Sering Ku Salah

Kalam Insan
Chapter #8

Epilog

Aku sering kali mengunjungi sebuah kafe kecil di pinggir jalan—tempat yang tak seberapa ramai, tetapi selalu nyaman buatku. Hari itu, aku hanya ingin menghabiskan waktu sambil menikmati kopi, mungkin juga membaca buku yang aku bawa. Tapi, tanpa sengaja, aku terseret ke dalam situasi yang... berbeda.

Aku duduk di meja pojok, tenggelam dalam bacaan, ketika tiba-tiba ada suara ribut di meja sebelah. Seorang perempuan, sedang berbicara dengan nada tegas kepada laki-laki di depannya—pacarnya, mungkin. Aku tak bermaksud mencuri dengar, tetapi suara mereka cukup keras, membuat suasana di sekitarnya terasa tegang.

"Ini bukan soal aku nggak peduli sama kamu, tapi aku punya hidup juga, tahu," perempuan itu bicara dengan nada frustasi, sambil merapikan rambut panjangnya yang jatuh ke wajah.

Laki-laki itu hanya diam, tampak salah tingkah. Sesaat kemudian, dia berdiri dengan kasar, mendorong kursinya hingga hampir jatuh, dan meninggalkan perempuan itu tanpa sepatah kata pun.

Aku memperhatikan kejadian itu sambil berusaha tidak terlihat mencolok, tapi yang terjadi berikutnya benar-benar tak terduga. Ketika laki-laki itu pergi, Sang perempuan menoleh dan tanpa sengaja mata kami bertemu. Aku langsung gugup dan cepat-cepat kembali menunduk ke bukuku, berpura-pura sibuk.

Namun, beberapa detik kemudian, aku mendengar langkah kaki mendekat. "Kamu suka Leo Tolstoy juga?" Suara lembut membuatku kaget. Aku mendongak, dan dia sudah berdiri di depan mejaku, senyumnya tipis tapi penuh rasa ingin tahu.

Aku tergagap sejenak menutup buku dan melihat sampulnya sebelum menjawab, "Ehm... iya, lumayan."

Dia tertawa kecil, suara tawanya terdengar lebih cerah daripada suasana sebelumnya. "Boleh aku duduk di sini? Sepertinya aku butuh kopi dan obrolan ringan setelah... ya, kamu tahu."

Lihat selengkapnya