada pada ibu, maka ibu pasti akan membawa ayah dan seluruh keluarga bersamanya. Bahkan mungkin semua orang yang dikenalnya.''

-Indah-

Musik mengalun merdu dari sebuah radio butut di atas meja panjang yang terletak di sudut dapur. Indah sedang sibuk membuat adonan rempeyek sambil bersenandung kecil sesekali mengikuti nyanyian dari radio tersebut.

''Can believe that Iam the fool again ~ I thought this love would never end ~ How was I to know ~ You never told me ~'' Senandung Indah dari bibirnya mengikuti sebuah lagu dari salah satu grup band favoritnya yang sedang naik daun saat itu.

Ibu memasuki dapur dengan sedikit menggerutu, membuat gadis cantik berambut panjang dan berkucir kuda yang tertutupi oleh kerudung jingganya itu melongok dan menghentikan senandungnya.

"Ada apa bu?'' Tanyanya singkat melihat ibunya menuju tempat cucian piring dan meletakkan piring kotor bekas pembeli itu ke dalam sebuah bak yang berisi air rendaman piring yang lain dan mulai mencuci semuanya hingga bersih.

"Itu, biasa budhe Kar, beli pecel seribu aja sambel sama peyeknya minta banyak. Rasanya pengen ibu suruh bawa aja sama wadah sambelnya sekalian!'' Jawab ibu dengan nada kesalnya yang terlihat jelas. Buk Ti, memang selalu apa adanya, tak pernah menutupi perasaannya, entah marah atau senang. Selalu terlihat jelas dan transparan seperti kaca.

"Lha kenapa nggak ibu tegur aja, kan cabe lagi mahal.''

"Heleh! Lha dia tiap hari ke pasar mana mungkin nggak tahu sih harga apa – apa lagi pada mahal, dia kan jualan di pasar.''

"Coba ibu kasih aja wadah sambelnya, kesindir nggak tuh!''

"Ealah! Malah kesenengan dia. Orang kayak gitu mana ngerti sih di sindir! Pokok'e untung banyak, kenyang, murah dan enak." Jawab buk Ti dengan nada puas dan makin terlihat kesal sambil meletakkan piring – piring yang bekas di cucinya ke dalam rak piring.

Lihat selengkapnya